Perbankan dan Fintech Pembayaran, Bukan Lawan tapi Kawan

Safrezi Fitra
7 Oktober 2019, 10:30
persaingan fintech dan bank, fintech pembayaran, ovo, gopay, dana, uang elektronik, uang digital
123rf
Ilustrasi. Kehadiran teknologi pembayaran digital mengubah bisnis perbankan.

Perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran semula diprediksi akan menggerus bisnis perbankan. Namun, rata-rata perbankan nasional tidak menganggap perusahaan ini sebagai pesaing. Mereka sudah menyiapkan strategi khusus dalam menghadapi persaingan ini.

Riset terbaru dari Accenture mengatakan, bisnis pembayaran global tahun ini akan mencapai US$ 1,5 triliun dan meningkat menjadi US$ 2 triliun pada 2025. Sekitar 14% atau US$ 280 miliar dari nilai tersebut akan dikuasai oleh fintech pembayaran.

Laporan itu menyebutkan, perbankan dunia menghadapi persaingan dengan fintech seperti perusahaan asal Sillicon Valley, Stripe dan Square, serta platform teknologi PayPal. Ada juga TransferWise dari Inggris yang menawarkan jasa pembayaran valuta asing kepada pelanggan retail dan usaha kecil menengah (UKM) dengan biaya lebih rendah.

(Baca: Gelombang Besar Transaksi Nontunai di Indonesia)

Kehadiran pembayaran instan bisa mengurangi kebutuhan akan kartu kredit dan kartu debet. Padahal, kedua jenis kartu tersebut menjadi sumber penghasilan bank. Dengan teknologi digital sistem pembayaran berbasis server yang ditawarkan fintech, pengguna bisa bertransaksi secara langsung dengan mitra bisnisnya.

Simple Grafik transaksi nontunai didominasi uang elektronik
 

Mengacu data Bank Indonesia (BI), nilai transaksi pembayaran digital atau uang elektronik mencapai Rp 47,19 triliun sepanjang 2018. Angka itu meningkat empat kali lipat dibandingkan nilai transaksi tahun sebelumnya Rp 12,37 triliun.

Sementara riset Morgan Stanley yang dipublikasikan Februari lalu menunjukkan besarnya jumlah pengguna dan transaksi pembayaran digital di Indonesia. Hasil survei terhadap 1.582 responden, 20% di antaranya memilih menggunakan layanan pembayaran digital dari perusahaan fintech dibanding milik bank, perusahaan telekomunikasi, atau e-commerce.

Dari hasil survei tersebut, 90% responden mengaku sebagai pengguna dompet digital milik perusahaan fintech. Pengguna dompet digital milik bank (65%), provider telekomunikasi (39%), dan layanan digital milik e-commerce (35%).

(Baca: Setelah Data, Revolusi Ketiga Saat Ini Adalah Digital Payment)

Pertumbuhan transaksi digital dari layanan fintech juga tercatat paling tinggi. Dalam satu tahun terakhir mencapai 55%, melampaui kenaikan penggunaan layanan milik e-commerce (47%), bank (41%), uang tunai (35%), dan provider telekomunikasi (33%).

Kepemilikan produk dompet digital milik sejumlah perusahaan fintech ternyata melampaui pemakai layanan serupa dari bank. Padahal, sebelum perusahaan fintech hadir, transaksi non-tunai cenderung menggunakan dompet digital milik bank, seperti kartu kredit, debit, atau real time gross settlement (RTGS).

(Baca: Persaingan Bisnis Dompet Digital Makin Ketat dan Mengerucut)

Fintech Bukan Ancaman

Lantas bagaimana perbankan Indonesia menyikapi masifnya fintech pembayaran di dalam negeri? Rata-rata bank menyatakan tidak menganggap fintech pembayaran sebagai ancaman bagi bisnisnya. Mereka malah akan bekerja sama atau menggandeng perusahaan-perusahaan tersebut untuk memperluas bisnisnya dan menjangkau banyak nasabah.

Senior Vice President (SVP) Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri, Thomas Wahyudi, mengatakan digitalisasi keuangan merupakan keniscayaan dan berkembang sangat cepat didorong tumbuh suburnya industri fintech. Makanya, perbankan harus bisa adaptif dan lebih sigap dalam menghadapi dinamika ini.

(Baca: Berguru Transaksi Nontunai ke Tiongkok dan Australia)

Dalam menghadapi era digital, Bank Mandiri menyatakan akan terus meningkatkan layanan, melakukan perbaikan, dan membuat terobosan-terobosan baru dalam layanan digital. Salah satunya mengembangkan platform mobile banking Mandiri Online lebih mudah digunakan (user friendly). 

Selain itu terdapat beragam fitur mulai dari transfer antar Mandiri, online transfer antarbank, pembayaran tagihan hingga isi ulang (top up) e-Money  bisa hanya menggunakan ponsel yang memiliki fitur NFC, serta beragam kemampuan lainnya yang memanjakan nasabah.

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, tentu menjadi pasar yang sangat besar bagi jasa sistem pembayaran. Apalagi sudah ada dukungan pemerintah melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...