Rupiah Berpotensi Menguat Usai Trump Desak The Fed Pangkas Suku Bunga


Sejumlah analis memproyeksikan rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (22/4).
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menyebut penguatan rupiah didorong oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang meminta The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan.
“Harapannya rupiah terapresiasi kembali ke angka Rp 16.720 hingga Rp 16.850 per dolar AS,” kata Fikri kepada Katadata.co.id, Selasa (22/4).
Menurut Fikri, sentimen negatif di pasar keuangan AS seperti kekhawatiran atas sell off di obligasi dan saham juga menjadi faktor pendukung penguatan rupiah. Selain itu, neraca dagang Indonesia yang terus mencatatkan surplus juga mendukung stabilitas nilai tukar.
Sell off di obligasi dan saham terjadi saat investor menjual aset secara besar-besaran dan menurunkan harga portofolio. Hal ini dapat memengaruhi nilai tukar dolar AS.
“Neraca dagang surplus Indonesia yang berlanjut 59 bulan berturut-turut dan lebih baik dari perkiraan juga jadi sentimen positif untuk rupiah,” ujarnya.
Namun, berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.25 WIB, rupiah justru dibuka melemah di level Rp 16.860 per dolar AS. Angka ini turun 54 poin atau 0,32% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Senada, analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, juga memperkirakan dolar AS akan melemah setelah data ekonomi terbaru menunjukkan penurunan ekspektasi terhadap aktivitas ekonomi AS.
“Trump yang kembali menyerang Ketua The Fed juga semakin menekan dolar AS,” kata Lukman.
Meski begitu, Lukman memperkirakan ruang penguatan rupiah tetap terbatas, terutama bila terjadi tekanan dari pasar saham global. “Rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.750 hingga Rp 16.850 per dolar AS,” katanya.
Waspadai Potensi Pelemahan Rupiah
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyampaikan pandangan berbeda. Ia menilai nilai tukar rupiah justru cenderung melemah terhadap dolar AS. Konsolidasi pasar bisa kembali terjadi akibat kekhawatiran akan masa depan ekonomi global.
“Kekhawatiran ini karena kenaikan tarif Trump, meskipun sudah ada relaksasi dan negosiasi,” kata Ariston.
Ia memperkirakan rupiah berpotensi melemah pada hari ini, dengan kisaran pergerakan di Rp 16.750 hingga Rp 16.850 per dolar AS.