Bos BI Proyeksikan Rupiah Melemah ke Rp 16.430 per Dolar AS pada 2026

Rahayu Subekti
13 November 2025, 10:48
rupiah
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur BI Juda Agung (kanan) menyampaikan paparan pada Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/11/2025). Rapat tersebut membahas perkembangan ekonomi dan bauran kebijakan BI, evaluasi pelaksanaan tugas dan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) tahun 2025, dan arah kebijakan rencana ATBI tahun 2026 serta rencana penggunaan cadangan tujuan BI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pelemahan rupiah masih akan berlanjut pada 2026. Dalam Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2026, nilai tukar rupiah ditargetkan pada level Rp 16.430 per dolar AS.

Target tersebut lebih lemah dibandingkan asumsi pada Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2025 yang sebesar Rp 15.285 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah ini rata-ratanya Rp 16.430 per dolar AS, hampir sama dengan prognosa 2025 Rp 16.440 per dolar AS,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (13/11).

Perry menilai target tersebut masih realistis, karena ketidakpastian ekonomi global yang diperkirakan berlanjut hingga tahun depan.

“Ini realistis karena, seperti yang saya sampaikan, kondisi global pada 2026 masih tetap sama,” ujarnya.

Ia menjelaskan, tantangan utama masih datang dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah mengumumkan penerapan tarif resiprokal sejak April 2025, yang berdampak pada arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meski demikian, Perry menegaskan BI tetap berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini dilakukan dengan dengan mekanisme non-delivery forward (NDF) di pasar dalam negeri dan luar negeri.

“Intervensi dilakukan baik secara spot maupun tunai. Karena itu, besarnya intervensi tidak selalu tercermin dari penurunan cadangan devisa,” ujar Perry.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...