PLN Segera Rampungkan Kajian Keekonomian Proyek PLTN Kalimantan Barat
PT PLN Indonesia Power melaporkan perkembangan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) small modular reactor (SMR) di Kalimantan Barat akan segera menyelesaikan tahap kajian keekonomian.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN IP, Bernadus Sudarmanta mengatakan tahap kajian keekonomian proyek ini akan selesai dalam beberapa bulan ke depan.
“Kajian keekonomian pembangunan pembangkit nuklir dengan teknik SMR itu sedang berjalan, kira-kira bulan April selesai. Sekitar 200 megawatt,” kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN IP, Bernardus Sudarmanta, ditemui di Kementerian ESDM pada Rabu (31/1).
Bernardus mengatakan, terkait rencana pembangunan serta target realisasi dalam proyek ini belum dapat dipastikan.
“Saya rasa sih itu masih tergantung dari rencana pengadaan tenaga listrik (RUPTL) yang akan keluar apakah sudah dimasukkan ke situ. Ini sifatnya antisipasi saja kalau nanti di dalam RUPTL sudah ada porsi pembangkit nuklir,” ujarnya.
Pembangunan pembangkit ini dilakukan sebagai upaya mempercepat transisi energi di Indonesia. Dalam studi tersebut, PLN IP bersinergi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT PLN (Persero), Badan Perdagangan dan Pengembangan AS (USTDA) serta Perusahaan asal Rusia NuScale Power.
Bernardus mengatakan bahwa sejauh ini proyek tidak menghadapi kendala baik secara teknis, geografis, maupun ekonomi. “Dari sisi teknis teknologi cukup mature tinggal masalahnya political will. Kira-kira mau ke sana apa nggak? Kalau kendala tempat geografis, ekonomis semuanya sebenarnya sejauh ini tidak ada halangan,” ucapnya.
Mengenai pembangunan pembangkit, Bernardus menyebutkan alasan mengapa akhirnya Kalimantan Barat dipilih sebagai lokasi pembangkit nuklir berteknologi SMR. “Kalimantan Barat studi tapak sudah cukup lama. Dulu dari Batan sudah melakukan studi bersama, artinya lokasi yang memungkinkan dibangun PLTN sudah cukup lama tinggal masalah sosial politiknya,” kata dia.
Pada 2022, Peneliti BRIN Djarot Sulistio Wisnubroto juga pernah mengatakan alasan pembangunan PLTN di Kalimantan Barat. Selain mendapat dukungan masyarakat, wilayah tersebut juga memiliki kondisi geologi yang stabil dan tidak rawan gempa.
"Potensi gempa rendah dan didukung oleh masyarakat, 87% lebih di Kalbar berbasis pada survei yang dilakukan 2019 mendukung pembangunan PLTN," ujarnya.