Menkeu Purbaya Sindir Sri Mulyani: Pajak Ditarik, Uangnya Mengendap di BI
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyinggung kebijakan pendahulunya, Sri Mulyani Indrawati. Ia menilai ada kesalahan di sisi fiskal maupun moneter yang menyebabkan perlambatan ekonomi.
Menurut Purbaya, pemerintahan sebelumnya terlambat membelanjakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Alhasil, dana negara yang sebagian besar berasal dari pajak hanya mengendap di Bank Indonesia (BI).
“Uangnya utuh di bank sentral. Beliau (Sri Mulyani) rajin narik pajak, nggak apa-apa masuk ke bank sentral. Kalau dibelanjakan lagi, nggak apa-apa. Tapi ini kan nggak (dibelanjakan). Ditaruh di sana, santai-santai,” kata Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (11/9).
Ia menilai kondisi itu ikut memperburuk perlambatan ekonomi nasional. Padahal, Indonesia sangat bergantung pada konsumsi dalam negeri.
“Ekonomi melambat dengan signifikan. Sektor riil susah, semuanya susah, banyak keluar tagline-tagline, Indonesia Gelap,” ujarnya.
Purbaya juga menepis anggapan bahwa perlambatan ekonomi murni akibat kondisi global. Menurutnya, kebijakan dalam negeri justru ikut memperberat situasi.
“Kebijakan dalam negeri utamanya mengganggu kita. Karena 90% ekonominya kita digerakkan oleh permintaan domestik,” katanya.
Ekonomi Mulai Pulih, Tapi Direm Lagi
Purbaya menyebut kondisi ekonomi sempat membaik pada awal 2025. Pada April, pertumbuhan uang primer mencapai 7%, yang menurutnya menjadi tanda Indonesia mulai keluar dari tekanan krisis.
Namun, tren positif itu tidak bertahan lama. “Yang saya nggak tahu, Mei jatuh lagi, Juli jatuh, Agustus jatuh ke 0%,” kata Purbaya.
Ia menilai perlambatan kembali terjadi akibat kebijakan pengetatan yang dilakukan pemerintah.
“Baru menemukan kondisi yang pulih, tapi direm lagi. Belum pulih penuh, direm lagi ekonominya,” ujar Purbaya.
Diketahui, Presiden Prabowo Subianto pada tahun ini juga menerapkan kebijakan efisiensi anggaran sebagai bagian dari strategi fiskal pemerintah.
