Kenaikan Harga, Instrumen Peredam Konsumsi BBM

Redaksi
Oleh Redaksi
3 November 2014, 14:25
No image
KATADATA | Arief Kamaludin

Di media sosial dan surat kabar, pernah pula muncul gagasan lain yaitu menggunakan Pajak Kendaraan Bermotor. Cara ini jelas tidak efektif. Bahkan bisa meningkatkan konsumsi BBM. (lihat: paparan analisis ekonomi mikro di bawah).

Disamping itu, ada gagasan lain yaitu melakukan diferensiasi produk, dengan cara menurunkan kadar oktan premium (yang mencerminkan kualitas bensin) dari sekarang RON 88 menjadi RON 80 untuk BBM bersubsidi dan sisanya dinaikkan menjadi RON 90 atau RON 95.

Gagasan ini kelihatannya cerdas, tetapi dampaknya akan sama saja atau tidak terpengaruh dari sisi anggaran. Bahkan, dampak negatif terhadap lingkungan dan ekonomi akibat mesin menjadi rusak akan jauh lebih besar. Ditambah lagi, untuk menjalankan strategi ini, sejumlah investasi harus dilakukan oleh (Pertamina), sehingga akan mengubah perhitungan ekonomisnya yang bisa jadi berujung pada tidak ada penghematan yang dihasilkan.

Hanya dari kilang domestik kita bisa memesan RON 88 dan RON 80. Premium impor umumnya berkualitas RON 90, sehingga yang bisa disesuaikan tergolong terbatas. Mekanisme ini juga terbatas dilakukan pada premium. Sementara, untuk solar, diskriminasi produk ini tidak bisa dilakukan.

Lalu, bagaimana solusinya? Tak ada jalan lain, harga BBM bersubsidi tetap harus dinaikkan. Sebab dengan cara ini, biaya perjalanan menggunakan kendaraan bermotor meningkat, sehingga diharapkan bakal menekan konsumsi BBM, sekaligus mendorong substitusi penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Pengalaman di sejumlah negara menunjukkan, kenaikan harga BBM ke harga keekonomian saja memang tidaklah cukup. Sebab, teknologi permesinan yang menghemat penggunaan BBM/km telah mendorong peningkatan volume penggunaan kendaraan. Akibatnya, volume kendaraan bermotor tetap meningkat.

Untuk menghadapi persoalan ini, Solusi yang sering dipakai adalah mengenalkan nilai kongesti (congestion tax) atau harga yang harus dibayar oleh masyarakat pengguna jalan. Dalam kasus tertentu, congestion tax dapat dilakukan dengan cara yang terbatas, seperti pengenaan biaya tol atau electronic road pricing.

Kebijakan ini dilakukan oleh hampir semua negara Eropa dan Jepang. Sebab, melalui kebijakan ini, biaya variabel pun akan meningkat, yang membuat volume konsumsi BBM menurun.

* * *

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Peneliti Senior LPEM-FEUI

Artikel di atas dilengkapi dengan paparan analisis ekonomi mikro sederhana di bawah ini untuk memperkirakan kebijakan yang tepat.

Baca : Paparan Analisis Ekonomi Mikro

Halaman:
Redaksi
Redaksi

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...