Sambut Masuknya Listrik Hijau, PLN Gencar Upgrade Teknologi

Nadya Zahira
19 September 2023, 18:07
pln, listrik hijau, energi terbarukan, ebt,
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp.
Perahu melintas di samping proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023).

PLN saat ini tengah gencar mengupgrade atau meningkatkan kemampuan teknologi miliknya agar bisa menampung dan mengakomodir listrik hijau dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dalam skala yang besar yang akan mulai masuk ke sistem Jawa-Bali tahun ini.

General Manager Unit Induk Pusat Pengatur Beban Jawa, Madura, dan Bali (UIP2B Jamali), Munawwar Furqon mengatakan teknologi yang akan ditingkatkan yaitu control center.

Beberapa pembangkit energi terbarukan akan mulai beroperasi tahun ini seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung Cirata berkapasitas 145 megawatt (MW) yang akan beroperasi pada 27 Oktober 2023, serta PLTS di Bali berkapasitas 2x50 MW.

“Kami memperbaiki sistem control center di Jawa-Bali. Karena beberapa control center kami sudah obsolete atau teknologinya ketinggalan jadi tidak bisa cover masuknya energi terbarukan,” ujarnya dalam acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2023 di Jakarta, Selasa (19/9).

Dengan demikian, dia mengatakan adanya peningkatan atau upgrading pada sistem control center tersebut bisa mengakomodir pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), hingga PLTS battery storage dengan sistem yang jauh lebih baik dan canggih ke depannya.

Dia menambahkan peningkatan teknologi di bagian control center saat ini masih dalam tahap proses dan belum rampung. Nantinya PLN akan menggunakan sistem smart control center, sehingga bisa mengakomodir variable renewable energy (VRE) lebih baik lagi. “Semakin banyak VRE yang masuk ke sistem Jawa-Bali, kami siap," ujarnya.

Dia menilai, satu hal terpenting dalam meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan di dalam negeri yaitu, perkiraan atau forecasting cuaca. Dengan demikian, pasokan listrik dari pembangkit intermiten bisa terlihat.

Selain itu, PLN juga bisa menyiapkan cadangan dari sistem ketenagalistrikan yang sudah ada sebelumnya, "Jadi semakin sering data di-update ke forecaster, maka data itu akan semakin akurat," kata dia.

PLN terus mendorong penggunaan EBT guna mendorong target Net Zero Emssion (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Untuk itu, PLN melalui anak usahanya PLN Indonesia Power (PLN IP) telah menginisiasi megaproyek Hijaunesia dan Hydronesia. Dua megaproyek ini akan meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebesar 8,1 GW.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan mega Project Hijaunesia merupakan tindak lanjut pengembangan EBT PLN IP sesuai RUPTL 2021-2030 untuk energi hijau dengan kapasitas 7 GW, sedangkan proyek Hydronesia berdaya 1,1 GW.

Ia menjelaskan Proyek Hydronesia ini merupakan pencarian co-developer yang akan bekerja sama dalam menciptakan proyek-proyek PLTA yang siap eksekusi.

“Proyek ini kita siapkan khusus untuk mencari co-developer yang memenuhi kualifikasi, yang mana ke depannya akan bekerja sama dengan kami dalam menciptakan proyek-proyek PLTA yang siap eksekusi,” ujarnya, dikutip Rabu (26/7).

Lebih lanjut, Edwin menyampaikan proyek-proyek yang disiapkan PLN IP ini merupakan wujud komitmen korporasi dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia dengan melibatkan berbagai mitra strategis baik dari dalam maupun luar negeri untuk mencari kualitas terbaik.

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...