Ekonom Ramal Inflasi Juli Makin Dekati 5%, Makin Jauh dari Target BI
Tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut pada Juli 2022 seiring kenaikan harga bahan pangan, harga BBM nonsubsidi hingga periode musiman tahun ajaran baru. Sejumlah ekonom memperkirakan inflasi tahunan bakal semakin jauh dari target Bank Indonesia (BI) 3±1% dan mendekati 5%.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan inflasi Juli secara bulanan sebesar 0,59% atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,61%. Tetapi secara tahunan bakal lebih tinggi yakni 4,88% dari bulan sebelumnya 4,35%.
"Kenaikan harga BBM non subsidi, gas dan bahan pangan seperti cabai bawang, telur menjadi pendorong inflasi," kata David kepada Katadata.co.id, Minggu (31/7).
Inflasi inti diperkirakan naik ke level 2,87% secara tahunan dari bulan Juni 2,63%. Selain karena didorong momentum pemulihan ekonomi, meningkatnya inflasi inti karena pertumbuhan kredit yang melaju lebih tinggi dari ekspektasi semula.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini 9%-11% dari perkiraan awal 6%-8%. Faktor lainnya yakni kenaikan biaya pendidikan karena faktor musiman tahun ajaran baru.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan inflasi secara tahunan akan naik ke level 4,82%. Meski demikian, secara bulanan, inflasi turun ke 0,52%.
"Perlambatan inflasi bulanan diperkirakan didorong oleh perlambatan inflasi dari komponen barang bergejolak, meskipun kami perkirakan masih relatif tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," kata Josua dalam risetnya.
Inflasi inti secara bulanan diperkirakan bakal melambat seiring penurunan harga emas dan harga gula pasir. Inflasi harga diatur pemerintah cenderung masih tinggi karena kenaikan harga BBM non subsidi seperti Pertamax, DexLite, dan juga Pertamina Dex. Selain itu harga tiket pesawat juga masih tinghi karena masih mahalnya avtur.
Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution dalam risetnya memperkirakan inflasi Juli di level 0,58% secara bulanan dan 4,88% secara tahunan. Perbaikan pasokan bahan makanan secara bertahap menempatkan tekanan harga dari komponen harga bergejolak yang mereda di bulan Juli.
Di sisi lain, penyesuaian di komponen harga diatur pemerintah memberikan tekanan tambahan pada harga konsumen. Inflasi pada komoditas harga bergejolak terpantau bervariasi.
"Pengetatan pasokan dan permintaan konsumen yang lebih tinggi mendorong harga bawang merah dan daging sapi. Tetapu lonjakan produksi dan membaiknya pasokan cabai secara bertahap memperlambat kenaikan harga," kata Damhuri.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi Juli sebesar 0,53% secara bulanan dan 4,82% secara tahunan. Ada enam faktor pendorongnya yakni, kenaikan harga pangan, harga BBM non subsidi, harga LPG non subsidi, penyesuaian tarif listrik, kenaikan jasa transportasi udara, serta faktor musiman tahun ajaran baru.
Namun, inflasi inti dinilai masih akan tetap relatif rendah meskipun terus meningkat. Inflaisi inti diperkirakan sebesar 2,75% yoy.
"Kami terus memperkirakan inflasi akan meningkat secara substansial dan fundamental di semester kedua, di tengah membaiknya permintaan, menunjukkan bahwa tren inflasi inti memiliki kecenderungan untuk terus meningkat," kata Faisal dalam risetnya.