Sektor Energi Seret, ESDM Sulit Capai Target Investasi Rp 500 Triliun

Image title
18 Agustus 2021, 13:57
investasi, esdm, kementerian esdm,
Arief Kamaludin|KATADATA
Pekerja beraktifitas di Lapangan Senipah, Peciko dan South Mahakam (SPS) yang merupakan tempat pengolahan minyak dan gas bumi dari Blok Mahakam, Kutai Kartanegara, Rabu (27/12).

Kementerian ESDM mencatat realisasi investasi di sektor energi semester I baru mencapai US$ 11,3 miliar. Angka tersebut tidak sampai separuh dari target investasi di tahun ini yang ditetapkan sebesar US$ 34,8 miliar.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai upaya pemerintah untuk mengejar target investasi di tahun ini akan berat. Apalagi di tengah kondisi akibat pandemi Covid-19.

Menurut dia dari seluruh investasi di sektor energi, investasi di hulu migas masih belum optimal. Adapun hingga Juli ini realisasinya baru mencapai US$ 4,92 miliar atau 39,7% dari target US$ 12,38 miliar. Demikian juga realisasi investasi di sektor minerba yang masih di bawah 25% dari target tahun ini.

"Jika melihat kinerja dari dua sektor tersebut saat ini, maka akan cukup berat bagi pemerintah untuk mengejar target investasi di tahun 2021. Kelistrikan juga belum optimal. Semester I baru tercapai 33,2% dari target. Apalagi ditambah faktor global dan kondisi Covid-19," kata Fabby kepada Katadata.co.id, Rabu (18/8).

Sementara, realisasi investasi energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) sejauh ini masih cukup bagus. Adapun hingga semester I 2021 realisasinya mencapai US$ 1,07 miliar. Angka tersebut mencapai 52% dari target yang ditetapkan pada tahun ini yang sebesar US$ 2,04 miliar.

Meski demikian, dia optimistis investasi di sektor kelistrikan masih dapat naik kembali jika PLN melakukan lelang-lelang proyek segera mungkin. Lelang tertunda karena RUPTL tidak kunjung selesai. "Sudah telat 4 bulan dari jadwal," katanya. Simak databoks berikut:

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menilai umumnya realisasi investasi akan lebih besar pada semester II. Investasi relatif lambat pada semester I karena terhambat proses administrasi pada pengadaan yang belum selesai.

"Pada semester II umumnya proses-proses administrasi relatif lebih selesai semua dibanding semester I. Sehingga proses realisasi investasinya lebih cepat," katanya.

Adapun jika dilihat dari masing-masing sektor energi saat ini. Komaidi memproyeksi sektor EBTKE akan lebih sulit dalam mengejar target inevstasi di tahun ini. Mengingat regulasinya hingga saat ini masih dinamis, berbeda dengan fosil yang regulasinya lebih mapan.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...