Program Rekonstruksi Pasca-Corona: Tidak Ada Jalan Kembali

Muhammad Yunus
Oleh Muhammad Yunus
11 Juni 2020, 11:00
Muhammad Yunus
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Sejumlah warga membawa karung berisi sampah plastik untuk ditukarkan dengan beras dalam aksi sosial di Bank Sampah Luwu Mas, Desa Sayan, Gianyar, Bali, Selasa (9/6/2020). Penukaran sampah plastik dengan beras tersebut untuk membantu meringankan perekonomian warga yang terdampak COVID-19 sekaligus gerakan kebersihan lingkungan dari sampah plastik.

Bisnis Sosial

Dalam rencana rekonstruksi komprehensif ini saya mengusulkan pemberian peran sentral pada bentuk bisnis baru yang disebut bisnis sosial. Ini adalah bisnis yang dibuat semata-mata untuk memecahkan masalah tanpa mengambil keuntungan pribadi oleh investor kecuali untuk menutup investasi awal. Setelah investasi awal kembali, semua keuntungan berikutnya akan diputar kembali ke dalam bisnis.

Pemerintah akan memiliki banyak peluang untuk mendorong, memprioritaskan, dan membuka ruang bagi bisnis sosial untuk melakukan tanggung jawab dengan desain ulang besar-besaran. Pada saat yang sama, pemerintah tidak boleh mengharapkan bisnis sosial ada sesuai keinginan mereka.

Pemerintah harus meluncurkan program mereka, seperti merawat orang miskin dan pengangguran melalui program kesejahteraan knvensional, menawarkan layanan kesehatan, menghidupkan kembali semua layanan penting, dan mendukung semua jenis bisnis di mana pilihan bisnis sosial terhambat dijalankan.

(Baca: Amerika Dianggap Sedang Alami Resesi Ekonomi Imbas Corona)

Untuk mempercepat masuknya bisnis sosial, pemerintah dapat menciptakan Dana Modal Ventura Bisnis Sosial secara terpusat dan lokal, mendorong sektor swasta, yayasan, lembaga keuangan, dana investasi untuk mendirikan Dana Modal Ventura Bisnis Sosial, mendorong perusahaan konvensional untuk menjadi bisnis sosial sendiri atau menerima mitra bisnis sosial, korporat, dan semua bisnis dapat didorong untuk memiliki bisnis sosial mereka sendiri atau membuat bisnis sosial patungan dengan mitra bisnis sosial.

Di bawah program pembangunan kembali, pemerintah dapat membiayai bisnis sosial untuk membeli perusahaan, dan bekerja sama dengan perusahaan yang membutuhkan untuk mengubahnya menjadi bisnis sosial. Bank sentral dapat memungkinkan bisnis sosial, seperti halnya bisnis lain, untuk menerima pembiayaan dari lembaga keuangan untuk berinvestasi di pasar saham.

Akan ada banyak peluang yang muncul selama proses pembangunan kembali. Pemerintah harus melibatkan sebanyak mungkin pelaku bisnis sosial.

Siapa Investor Bisnis Sosial?

Siapa investor bisnis sosial? Di mana kita menemukannya?

Mereka ada dimana-mana. Kami tidak melihatnya karena buku teks ekonomi yang ada tidak mengenali keberadaannya. Akibatnya mata kita tidak dilatih untuk melihatnya. Hanya pelatihan ekonomi baru-baru ini membahas diskusi tentang topik-topik seperti bisnis sosial, kewirausahaan sosial, investasi dampak, organisasi nirlaba, dll sebagai masalah sampingan yang terinspirasi oleh kekaguman global terhadap Grameen Bank dan kredit mikro.

Selama ekonomi tetap menjadi ilmu untuk memaksimalkan laba, kita tidak dapat sepenuhnya bergantung padanya untuk program rekonstruksi yang didasarkan pada kesadaran sosial dan lingkungan. Seluruh strategi akan memperbesar proporsi bisnis sosial dalam ekonomi keseluruhan ketika ekonomi tumbuh.

Keberhasilan bisnis sosial akan terlihat saat ada pertumbuhan pesat jumlah pengusaha yang melakukan kedua jenis bisnis secara bersamaan. Ini akan menjadi awal dari ekonomi yang didorong oleh kesadaran sosial dan lingkungan.

(Baca: Bank Dunia Peringatkan Risiko RI Ketergantungan Dana Asing )

Segera setelah kebijakan pemerintah mulai mengakui pengusaha bisnis sosial dan investor, pengusaha dan investor tersebut akan tampil dengan antusias untuk memainkan peran sosial penting yang dituntut oleh peluang historis.

Pengusaha bisnis sosial bukan anggota komunitas kecil yang berbuat baik. Ini adalah ekosistem ​​global yang besar yang mencakup perusahaan multinasional raksasa, dana bisnis sosial besar, banyak CEO berbakat, badan hukum, yayasan, perwalian, dengan pengalaman bertahun-tahun dalam pembiayaan dan menjalankan bisnis sosial global dan lokal.

Ketika konsep dan pengalaman bisnis sosial mulai mendapat perhatian pemerintah, banyak individu yang suka mengambil keuntungan pribadi. Mereka akan senang hati menyumbangkan bakat terpendamnya untuk menjadi pengusaha bisnis sosial yang sukses. Selain itu memainkan peran sosial yang sangat berharga pada saat krisis sosial dan ekonomi, seperti krisis iklim, krisis pengangguran, krisis konsentrasi kekayaan, dan lain-lain.

Mall di Jakarta Akan Beroperasi Kembali 15 Juni
Mall di Jakarta akan beroperasi kembali pada 15 Juni 2020 di tengah pandemi corona. (Adi Maulana Ibrahim|Katadata)

Manusia Terlahir sebagai Pengusaha

Program rekonstruksi harus menghilangkan perbedaan pola kerja antara warga negara dan pemerintah. Sudah lumrah bahwa warga negara adalah untuk menghidupi keluarga mereka dan membayar pajak. Sedangkan tanggung jawab pemerintah (dan sektor nirlaba hingga batas tertentu) adalah mengurus semua masalah kolektif, seperti iklim, pekerjaan, perawatan kesehatan, pendidikan, air, dan sebagainya.

Program rekonstruksi harus menghancurkan tembok pembatas ini dan mendorong semua warga negara untuk tampil ke depan dan menunjukkan bakat mereka sebagai pemecah masalah dengan menciptakan bisnis sosial. Kekuatan mereka bukan besarnya inisiatif mereka, tetapi dalam jumlah mereka. Setiap inisiatif kecil dikalikan dengan jumlah besar warga negara ternyata dapat menjadi tindakan nasional yang sangat besar.

Salah satu masalah yang dapat segera diatasi pengusaha sosial adalah masalah pengangguran yang diciptakan oleh jatuhnya ekonomi. Investor bisnis sosial dapat segera menciptakan bisnis sosial untuk menciptakan pekerjaan bagi para pengangguran.

Mereka juga dapat berupaya menjadikan mereka pengusaha, dan menunjukkan bahwa manusia dilahirkan sebagai pengusaha, bukan sebagai pencari kerja. Bisnis sosial dapat terlibat dalam menciptakan sistem kesehatan yang kuat dengan bekerja sama dengan sistem pemerintah.

(Baca: Lima Negara Maju yang Terancam Resesi Ekonomi Akibat Pandemi Corona)

Investor bisnis sosial tidak harus perorangan, namun dapat berupa institusi, seperti dana investasi, yayasan, perwalian, atau perusahaan manajemen bisnis sosial. Banyak dari lembaga-lembaga ini tahu betul bagaimana cara bekerja dekat dengan pemilik perusahaan konvensional.

Setelah lepas dari masa sulit pandemi virus Corona, panggilan yang tepat dari pemerintah dapat menciptakan lonjakan kegiatan yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Ini akan menjadi ujian kepemimpinan untuk menunjukkan bagaimana sebuah dunia dapat dilahirkan kembali dengan cara yang baru, yang tidak mengenal batasan usia maupun jenis kelamin.

Jika gagal menjalankan program pasca-corona yang didorong kesadaran sosial dan lingkungan, kita akan menuju bencana yang berkali-kali lipat lebih buruk dari apa yang disebabkan oleh corona. Kita dapat bersembunyi di rumah kita dari virus corona, tetapi jika kita gagal mengatasi masalah global yang memburuk, tidak akan ada lagi tempat

Halaman:
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus
Peraih Nobel Perdamaian 2006 dan Pendiri Grameen Bank
Editor: Redaksi

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...