Pariwisata Diramal Baru Mulai Bangkit Mei 2021, Tergantung Dua Faktor

Happy Fajrian
11 Desember 2020, 10:44
pariwisata, wisatawan mancanegara, wisman, wisatawan domestik, kunjungan wisatawan
ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Sejumlah kapal wisata jenis pinisi berlabuh di perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT Selasa (22/1/2020). Presiden Joko Widodo menetapkan Labuan Bajo akan menjadi lokasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 2023 mendatang dan ASEAN Summit.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memprediksi sektor pariwisata akan mulai pulih setelah Mei 2021. Pemulihan salah satunya akan didorong oleh mulai datangnya wisatawan mancanegara (wisman). Sehingga ekonomi di tujuan wisata seperti Bali, Lombok, serta pulau dan kota lainnya yang mengandalkan wisman akan terdorong.

Perwakilan Bidang Pelatihan SDM PHRI Alexander Nayoan mengatakan peningkatan kunjungan wisman tersebut belum akan menyamai angka kunjungan sebelum pandemi di 2019, namun akan lebih baik dibandingkan tahun ini.

Advertisement

“Perkiraan kami semua border di negara-negara lain sudah mulai dibuka setelah bulan Mei 2021. Mulai ada peningkatan, tapi baru akan pulih ke posisi sebelum pandemi baru pada 2022,” ujarnya pada sebuah webinar Markplus Conference 2021, Kamis (10/12).

Meski demikian, lanjut Alexander, hal ini akan sangat bergantung pada dua kondisi. Pertama, negara-negara sudah mengizinkan warganya bepergian ke luar negeri. Kedua, masih berkaitan dengan izin negara, namun terkait dengan perputaran uang.

Menurutnya, suatu negara bisa saja menginginkan perputaran uang lebih dulu meningkat di negaranya sendiri sebelum mengizinkan warganya spending ke negara lain. “Spending ke negara lain bisa terjadi jika perputaran uang di negara asalnya sudah berlebih,” ujarnya.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terpukul pandemi Covid-19. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang Januari hingga Oktober tahun ini hanya ada 3,72 juta kunjungan wisman, jauh di bawah periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 13,45 juta kunjungan.

Sepinya kunjungan wisman sangat dirasakan hotel-hotel di Bali. Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di bali menyentuh level terendahnya pada Juni hingga Oktober. Pada Oktober TPK hotel-hotel di Bali hanya menyentuh angka 9,53%.

Penurunan kunjungan wisman tersebut membuat Indonesia kehilangan devisa sebesar US$ 15 miliar, menurut perhitungan Kemenparekraf.

Perkembangan TPK hotel berbintang di Indonesia dapat dilihat pada databoks berikut ini:

Insentif Sektor Pariwisata

Untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata, pemerintah pun memberikan insentif yang sudah dicarikan secara bertahap.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Dr. Hari Santosa Sungkari menyebut ada program stimulus pariwisata sebesar Rp 3,3 triliun yang akan diberikan ke pemerintah daerah. Stimulus ini dipergunakan untuk membenahi hotel dan restoran.

“Setelah diseleksi ada 101 kabupaten/kota seluruh Indonesia yang akan mendapatkan stimulus berdasarkan porsi PAD pariwisata terhadap total PAD. Yang dapat hibah pariwisata ini adalah yang pendapatan asli pariwisatanya 15% ke atas,” ujarnya.

Hari mengatakan bahwa dana sudah mulai didistribusikan ke daerah. Bahkan, saat ini sedang tahap pencairan kedua hingga tutup tahun. Databoks berikut adalah rincian anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk sektor pariwisata.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement