Tolak Bayar Rusia Pakai Rubel, Jerman Bersiap Lakukan Penjatahan Gas
Negara-negara anggota G7, termasuk Jerman, menolak permintaan Rusia untuk melakukan pembayaran impor gas menggunakan Rubel. Penolakan ini berpotensi membuat Rusia menghentikan pengiriman gasnya ke Euro. Jerman bersiap untuk melakukan penjatahan energi jika hal tersebut benar terjadi.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengaktifkan "fase peringatan dini" dari rencana darurat gas. Ini berarti tim krisis dari kementerian ekonomi, regulator dan sektor swasta akan memantau impor dan penyimpanan.
Habeck mengatakan bahwa pasokan gas Jerman aman untuk saat ini tetapi dia mendesak konsumen dan perusahaan untuk mengurangi konsumsi. "Kita harus meningkatkan tindakan pencegahan untuk bersiap menghadapi eskalasi di pihak Rusia," kata Habeck seperti dikutip Reuters, Rabu (30/3).
Jika pasokan kurang, Jerman akan menjatah pasokan gas, dimulai dari konsumen industri. Perlakuan istimewa akan diberikan kepada rumah tangga pribadi, rumah sakit dan institusi penting lainnya.
Langkah ini adalah tanda paling jelas bahwa Uni Eropa tengah bersiap jika sewaktu-waktu Rusia memangkas pasokan gas ke benua biru kecuali jika mendapat pembayaran dalam rubel. Selain Jerman, Italia, Belanda, Prancis, dan Latvia juga telah memperingatkan warganya.
Bahkan tanpa ancaman kekurangan gas, Jerman menghadapi risiko resesi karena tingginya harga energi telah memukul sektor industri, memaksa beberapa produsen baja untuk mengurangi produksi. Jerman juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya tahun ini menjadi 1,8%.
Setengah dari 41,5 juta rumah tangga Jerman memanaskan dengan gas alam sementara industri menyumbang sepertiga dari 100 miliar meter kubik permintaan nasional pada 2021.
Rusia adalah pemasok gas utama Jerman, menyumbang 40% dari impor pada kuartal I 2022. Pemerintah Jerman telah berjanji untuk mengakhiri ketergantungan energinya pada Moskow. “Tetapi tidak akan bisa melakukannya sebelum pertengahan 2024,” kata Habeck.
Eropa menghadapi krisis energi bahkan sebelum Rusia menginvasi Ukraina, dengan tingkat penyimpanan gas di UE sekarang sekitar 26% dari total kapasitas, di bawah tingkat normal pada tahun ini.
Tuntutan pembayaran dalam rubel, yang telah ditolak oleh negara-negara G7, merupakan pembalasan bagi Barat yang memberlakukan sanksi yang melumpuhkan Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Moskow, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus", mengatakan tindakan Barat sama dengan "perang ekonomi".
Pemerintah Rusia mengisyaratkan bahwa pihaknya dapat memperluas permintaan pembayaran rubel ke komoditas lain termasuk minyak, biji-bijian, pupuk, batu bara dan logam, meningkatkan ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa di mana inflasi sudah meroket.
Rusia diperkirakan akan mengungkap rencananya untuk pembayaran rubel pada Kamis (31/3). Meskipun mereka telah menyatakan tidak akan segera menuntut pembeli membayar ekspor gas dalam mata uang Rubel.