Menyulap Sampah Menjadi Rupiah Show
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Muhammad Zaenuddin
8 Juni 2021, 07:30

Foto: Menyulap Sampah Menjadi Rupiah

“Menyulap sampah menjadi rupiah.” Itu istilah yang sering dilontarkan oleh para pemungut sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Gunung sampah itu menjadi harta karun bagi mereka, sebuah tempat pengolahan sampah yang beroperasi sejak 1989 dan dinyatakan kapasitasnya sudah melampaui batas.

“Informasi bahwa TPST Bantar Gebang akan penuh pada 2022, itu betul,” kata Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) Bantargebang Asep Kuswanto. “Bahkan bisa lebih cepat di 2021. Dari hasil kajian dan hitungan kami, kapasitas di Bantar Gebang tinggal 10 juta ton.”

Di sana, mulai matahari hari terbit hingga terbenam, para pemulung berjibaku dengan aroma tak sedap dan kerumunan lalat. Hasilnya, “biasanya kami jual ke pengepul Rp 6.000 per-karung isi botol plastik,” kata Rusdi, 42, saat ditemui di warung sisi barat gunungan sampah, Senin (7/6). “Sisanya kami mafaatkan limbah rumah tangga ini untuk prabotan atau pakai yang masih layak.”

Saat ini, pandemi Covid-19 juga berdampak bagi para pemulung. Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berdampak pada berhentinya kegiatan perkantoran, komersial, serta sekolah. Semua kegiatan terpusat di rumah. Akibatnya, volume sampah menurun.

Menurunnya volume ini menjadi persoalan pelik. Mereka harus menambah jam kerja untuk mendapatkan hasil lebih, sebab makanan yang dikonsumsi kian sulit terbeli. “Kami harus bangun lebih pagi, jalan lebih jauh untuk mendapet sampah yang bernilai jual,” ujar Rusdi.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami