Cina Desak AS untuk Batalkan Seluruh Tarif Resiprokal 145%

Agustiyanti
14 April 2025, 13:39
cina, perang dagang, amerika
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Fikri Yusuf/wsj.
Presiden China Xi Jinping (kanan) saat berbincang dengan Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala (kiri) sebelum mengikuti Working Session 3 Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (16/11/2022).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Cina mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membatalkan sepenuhnya kebijakan tarif balasan yang menyebabkan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia terus berlanjut.

Trump mengumumkan penghentian sementara sejumlah tarif global yang telah direncanakannya selama 90 hari pada pekan lalu, tetapi menaikkan pungutan pada impor Cina hingga 145%.

"Kami mendesak AS untuk mengambil langkah besar guna memperbaiki kesalahannya, sepenuhnya membatalkan praktik 'tarif timbal balik' yang salah, dan kembali ke jalur yang benar yaitu saling menghormati," kata Kementerian Perdagangan Cina dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari BBC, Senin (14/4). 

Pemerintahan Trump dikabarkan siap menawarkan konsesi pada Jumat (11/4), dengan mengumumkan bahwa beberapa produk elektronik,  termasuk yang diproduksi di Cina akan dikecualikan dari tarif resiprokal.

Namun, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan kepada ABC News pada Minggu (13/4) bahwa pengecualian tersebut hanya bersifat sementara. Pemerintah berencana untuk mengenakan pungutan tersebut dalam "tarif semikonduktor" terpisah, yang katanya akan diumumkan di kemudian hari.

"Kita perlu membuat barang-barang ini di Amerika," kata Lutnick.

Trump mengatakan, tidak ada pengecualian untuk produk-produk elektronok dan menyebut laporan tersebut salah. Ia mengatakan bahwa "mereka hanya berpindah ke 'ember' tarif yang berbeda".

"Kami sedang mencermati Semikonduktor dan seluruh rantai pasokan elektronik dalam investigasi tarif keamanan nasional yang akan datang," kata Trump.

Komentar tersebut menimbulkan ketidakpastian pada pengecualian tarif yang baru diumumkan untuk produk teknologi seperti telepon pintar, komputer, dan semikonduktor.

Kementerian Perdagangan Cina menyebut, pengecualian ini sebagai langkah kecil yang diambil AS, dan mengatakan bahwa Beijing sedang mengevaluasi dampak dari langkah tersebut.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer pada Minggu (13/4) mengaku belum ada rencana pertemuan antara Trump dan Xi Jinping. Trump mengenakan tarif sebesar 54% pada impor produk dari Cina pada awal April, sebelum meningkat ke tarif saat ini sebesar 145%.

Cina pun membalas kebijakan Trump dengan mengenakan pungutan sebesar 34% pada barang-barang AS, sebelum menaikkannya menjadi 84% dan kemudian 125%.

Dalam pengumuman tarif terbarunya, Kementerian Perdagangan Cina mengatakan minggu lalu bahwa mereka akan "berjuang hingga akhir" jika AS bersikeras memprovokasi perang tarif atau perang dagang.

Trump mengatakan akan memberikan rincian lebih lanjut tentang pengecualian tersebut pada awal minggu depan.

Gedung Putih berpendapat bahwa mereka menggunakan tarif sebagai taktik negosiasi untuk mendapatkan persyaratan perdagangan yang lebih menguntungkan dari negara lain.

Trump mengatakan, kebijakannya akan memperbaiki ketidakadilan dalam sistem perdagangan global, serta membawa lapangan kerja dan pabrik kembali ke AS.

Intervensinya telah mengakibatkan fluktuasi besar di pasar saham dan meningkatkan kekhawatiran akan penurunan perdagangan global yang dapat berdampak buruk pada lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan