Tarif 32% Ditunda, RI dan AS Lanjutkan Negosiasi Dagang 3 Minggu ke Depan

Ferrika Lukmana Sari
14 Juli 2025, 05:03
Tarif
Katadata
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bertemu dengan US Secretary of Commerce Howard Lutnick dan United States Trade Representative Jamieson Greer pada Rabu (9/7).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa Amerika Serikat (AS) menunda pemberlakuan tarif impor 32% terhadap produk asal Indonesia. Kebijakan ini sebelumnya diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump dan dijadwalkan berlaku mulai 1 Agustus 2025.

"Waktunya (penerapan tarif) adalah kita sebut pause. Jadi penundaan ini dilakukan untuk memberi ruang penyelesaian perundingan yang sedang berjalan," ujar Airlangga dalam konferensi pers di Brussel, Belgia, Sabtu (12/7) waktu setempat.

Penundaan tersebut merupakan hasil dari pertemuan Airlangga dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) Jamieson Greer di Washington D.C., Rabu (9/7).

Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan negosiasi selama tiga minggu ke depan. "Tiga minggu ini kita fokus pada finalisasi fine tuning atas proposal yang telah dipertukarkan," katanya.

Untuk Mendampingi Prabowo

Kunjungan Airlangga ke AS dilakukan usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Brasil. Tujuannya untuk melanjutkan upaya diplomasi perdagangan dan mengurangi dampak kebijakan proteksionis AS.

Airlangga menekankan bahwa dialog ini tidak hanya menyangkut tarif, tetapi juga mencakup isu-isu penting lainnya seperti hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi.

"Pertemuan ini adalah langkah penting untuk memperkuat kerja sama perdagangan antara Indonesia dan AS," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (10/7).

Selain itu, AS juga menunjukkan minat besar terhadap sektor mineral kritis Indonesia, termasuk nikel, tembaga dan kobalt. Ini merupakan komoditas strategis untuk industri teknologi dan energi terbarukan.

“AS menunjukkan ketertarikan kuat untuk memperkuat kemitraan di bidang mineral kritis. Indonesia memiliki cadangan besar dan kita perlu mengoptimalkan potensi kerja sama pengolahan mineral tersebut,” kata Airlangga.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...