Covid 19, Keberlanjutan Agenda Lingkungan Hidup, dan Sustainabilitas

Riki Frindos
Oleh Riki Frindos
13 Agustus 2020, 11:00
Riki Frindos
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Hewan ternak milik warga mencari makan di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (9/7/2020). Kementerian ESDM mencatat bauran energi baru dan terbarukan (EBT) telah mencapai 15 persen dari target sebesar 23 persen pada 2025.

Pertanyaannya, di saat krisis ekonomi karena Covid-19 saat ini, apakah para investor dunia masih peduli pada isu lingkungan dan sosial?

The Financial Times mengatakan, pada kuartal I-2020 di tengah krisis Covid-19, dana berhamburan keluar dari berbagai produk investasi (reksadana) di Eropa, mencapai 148 miliar euro. Namun, hal yang sebaliknya terjadi pada reksadana ESG, dana yang mengalir masuk 30 miliar euro. Tren ini terus berlanjut pada bulan April 2020, ketika 12 miliar euro dana mengalir ke produk investasi ESG.

Fenomena serupa terjadi di AS. Pada kuartal I-2020, produk investasi ESG justru mencatat rekor baru dalam hal inflow.

Semakin banyaknya investor dan manajer investasi mengadopsi prinsip ESG dalam keputusan investasi mereka, tidak hanya merefleksikan prinsip sustainabilitas semakin diadopsi luas, tetapi investasi dengan mempertimbangkan aspek ESG secara rata-rata dapat memberikan keuntungan finansial yang lebih baik.

Hal serupa, terbukti lagi selama pandemi Covid-19. Ketika pasar bergejolak, produk investasi ESG cenderung memiliki kinerja lebih bagus. Demikian juga di Indonesia, Indeks ESG SRI KEHATI menunjukkan kinerja lebih bagus daripada indeks LQ45 atau IDX30, misalnya.

Perilaku Konsumen Merespon Covid-19

Konsultan terkemuka dunia, McKinsey, melakukan survei di Eropa bulan April yang lalu, ketika pandemi Covid-19 mencapai puncaknya di benua tersebut. Pandemi ternyata menggugah konsumen untuk lebih berkomitmen menjaga lingkungan hidup.

Survei tersebut mengatakan, 57% konsumen mengubah gaya hidup secara signifikan untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Kemudian, 67% dari konsumen mengatakan mereka berusaha mendaur ulang dari produk yang mereka beli. Dan, 61% mengatakan mereka memilih produk dengan kemasan yang ramah lingkungan.

Sebuah fenomena konsumsi yang relatif baru namun tumbuh cukup pesat belakangan ini adalah “sustainable meat”, yaitu plant-based meat dan culture meat. Plant-based meat sepenuhnya terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Namun dengan perkembangan teknologi, bentuk, touch, dan rasanya hampir tidak bisa bisa dibedakan dengan daging asli. Cultured meat adalah daging yang berasal dengan mengembangbiakkan sel-sel daging di laboratorium atau pabrik, bukan dengan mengembangbiakkan ternak.

Namun saat ini harga sustainable meat masih lebih mahal dari daging biasa. Ketika krisis ekonomi melanda, banyak pihak memperkirakan konsumsi sustainable meat bakal berkurang. Namun, kenyataan berkata sebaliknya. AC Nielsen mengatakan selama puncak pandemi di AS pada Maret sampai April 2020, penjualan plant-based meat justru melonjak tajam sebesar 264%, dan tumbuh jauh di atas pertumbuhan konsumsi daging biasa.

Konsultan AT Kearney memperkirakan 15 hingga 20 tahun dari sekarang, sebagian besar daging yang dikonsumsi warga dunia bukanlah berasal dari ternak yang dikembangbiakkan dan kemudian diseembelih, tetapi dari plant-based meat dan cultured meat. Plant-based meat dan cultured meat dianggap merupakan solusi bagi konsumsi daging yang lebih ramah lingkungan.

Peternakan memang memberikan beban yang cukup besar bagi bumi. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengatakan peternakan bertanggung jawab atas 20% emisi gas rumah kaca, menggunakan 30% dari lahan yang ada di bumi dan 8% dari konsumsi air. Belum lagi, peternakan bagi banyak pihak dianggap sebuah proses yang tidak etis, mengembangbiakkan makhluk hidup untuk sekedar membunuhnya.

PELATIHAN MENGENAL TENAGA SURYA
Ilustrasi panel surya. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

New Normal = New Norms = Sustainability

Pandemi Covid-19 ini juga menjadi momentum bagi perusahaan-perusahaan kelas dunia untuk menunjukkan komitmen mereka bagi agenda-agenda sustainabilitas khususnya terkait dengan perubahan iklim. Dua perusahaan terbesar dunia, Apple dan Microsoft, mengumumkan komitmen mereka untuk menetralkan emisi karbon perusahaan dan segenap supply chain mereka paling lambat sepuluh tahun dari sekarang. Microsoft bahkan mengalokasikan US$ 1 miliar khusus berinvestasi pada usaha-usaha yang berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim dan isu-isu lingkungan lainnya.

Blackrock, manajer investasi terbesar dunia dan dianggap saat ini sebagai perusahaan keuangan dunia yang paling berpengaruh, tahun ini juga mengumumkan berbagai komitmen terkait dengan investasi yang bertanggung jawab.

Yang paling menarik mungkin pengumuman baru-baru ini oleh BP (British Petroleum), salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar dunia. BP menyatakan akan memangkas kapasitas produksi minyak dan gas mereka secara drastis, sebesar 40%, dalam sepuluh tahun mendatang. Dan, pada saat yang bersamaan akan meningkatkan kapasitas renewable energy  mereka sebesar 20 kali lipat! Pengumuman ini disambut pasar dengan positif, harga saham BP melesat 8% pada hari itu.

Pandemi ini memang berdampak pada agenda-agenda sustainabilitas. Setidak-tidaknya menggugah dan mendorong warga dunia, termasuk pelaku ekonomi untuk mengadopsi agenda-agenda sustainabilitas untuk menjamin keberlanjutan bumi bagi generasi mendatang. Peradaban kemanusiaan terus bergerak maju, krisis Covid-19 mengakselerasinya lebih jauh.

Kelak, gaya hidup yang ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan kehidupan di bumi akan menjadi mainstream dan norma-norma baru. Kemudian, pihak yang menggunakan pandemi Covid-19 untuk mengingkari hak publik dan generasi mendatang, serta keberlangsungan bumi akan tersingkir dan membayar mahal atas kejahatan itu, di dunia dan akhirat.

Halaman:
Riki Frindos
Riki Frindos
Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI
Editor: Redaksi

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...