Sektor Energi Dunia Hasilkan Rekor 36 Miliar Ton Emisi Karbon di 2022

Tingkat emisi karbon dioksida dari sektor energi di seluruh dunia mencapai rekor tertingginya pada tahun 2022 seiring pulihnya ekonomi dari pandemi. Menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA) tingkat emisi karbon global dari sektor energi naik 0,9% menjadi rekor 36,8 miliar ton.
IEA melaporkan bahwa peningkatan tersebut terjadi di tengah penggunaan teknologi energi bersih yang semakin meluas seperti pembangkit listrik tenaga surya dan kendaraan listrik yang membatasi dampak peningkatan konsumsi batu bara dan minyak mentah.
Namun pengurangan emisi yang dalam, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, akan diperlukan selama beberapa tahun mendatang jika target untuk membatasi kenaikan suhu global dan mencegah perubahan iklim yang tak terkendali harus dipenuhi.
“Kami masih melihat peningkatan emisi dari bahan bakar fosil, menghambat upaya untuk memenuhi target iklim dunia,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam rilis bersama laporan tersebut, seperti dikutip Reuters, Kamis (2/3).
Laporan oleh organisasi yang berbasis di Paris, Prancis ini dirilis tak lama setelah produsen bahan bakar fosil besar seperti Chevron, Exxon Mobil, Shell, hingga BP mengumumkan rekor keuntungan dari lonjakan harga minyak dan gas.
Ditambah, BP juga merevisi ke bawah target penurunan emisi karbon mereka untuk menggenjot produksi. “Perusahaan bahan bakar fosil internasional dan nasional menghasilkan rekor pendapatan dan perlu mengambil bagian tanggung jawab mereka,” kata Birol.
Emisi karbon dioksida (CO2) dari batu bara tumbuh sebesar 1,6% tahun lalu dengan banyak negara beralih ke bahan bakar yang lebih berpolusi setelah invasi Rusia ke Ukraina dan pengurangan pasokan gas Rusia ke Eropa memicu rekor harga gas yang tinggi.
“Emisi karbon dari minyak naik 2,5% tetapi tetap di bawah tingkat pra-pandemi,” tulis laporan itu. Sekitar setengah dari peningkatan emisi terkait minyak disebabkan oleh peningkatan perjalanan udara yang pulih dari level terendah selama pandemi.
“Output yang lebih rendah dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan peristiwa cuaca ekstrem termasuk gelombang panas juga berkontribusi terhadap peningkatan emisi terkait energi,” kata IEA.
Bagaimanapun, emisi sebagian diimbangi dengan peningkatan sumber daya energi terbarukan seperti angin dan matahari, langkah-langkah efisiensi energi dan kendaraan listrik. “Ini menghindari tambahan 550 juta ton emisi CO2 tahun lalu,” kata IEA.