Bos BI Ungkap Alasan Pangkas Suku Bunga Jadi 5,5%

Rahayu Subekti
21 Mei 2025, 16:28
Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo, suku bunga acuan, bi rate
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.
Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya pada Mei 2025 hingga 25 basis poin (bps) dari 5,75% menjadi 5,50%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan sejumlah alasan keputusan tersebut.

Hal utama yang mempengaruhi adalah kondisi ekonomi global. “Terjadi kesepakatan antara Amerika Serikat dan Cina untuk menurunkan tarif impor selama 90 hari. Tentu saja ini adalah indikator yang positif,” kata Perry dalam konferensi pers secara daring, Rabu (21/5).

Perundingan dagang antar kedua negara itu masih berlangsung. Kondisi ini memberi sinyal ketegangan perang dagang mulai mereda. "Jadi, ada perkembangan yang positif selama sebulan terakhir," ucapnya. 

Proyeksi Inflasi AS Turun dan Sinyal Positif The Fed

Alasan kedua penurunan suku bunga adalah kekhawatiran inflasi AS yang meningkat saat ini sudah mereda. Selain itu, BI juga menangkap sinyal positif dari bank sentral AS, The Federal Reserve alias The Fed.

Perry memperkirakan fed funds rate atau FFR akan turun dua kali pada tahun ini. "Sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember," ucapnya.

Apabila prediksi itu terealisasi, ia mengatakan akan terjadi pergeseran aliran modal. "Tidak hanya ke negara beraset aman tapi juga mulai masuk ke emerging markettermasuk Indonesia,” ujar Perry. 

Tekanan Rupiah Mereda

Perry mengungkapkan saat ini tekanan terhadap nilai tukar sejumlah mata uang terhadap dolar AS juga mulai mereda. “Kami melakukan intervensi domestic non delivery forward (DNDF) di pasar luar negeri, Hongkong, Eropa, dan Amerika, terus-menerus 24 jam dan itu menjaga stabilitas,” kata Perry.

Namun demikian, ia melihat kondisi global masih tidak pasti. Sebab, kesepakatan antara AS dan Cina hanya sementara, yaitu 90 hari. Dunia masih perlu waspada.

“BI tidak segan-segan akan memastikan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi DNDF di luar negeri maupun spot dan pemberian SBN (surat berharga negara) di dalam negeri,” ujar Perry.

Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

Perry mengungkapkan upaya penurunan suku bunga acuan juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terlebih saat ini inflasi masih terjaga rendah. “Akhir tahun ini kami memperkirakan inflasi itu kemungkinan sekitar 2,6%. Jadi ini rendah,”  ucap Perry.

Bank sentral juga mewaspadai pertumbuhan ekonomi karena pada kuartal pertama 2025 angkanya turun secara kuartalan, yaitu dari 5,02% menjadi 4,87%. Karena itu, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pertimbangan inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

“Dan inilah alasan kami menurunkan suku bunga BI-Rate 25 basis point,” kata Perry.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan