Bank Indonesia (BI) mengeluarkan prediksi baru terkait potensi penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) yang hanya akan terjadi satu kali pada pada Desember 2024.
Nilai tukar rupiah berpeluang menguat ke level psikologis sebesar Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun ini. Penguatan ini akan didorong oleh sejumlah faktor.
Perbankan gencar menghimpun dana murah atau current account savings account (CASA) untuk menekan biaya dana (cost of fund) akibat kenaikan suku bunga acuan - BI Rate Bank Indonesia menjadi 6,25%.
Keputusan BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%, diperkirakan akan berdampak pada kenaikan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) pada tahun ini.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan tiga skenario potensi penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed atau atau Fed Funds Rate (FFR).
BRI merespons soal kenaikan suku bunga Bank Indonesia 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% dalam rapat dewan gubernur April 2024. Perseroan tetap mematok target pertumbuhan kredit dua digit tahun ini.
Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,25%. Ini merupakan kenaikan yang pertama kali di tahun 2024 sejak kenaikan terakhir pada Oktober 2023.
Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,40% ke level Rp 16.155 per dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (24/4). Penguatan rupiah terjadi setelah Bank Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga acuan.
BCA dan Bank Mandiri merespons mengenai keputusan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 6,25% pada rapat dewan gubernur (RDG) April 2024.
Sejumlah ekonom mengungkapkan untung rugi jika Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6%. Apalagi, kebijakan ini akan pengaruhi kondisi fiskal dan moneter Indonesia.