Pertamina: Kendala Proyek Jambaran Tiung Biru Terkait Proses Fabrikasi
Pertamina EP Cepu (PEPC) menyampaikan bahwa pembangunan proyek Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) saat ini mengalami kendala karena adanya keterlambatan proses fabrikasi.
General Manager Zona 12 PEPC JTB, Charles L Tobing mengatakan situasi pandemi Covid-19 yang telah berjalan lebih dari setahun ini telah memberikan dampak signifikan bagi industri migas. Termasuk pada proyek ini.
Menurut dia, pandemi corona telah menyebabkan proses fabrikasi proyek JTB terlambat karena peralatan yang dibutuhkan untuk Engineering, Procurement and Construction - Gas Processing Facility (EPC-GPF) harus dipesan terlebih dahulu dari luar negeri.
"Terjadi delay dalam proses fabrikasi karena peralatan yang dibutuhkan di EPC Gas Processing Facilities (GPF) harus didatangkan dari luar, seperti Italia, Kanada, India dan lainnya," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (12/10).
Meski demikian, Pertamina terus berkoordinasi secara ketat dengan para mitra pelaksana proyek beserta konsorsium Rekind, JGC dan JGC Indonesia (RJJ) guna memastikan semua proses berjalan sesuai rencana. Sehingga kewajiban-kewajiban pihak terkait dapat terlaksana dengan baik.
"Dengan dukungan yang kuat dari SKK Migas, PT Pertamina EP Cepu bersama mitra pelaksana proyek JTB terus berupaya untuk mencapai target proyek sesuai dengan yang direncanakan," ujarnya.
Sebelumnya, SKK Migas menemukan kendala dalam pembangunan proyek JTB setelah melakukan inspeksi ke lokasi proyek tersebut. Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan bahwa berdasarkan inspeksi bersama Kementerian ESDM, proyek JTB mengalami gangguan. Bahkan ada kekurangan beberapa material proyek.
"Molor semua. Deg-degan karena ternyata ada material yang kurang. Sedang kami usahakan untuk recovery dan percepat," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (8/10).
Pada Juni lalu SKK Migas menyampaikan bahwa progres pembangunan proyek Lapangan Gas JTB hingga semester I secara keseluruhan telah mencapai 90%. Proyek ini ditargetkan akan beroperasi pada akhir 2021.
SKK Migas awalnya menargetkan dua Proyek Strategis Nasional dapat beroperasi tahun ini. Selain proyek JTB, proyek Tangguh Train 3 juga ditargetkan dapat selesai tahun ini. Namun karena pandemi, terpaksa target harus bergeser.
Proyek JTB sendiri memiliki kapasitas produksi gas 192 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan cadangan 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Pasokan gas dari blok ini akan menggunakan pipa gas Gresik-Semarang.
Harapannya, produksi dari JTB dapat mengatasi defisit pasokan gas 19 sektor industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beberapa di antaranya bergerak di bidang tekstil, ban, baja, keramik, serta makanan dan minuman.