Analis Sebut Dual Listing akan Menguntungkan IPO Gojek
Gojek berencana untuk melakukan penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) di dua bursa berbeda (dual listing). Analis menilai, langkah Gojek melakukan dual listing bisa mempermudah IPO mencapai target yang diinginkan.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa valuasi saham Gojek yang tinggi membuat IPO tersebut akan menyerap dana yang sangat besar. Sehingga dengan dual listing, Gojek tidak akan mengandalkan investor dalam negeri saja.
"Dual listing ini akan mendorong daya serap dana IPO jadi lebih besar. Sehingga akan mencukupi sesuai keinginan emiten. Oleh sebab itu, dual listing merupakan pilihan yang baik," kata Nico kepada Katadata.co.id, Selasa (5/11).
Meski begitu, Nico mengatakan ada sedikit tantangan dalam melakukan IPO di dua bursa yang berbeda, yaitu terkait aturan yang berbeda pada masing-masing bursa. Kendati demikian, dia menilai perbedaan aturan ini tidak akan menjadi kendala bagi emiten karena secara garis besar aturan bursa saham di tiap negara relatif sama.
(Baca: Rencana Dual Listing IPO Gojek Hadapi Pro-Kontra di Setiap Negara)
Secara umum, niatan Gojek untuk IPO akan menjadi jembatan bagi para pelaku pasar dan investor yang ingin memiliki saham perusahaan teknologi di Indonesia. Apalagi saat ini perusahaan teknologi seperti Gojek dan memiliki valuasi perusahaan yang baik masih sangat jarang ditemui.
Senada, analis Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan melakukan dual listing memiliki banyak keuntungan. Seperti memiliki opsi pendanaan yang lebih banyak. "Seperti jika melantai di bursa efek Singapura yang secara finansial lebih dalam dan investornya lebih sadar soal investasi ketimbang masyarakat dalam negeri," ujarnya.
Selain itu, dengan dual listing kredibilitas emiten menjadi lebih baik dan disegani secara regional. Meski begitu, dia menilai ada kerugian dari melakukan dual listing, seperti biaya lebih mahal di bursa Singapura dibandingkan bursa domestik.
Rencana untuk melakukan dual listing disampaikan Gojek sejak lama. Meski begitu, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo masih merahasiakan negara yang dituju untuk IPO tersebut, selain Indonesia.
(Baca: Co-CEO Gojek Siapkan IPO di Dua Negara, Ada Tiga Syaratnya)
Dia mengatakan bahwa setiap negara memiliki pro-kontra dalam menyikapi rencana dual listing Gojek. "Mungkin sedang dipertimbangkan, tapi di mananya belum tahu karena tergantung dari kondisi pasar. Kebetulan, setiap negara punya pro dan kontra untuk memberikan aspirasi kami untuk listing," kata Andre dalam sesi konferensi pers di Jakarta, Sabtu (2/11).
Andre hanya memastikan langkah perusahaan dalam mencari pendanaan melalui pasar modal di dua bursa, salah satunya harus dilakukan di Indonesia. Alasannya, Gojek ingin berkontribusi terhadap pasar modal dalam negeri dan ingin masyarkat Indonesia ikut berpartisipasi terhadap kesuksesan Gojek.
"Satu listing harus di sini (Indonesia). Karena Gojek itu milik Indonesia, untuk Indonesia, dan harus bisa berkontribusi terhadap bursa saham di Indonesia," ujar Andre.
Andre menambahkan, pihaknya memang sangat tertarik untuk melantai di pasar modal dalam negeri. Terlebih, belum pernah ada perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi besar yang bergerak di bidang teknologi yang melepas saham ke publik di Indonesia. "Sebelumnya kan yang melantai di bursa sektor-sektor yang tradisional," ujarnya.
Meski begitu, Andre memastikan, perusahaan yang identik dengan warna hijau ini sudah menyiapkan diri untuk membuka sahamnya ke publik. Untuk itu, Gojek akan fokus pada pertumbuhan yang berorientasi pada penguatan produk untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
(Baca: Gojek Bisa Uji Coba Layanan Ojek Online di Malaysia pada Januari 2020)