Bursa Karbon RI Meluncur, Bos Freeport Minta Harga Karbon Jangan Murah

Bursa karbon Indonesia secara resmi diluncurkan di Indonesia mulai hari ini, Selasa (26/9) dengan volume emisi yang diperdagangkan yaitu 459.914 ton CO2 ekuivalen. Terkait hal itu, President Director PT Freeport Indonesia Tony Wenas meminta agar karbon di Indonesia tidak dijual dengan harga yang murah.
“Jangan karena hutan kita banyak terus harganya jadi murah. Pokoknya harus adil,” ujar Tony saat ditemui di sela acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Selasa (26/9).
Tony menyebutkan, sangat disayangkan jika karbon yang diperdagangkan di Indonesia dijual dengan harga yang murah. Pasalnya, negara maju yang tidak memiliki hutan saja, menjual karbonnya seharga US$ 100. “Kenapa kalau belinya di Indonesia harganya US$ 10,” ujarnya.
Selain itu, dia menuturkan pemerintah harus mendorong perdagangan bursa karbon agar pasarnya ramai dan memiliki banyak peminat. Dorongan tersebut bisa dilakukan dengan membuat perdagangan karbon menjadi nyaman yang didukung oleh infrastruktur yang baik dan lain sebagainya.
“Jadi semakin bisa dipertanggung jawabkan, semakin terbuka dan nantinya akan semakin banyak yang trading disitu,” kata dia.
Dia berharap, trading dalam bursa karbon bisa lebih banyak agar mendatangkan nilai yang lebih tinggi. Sehingga, dia meminta agar infrastruktur di perdagangan karbon benar-benar dapat diperhatikan dan marketnya harus bisa dirasa nyaman oleh semua para pembeli.
SAFE Forum 2023 akan menghadirkan lebih dari 40 pembicara yang akan mengisi 15 lebih sesi dengan berbagai macam topik. Mengangkat tema "Let's Take Action", #KatadataSAFE2023 menjadi platform untuk memfasilitasi tindakan kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan yang disatukan oleh misi menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih hijau. Informasi selengkapnya di sini.