Warung-warung Kecil dan Potensi Bonus Demografi

Teddy Oetomo
Oleh Teddy Oetomo
14 Desember 2019, 10:00
Teddy Oetomo
KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO
Yogi (33) salah satu mitra warung Bukalapak yang tengah menjaga warung kelontongnya di wilayah Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (21/8).

UMKM seringkali dilihat sebagai sebuah segmen yang paling sulit untuk dikembangkan. Mereka tersebar luas di berbagai penjuru tanah air, tidak homogen, memiliki kualitas yang sangat beragam dan berkecimpung dalam berbagai macam industri yang berbeda. Belum lagi permasalahan kapasitas yang dimiliki seringkali terbatas, dan masih banyak lagi aspek-aspek lain yang membuat segmen ini begitu menantang.

Walaupun tantangan-tantangan tersebut tentunya sangatlah nyata, perkembangan teknologi demikian pesat di era ini rasanya menawarkan sebuah potensi solusi yang menarik. Untuk pertama kalinya, UMKM kita tidak lagi terhambat oleh batasan lokasi dan geografis. Platform e-commerce menjadi jalan keluar bagi para pelaku UMKM untuk bisa melayani pembeli dari Sabang sampai Merauke.

Persaingan Unicorn di Warung
Persaingan Unicorn di Warung (Katadata)

Melalui teknologi, para pelaku UMKM dapat melebarkan sayap usaha mereka tanpa menggelontorkan modal maupun investasi yang besar. Bentuk UMKM yang paling kecil sekalipun, seperti warung, pada akhirnya bisa memotong jalur perantara pada saat berbelanja kebutuhan dagang mereka. Hal ini menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar bagi pelaku UMKM.

Menurut saya, ini juga sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab kami dan perusahaan teknologi lainnya untuk bisa menawarkan solusi-solusi yang berpotensi meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia.

Hari ini, warung-warung kecil tidak lagi terbatas hanya menjual kebutuhan pokok. Lewat layanan smartphone yang mereka miliki, warung-warung tersebut dapat menyediakan layanan-layanan mulai dari pembelian pulsa, pembayaran tagihan BPJS dan listrik, bahkan sampai berjualan tiket pesawat.

Benar, warung-warung kecil itu sekarang bahkan bisa naik kelas menjadi agen perjalanan. Bahkan, mereka juga bisa menjual produk-produk keuangan mendasar kepada konsumennya. Semua ini membuka jalan bagi pegiat UMKM untuk mendapatkan aliran pendapatan yang lebih besar dan beragam. Di saat yang sama, hal ini membantu terciptanya inklusi keuangan dan digital di Indonesia.

Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

Para entitas penyedia jasa-jasa inipun bisa mendapatkan imbalan ekonomi yang menarik. Melalui teknologi, para pelaku UMKM tidak lagi dihadapkan pada perantara yang berlapis-lapis, yang menggerus keuntungan mereka dan produsen. Bahkan, potensi keuntungannya pun demikian besar sampai entitas yang menyediakan layanan tersebut mungkin tidak perlu terlibat dalam pembakaran uang secara irasional. Cukup besar rasanya potensi kue keuntungan yang dapat dibagikan.

Tentunya, saya menyadari bahwa terdapat solusi lain dan UMKM bukanlah solusi satu-satunya. Namun, saya berharap pemberdayaan UMKM yang lebih menyeluruh dapat memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan inklusif bagi Indonesia.

Saya ingin melihat orang Indonesia mampu menjadi kaya sebelum telanjur dimakan usia. Semoga suatu hari nanti saya dapat kembali berbincang dengan Chatib Basri. Namun, kali ini bukan lagi tentang potensi Indonesia yang belum terealisasi tetapi tentang bagaimana Indonesia akhirnya berhasil memanfaatkan bonus demografi dan mendongkrak kelas menengah kita melaju pesat.

Halaman:
Teddy Oetomo
Teddy Oetomo
Chief Strategy Officer (CSO) Bukalapak

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...