Pemenang Nobel Ekonomi Paul M Romer Soroti Masalah SDM di Indonesia

Nur Hana Putri Nabila
4 September 2024, 18:20
Ekonom Amerika Serikat yang juga penerima Nobel Ekonomi 2018, Paul M Romer, menilai Indonesia sulit mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dengan kondisi produktivitas sumber daya manusia saat ini.
Katadata/Nur Hana Putri Nabila
Ekonom Amerika Serikat yang juga penerima Nobel Ekonomi 2018, Paul M. Romer, menilai Indonesia sulit mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dengan kondisi produktivitas sumber daya manusia saat ini.
Button AI Summarize

Ekonom dan Pemenang Nobel Ekonomi 2018 asal Amerika Serikat, Paul M. Romer, menyoroti sumber daya manusia dan produktivitas masyarakat di Indonesia. Menurutnya, dengan kondisi saat ini Indonesia sulit mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8%.

“Pada dasarnya, ini mungkin bisa dilakukan, tapi sangat sulit,” kata Romer dalam Bloomberg CEO Forum di Jakarta, Rabu (4/9). 

Pertama, Romer menyoroti bahwa salah satu hambatan dalam mencapai Produk Domestik Bruto (PDB) yang tinggi di Indonesia adalah sistem pendidikan. Ia menggambarkan kesulitannya dengan sebuah ilustrasi.

Jika mulai tahun depan sekolah-sekolah mulai menghasilkan lulusan yang lebih produktif karena pembelajaran yang lebih baik, itu akan menjadi kemajuan besar. Namun, memperbaiki sistem pendidikan itu sendiri bukanlah hal yang mudah.

Romer juga menyampaikan, meskipun lulusan baru lebih efektif dalam bekerja, dampaknya pada produktivitas nasional akan membutuhkan waktu. Jika pekerja biasanya bekerja selama 50 tahun, setiap tahun hanya sekitar 2% dari tenaga kerja yang merupakan lulusan baru. Artinya, kata Romer, butuh 50 tahun untuk melihat perubahan penuh dalam produktivitas tenaga kerja.

Secara sederhana, ia mengatakan jika setiap tahun ada kenaikan 2% dalam produktivitas, diperlukan 50 tahun untuk menggandakan produktivitas tenaga kerja. Sementara itu, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi tantangan besar dan manfaatnya mungkin baru terasa dalam jangka waktu yang panjang.

“Masyarakat berhasil berinvestasi di sekolah demi sumber daya manusia yang lebih baik. Namun, mereka harus menunggu beberapa dekade untuk melihat manfaat peningkatannya,” ujarnya.

Urbanisasi dan Produktivitas Masyarakat

Di samping itu, Romer  mengatakan, misalnya ada seseorang yang tinggal di daerah dengan peluang pekerjaan yang sangat sedikit, mereka tidak dapat bekerja dengan efektif. "Bayangkan jika orang tersebut tiba-tiba memiliki kesempatan untuk pindah ke tempat dengan lebih banyak pekerjaan," tutur Romer.

Ia mencontohkan masyarakat perdesaan pindah ke daerah perkotaan di mana perusahaan dapat memanfaatkan keterampilan mereka dengan lebih baik sehingga menjadi lebih proktif. Jika Indonesia bisa melakukan hal yang sama untuk 2% dari populasi, dampaknya akan sangat signifikan. 

Dengan skenario ini, Romer mengatakan Indonesia dapat melihat bagaimana mobilitas tenaga kerja dan akses ke peluang pekerjaan yang lebih baik bisa meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

“Jadi, kita akan mengambil produktivitas 2% dari pekerjaan. Seperti yang saya pikirkan mengambil produktivitas pelajar dari sekolah, ini sedikit lebih mudah untuk kita bayangkan,” tambahnya. 

Romer juga menilai masyarakat yang pindah dari daerah perdesaan ke perkotaan dan menjadi lebih produktif setelah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun, ada tantangan besar dalam menyediakan ruang untuk urbanisasi dalam skala besar tersebut.

Di Indonesia, ia mengatakan jumlah tenaga kerja sekitar 140 juta orang, dan tingkat urbanisasi saat ini sekitar 60%. Jadi, ia menilai masih ada peluang untuk meningkatkan jumlah orang yang tinggal dan bekerja di daerah perkotaan.

Apabila mengambil 2% dari tenaga kerja atau sekitar 2,8 juta orang per tahun, tantangannya adalah bagaimana Indonesia bisa menyediakan tempat tinggal urban untuk mereka setiap tahunnya.

Pekerjaan yang Berkualitas Tingkatkan Produktivitas 

Lebih jauh, Romer menekankan pentingnya pekerjaan yang berkualitas di sebuah perusahaan. Ketika seseorang mendapatkan pekerjaan seperti itu, masyarakat tidak hanya menjadi lebih produktif saat mulai bekerja, tetapi juga terus mengembangkan keterampilannya selama bekerja. Proses ini disebut akumulasi pengalaman kerja dan terlihat jelas dalam data bahwa pekerja muda, terutama yang bekerja di sektor formal dan di perusahaan yang baik, mengalami peningkatan besar dalam produktivitas seiring waktu.

"Apabila Indonesia menempatkan 2% populasi ke dalam pekerjaan di mana mereka bisa belajar dan berkembang, dan menjadi 10% lebih produktif setiap tahunnya, pada awalnya kontribusinya terhadap peningkatan produktivitas hanya 0,2%. Tetapi jika setiap tahun ada lebih banyak orang yang bekerja di tempat yang baik dan terus belajar, kontribusi tersebut akan meningkat," ujarnya.

Sebagai contoh, jika masayrakat  mulai dengan 0,2% dari peningkatan produktivitas, lalu ada tambahan 2% lagi dari migrasi ke pekerjaan yang lebih baik, kontribusi ini bisa menjadi 0,4%, kemudian 0,6%, dan seterusnya. Ia menyebut dengan kombinasi dari kenaikan produktivitas individu, migrasi ke pekerjaan yang lebih baik, dan akumulasi keterampilan, Indonesia bisa mencapai peningkatan produktivitas sebesar 3% setiap tahun.

Romer juga menyebutkan faktor lain yaitu kontribusi dari peningkatan kapital manusia, yang saat ini kira-kira mencakup 0,25 dari total PDB. Dengan demikian peningkatan produktivitas pekerja bisa membawa dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

“Jadi, peningkatan ini untuk pekerja tidak mengubah produktivitas kapital. Jadi, PDB Anda hanya naik 0,25 kali dari angka-angka yang saya sebutkan,” tambahnya.

 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...