2 Dubes RI Laporkan Dampak Konflik Iran - Israel ke Menko Airlangga
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengadakan rapat koordinasi dengan melibatkan seluruh unsur Kedeputian bersama dengan Kementerian Luar Negeri dan sejumlah duta besar pada Senin (15/4).
Pertemuan tersebut untuk merespon perkembangan dan dampak atas konflik di Timur Tengah pasca serangan Israel ke fasilitas diplomatik Iran di Damaskus dan serangan balasan Iran ke Israel.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut seperti Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Dirjen Aspasaf) Abdul Kadir Jailani, Duta Besar (Dubes) RI Amman, Dubes RI Teheran, Ronny P. Yuliantoro dan Perwakilan KBRI di Beirut.
Dalam pertemuan tersebut, Amman berharap, konflik ini tidak mengalami eskalasi atau peningkatan karena akan memberi dampak luas terhadap ekonomi negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia.
“Saat ini, berbagai pihak berupaya untuk meredam eskalasi konflik. Secara umum, ketegangan di kawasan meningkat, namun sejauh ini masih dapat dikelola,” ujar Amman dalam keterangan resmi dikutip Selasa (16/4).
Sementara itu, Ronny menyampaikan perkembangan politik dalam negeri Iran dan antisipasi berbagai dampak eskalasi dari serangan Iran ke Israel.
“Kita perlu mengantisipasi dampak ketegangan di kawasan dan disrupsi logistik serta rantai pasok, karena pentingnya posisi dan jalur Selat Hormuz yang mengakomodasi puluhan ribu kapal per tahun,” ujarnya.
Sedangkan Abdul Kadir mendorong adanya antisipasi atas berbagai kemungkinan di tengah ketegangan Timur Tengah. Apalagi, semua pihak saat ini tidak menginginkan adanya eskalasi.
Sehingga perlu diantisipasi dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi dan dampaknya terhadap ekonomi. Mengingat, nilai penting Selat Hormuz dan Laut Merah, serta pengaruh terhadap harga minyak dan biaya logistik.
Berdampak pada Harga Minyak dan Dolar AS
Airlangga menyoroti dampak konflik geopolitik Iran dan Israel terhadap kondisi ekonomi global pada pekan lalu. Hal ini tercermin dari harga minyak mentah global yang masih berfluktuasi. "Pada perdagangan Senin (15/4) harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18% (dtd) ke level US$ 90,29 per barel," kata Airlangga.
Nilai ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar US$ 77,4 per barel, dan minyak mentah WTI turun 0,28% menjadi US$ 85,42 per barel, lebih tinggi dibandingkan pada posisi 1 Januari 2024 sebesar US$ 71,65 per barel.
Menurut Airlangga, konflik geopolitik tersebut juga telah membuat indeks dolar AS meningkat, yang menyebabkan pelemahan indikator finansial di sejumlah negara terutama emerging market.
Guna meredam dampak kenaikan harga minyak global akibat konflik geopolitik Iran dan Israel, pemerintah juga mencermati kondisi APBN agar dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai shock absorber.
“Koordinasi lebih lanjut akan dilakukan bersama otoritas moneter dan fiskal untuk menghasilkan bauran kebijakan dalam menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi,” ujar Airlangga.