Menkeu Purbaya Sindir Sri Mulyani: Pajak Ditarik, Uangnya Mengendap di BI

Rahayu Subekti
11 September 2025, 12:41
Sri Mulyani
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (kiri) bersalaman dengan pejabat lama Sri Mulyani Indrawati saat serah terima jabatan di Kemenkeu, Jakarta, Selasa (9/9/2025). Purbaya Yudhi Sadewa menggantikan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan usai dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (8/9).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyinggung kebijakan pendahulunya, Sri Mulyani Indrawati. Ia menilai ada kesalahan di sisi fiskal maupun moneter yang menyebabkan perlambatan ekonomi.

Menurut Purbaya, pemerintahan sebelumnya terlambat membelanjakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Alhasil, dana negara yang sebagian besar berasal dari pajak hanya mengendap di Bank Indonesia (BI).

“Uangnya utuh di bank sentral. Beliau (Sri Mulyani) rajin narik pajak, nggak apa-apa masuk ke bank sentral. Kalau dibelanjakan lagi, nggak apa-apa. Tapi ini kan nggak (dibelanjakan). Ditaruh di sana, santai-santai,” kata Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (11/9).

Ia menilai kondisi itu ikut memperburuk perlambatan ekonomi nasional. Padahal, Indonesia sangat bergantung pada konsumsi dalam negeri.

“Ekonomi melambat dengan signifikan. Sektor riil susah, semuanya susah, banyak keluar tagline-tagline, Indonesia Gelap,” ujarnya.

Purbaya juga menepis anggapan bahwa perlambatan ekonomi murni akibat kondisi global. Menurutnya, kebijakan dalam negeri justru ikut memperberat situasi.

“Kebijakan dalam negeri utamanya mengganggu kita. Karena 90% ekonominya kita digerakkan oleh permintaan domestik,” katanya.

Ekonomi Mulai Pulih, Tapi Direm Lagi

Purbaya menyebut kondisi ekonomi sempat membaik pada awal 2025. Pada April, pertumbuhan uang primer mencapai 7%, yang menurutnya menjadi tanda Indonesia mulai keluar dari tekanan krisis.

Namun, tren positif itu tidak bertahan lama. “Yang saya nggak tahu, Mei jatuh lagi, Juli jatuh, Agustus jatuh ke 0%,” kata Purbaya.

Ia menilai perlambatan kembali terjadi akibat kebijakan pengetatan yang dilakukan pemerintah.

“Baru menemukan kondisi yang pulih, tapi direm lagi. Belum pulih penuh, direm lagi ekonominya,” ujar Purbaya.

Diketahui, Presiden Prabowo Subianto pada tahun ini juga menerapkan kebijakan efisiensi anggaran sebagai bagian dari strategi fiskal pemerintah.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...