ADB: Program Makan Siang Gratis Akan Bebani APBN Meski Defisit Aman
Asian Development Bank (ADB) menilai program makan siang gratis dapat membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di era pemerintahan Prabowo Subianto. Namun kondisi defisit fiskal masih bisa terjaga.
“Beban anggaran pasti ada, tapi apakah itu akan jadi mendorong fiskal defisit sampai memburuk? saya rasa tidak terlalu ya,” kata Ekonom Utama Departemen Riset Ekonomi dan Kerja Sama Regional ADB Arief Ramayanti di Jakarta, Kamis (16/5).
Arief menilai kemampuan fiskal Indonesia masih cukup kuat. Potensi untuk menaikkan penerimaan negara pun masih cukup besar di masa depan. Maka dari itu, potensi pemerintah menambah rasio utang pun rendah.
“Potensi Indonesia untuk meningkatkan penerimaan negara itu masih besar, sehingga program seperti ini kalau dikelola efektif dan efisien, itu merupakan program yang bisa terbiayai,” kata dia.
Terlebih, defisit fiskal Indonesia masih di bawah target yang ditetapkan. Dia meyakini perekonomian Indonesia akan tetap baik-baik saja meski ada beban pengeluaran baru.
"Kalau kenaikan pengeluaran masih dalam rentang selisih penerimaan-pengeluaran, masih akan baik-baik saja. Sehingga program-program seperti ini kalau dikelola efektif dan efisien, masih bisa dibiayai,” ujarnya.
Defisit APBN Dijaga 3%
Prabowo optimistis mampu menjaga defisit APBN tak lebih dari 3% saat mengalokasikan anggaran untuk program-program prioritasnya seperti program makan siang dan susu gratis.
“Kami telah mempelajari ini. Kami telah menghitung angka-angkanya, dan kami percaya diri akan dapat mewujudkan itu,” kata Prabowo dikutip dari Antara, Kamis (16/5).
Hal ini diungkapkan Prabowo saat merespons pertanyaan wartawan senior Haslinda Amin pada acara Qatar Economic Forum di Doha, Qatar, Rabu (15/5) dari siaran langsung YouTube Bloomberg TV di Jakarta.
Dia menyebut Indonesia sebagai salah satu negara di dunia dengan tingkat rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang rendah. Selain itu, Indonesia juga negara yang mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam mengelola kondisi fiskalnya.
“Tetapi angka [defisit APBN] tiga persen itu juga sesuatu yang arbitrer. Tidak banyak negara yang menetapkan batas itu, tetapi Indonesia negara yang punya tradisi untuk selalu berhati-hati dalam mengelola fiskalnya,"kata dia.
Untuk itu, dia mendorong pemerintah lebih berani, terutama dalam menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. Beberapa strategi pengelolaan anggaran dapat digunakan dengan maksimal, termasuk untuk membiayai program makan siang gratis dan susu gratis.
“Kami menghitung itu, dan ada metode untuk refocusing dan mengurangi anggaran untuk program yang tidak esensial. Ini adalah soal efisiensi, tata kelola yang baik, pengaturan dan manajemen yang baik,” kata Prabowo.