Adaro Tambah Pasokan Batu Bara untuk DMO ke PLN 500.000 Ton
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyatakan komitmennya dalam menjamin pasokan batu bara untuk sektor kelistrikan umum. Perusahaan sepakat untuk memasok tambahan batu bara untuk PLN sebanyak 500.000 ton.
Head Corporate Communications Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan kebutuhan batu bara untuk domestik atau domestic market obligation (DMO) akan selalu menjadi prioritas perusahaan.
Bahkan pemenuhan DMO Adaro pada 2021 telah mencapai 26-27% dari total produksi. Jumlah tersebut melebihi batas yang ditetapkan pemerintah sebesar 25%.
"Saat ini, Adaro mendapatkan penugasan tambahan sebanyak 500.000 ton dan sudah bersepakat dengan Kementerian ESDM serta PLN untuk segera dipenuhi," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (6/1).
Untuk 2021, batu bara untuk DMO yang harus dipenuhi Adaro realisasinya yakni sekitar 11,1 juta ton. Sementara, realisasi penjualan domestik pada Januari-Oktober 2021 sebesar 9,69 juta ton.
Dengan tambahan penjualan pada November dan Desember 2021, maka ia memproyeksikan total penjualan ke domestik sepanjang 2021 telah memenuhi ketentuan DMO minimal 25%.
Dia pun berharap peraturan di industri batu bara dapat membuat perusahaan nasional seperti Adaro tetap bisa eksis dan ikut mendukung ketahanan energi nasional sekaligus memberikan kontribusi kepada negara. Misalnya seperti dalam bentuk royalti, pajak, tenaga kerja, CSR dan lain-lain.
"Selama bulan Januari-September 2021, kontribusi Adaro terhadap Pemerintah Indonesia melalui royalti dan pajak penghasilan mencapai US$ 510 juta," katanya.
Tambahan pasokan batu bara dari Adaro dimaksudkan untuk memenuhi standar minimal 20 hari operasi (HOP) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN. Apalagi PLN sempat melaporkan persediaan batu bara dalam kondisi kritis sehingga berpotensi terjadi pemadaman listrik nasional atau blackout.
Kondisi ini yang mendorong pemerintah untuk melarang ekspor batu bara selama bulan Januari 2022. Namun kondisi terakhir PLN menyatakan telah mendapatkan tambahan pasokan batu bara sebesar 7,5 juta ton, sehingga terhindar dari potensi blackout.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan untuk membuat ketersediaan batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam kondisi aman dengan minimal 20 hari operasi di Januari 2022, setidaknya perusahaan butuh 20 juta ton batu bara.
"Jumlah itu terdiri dari, 10,7 juta ton dari kontrak eksisting dan 9,3 juta ton tambahan untuk meningkatkan ketersediaan batu bara ke level aman,” ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, Rabu (5/1).
Hingga Rabu (5/1), PLN sudah mendapatkan total kontrak 13,9 juta ton batu bara. Jumlah tersebut terdiri dari 10,7 juta ton kontrak eksisting PLN dan IPP, dan 3,2 juta ton kontrak tambahan. Tambahan pasokan ini akan masuk ke pembangkit PLN secara bertahap.
Menurut Darmawan PLN akan terus meningkatkan kecepatan dan efektivitas bongkar muat kapal pengangkut batu bara. "Upaya kami salah satunya adalah memaksimalkan batu bara yang awalnya akan diekspor bisa dikirim ke pembangkit PLN," ungkap dia.