Rupiah berpotensi menguat namun terbatas akibat shutdown AS dan data domestik penting hari ini, dengan rentang perdagangan diperkirakan Rp 16.600 - Rp 16.700 per dolar.
Rupiah mendapatkan tekanan yang signifikan dan tembus ke level Rp 16.700 per dolar AS, dipicu oleh berbagai faktor external dan internal termasuk kondisi geopolitik dan spekulasi suku bunga The Fed.
Rupiah diprediksi melemah menyusul peningkatan data ekonomi AS termasuk klaim pengangguran yang turun dan PDB yang tumbuh, meskipun intervensi Bank Indonesia berupaya menstabilkan nilai tukar.
IHSG diproyeksikan mengalami kenaikan setelah penutupan turun kemarin, didukung oleh analisis positif terhadap saham-saham pilihan dan pengaruh indikator MACD yang netral.
Ditengah ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan menguat, dengan Lukman Leong dan Ibrahim Assuaibi memperkirakan pergerakan positif rupiah.
Rupiah diperkirakan menguat dibantu oleh data inflasi produsen AS yang lebih rendah dari ekspektasi, mendukung kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed.
Saham PT Pani Bersama Jaya, anak usaha PT Merdeka Copper Gold, akan diluncurkan melalui IPO di Bursa Efek Indonesia September ini, mengelola tambang emas besar di Gorontalo dengan prospek menggiurkan.
Emiten tambang di bawah MIND ID, termasuk PT ANTM dan PT INCO, melaporkan kenaikan dan penurunan kinerja keuangan yang signifikan selama semester pertama 2025.
Rupiah diprediksi melemah lagi terhadap dolar AS hari ini, dipengaruhi oleh tekanan politik AS dan kehati-hatian investor menjelang rilis data ekonomi dari Amerika.
IHSG diperkirakan mengalami kenaikan hari ini, dengan analis memberikan rekomendasi terhadap beberapa saham dan menyatakan kondisi teknikal pasar yang bullish.
BI mungkin akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Agustus 2025, berdasarkan faktor inflasi stabil, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi pasar uang yang menguntungkan.
Indef menyampaikan bahwa beban utang pemerintah Indonesia akan naik menjadi Rp 1.433 triliun pada 2026, menekankan pentingnya pengelolaan dan efisiensi dalam pembayaran utang.
Rupiah menguat tajam hingga Rp 16.115 per USD, didorong oleh faktor eksternal seperti proyeksi penurunan suku bunga The Fed dan internal termasuk ekspektasi pidato Nota Keuangan Presiden Indonesia.