Emas Olimpiade, Penyelamatan Anak Indonesia, dan Perayaan Kemerdekaan


Luki Safriana
Oleh Luki Safriana
30 Agustus 2021, 10:40
Luki Safriana
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata
Pebulutangkis ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu terharu saat mendapatkan medali emas Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih medali emas setelah mengalahkan ganda putri China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan 21-19 dan 21-15. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.

Lonjakan tajam ini tentu memicu keprihatinan banyak pihak dan terasa luput dari sorotan media massa. Dugaan kuat terjadinya stress, himpitan ekonomi, dan rendahnya akses sosialisasi bermain, sangat mungkin, menjadi akar penyebab terjadinya kenaikan drastis angka tersebut. 

Persoalan lain yang sangat serius untuk diperbaiki adalah lemahnya pencatatan data valid berjenjang, Tidak mudah mendapatkan data kekerasan terhadap anak . Ada kemungkinan banyak kasus yang belum terdata dan tidak terungkap. Faktor sebaran data yang tersedia di berbagai unit layanan penanganan kekerasan rentan miss calculation dan peliknya lagi belum ada standar data. Otomatis sinkronisasi dan integrasi yang real time adalah kunci.

Setali tiga uang, analisa tersebut diperkuat oleh Kepala Biro Data dan Informasi Kemen PPPA Lies Rosdianty dan dikutip dari laman Ruang Guru PAUD Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (24/6). Beliau mengatakan data valid sangat bermanfaat sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Darurat Literasi dan Solusi

Dalam Teori Sigmund Freud tentang mimpi, dari perspektif psikologi merupakan sebuah pemahaman yang baru dalam hal pendekatan terhadap analisis psikologi melalui mimpi dalam psikologi tersebut. Mimpi dalam psikologi yang dikatakan oleh Freud adalah hal yang tidak berhubungan dengan hal mistis seperti ilham atau untuk meramalkan masa depan. Momen himpitan kekerasan terhadap anak yang juga bersamaan dengan raihan medali terkhusus emas dan nyanyian Indonesia Raya yang tersiar ke seantero negeri adalah paradoksial menarik. Tumbukan antara mimpi anak meraih medali dan realitas kekerasan terasa berbenturan.

Secara psikologis tontonan masif Olimpiade diyakini meningkatkan kekuatan sebagai bangsa besar bahwa kita bisa.  Kebanggaan sebagai bangsa dengan semangat nasionalisme membara dan dorongan mimpi kuat untuk setiap anak Indonesia bahwa menjadi atlit kelas dunia adalah dapat diraih siapa saja dengan perjuangan keras membara terefleksi kuat pada tontonan tersebut.

Upaya perlindungan anak dari hal–hal seperti kekerasan terhadap anak, pelecehan seksual, tontonan tidak memenuhi standar usia, rendahnya bacaan, ancaman hoaks yang menyerbu serta  minimnya acara atau event berkualitas adalah pekerjaan yang menuntut Kemen PPPA harus dapat kreatif secara progresif mensolusikannya.

Sosialisasi terus menerus dan kampanye yang variatif dengan didukung para pemangku kepentingan lain, diharapkan mampu memberi pemahaman kuat bagi orang tua khususnya.  Salah satu contoh menjanjikan adalah bentuk kreatif garapan Universitas Prasetiya Mulya S1 Branding dengan tiga brand anak terkemuka PIBO, Semesta Anak, dan Pandawa Junior yang mengadakan aktivitas serius melibatkan sekaligus ibu dan anak dalam berbagai ragam kegiatan Juli lalu membawa angin segar bagi kemajuan literasi anak Indonesia yang dinilai sudah memasuk fase darurat nasional.

Besarnya peranan dan kontribusi orang tua, menjadi kunci awal yang penting dalam memfilter, mengkurasi dan sekaligus melindungi anak dari berbagai ancaman menghadang. Kemen PPA harus segera bergegas merumuskan suatu road map, aksi kolaborasi dan membangun jejaring kuat bekerjasama dengan kementerian semisal Kemendikbud dan Kominfo, pemerintah daerah, LSM, media massa dan sekolah atau universitas sudah harus ditingkatkan volumenya, tidak hanya sekedar terjebak pada aktivitas rutin.

Pada bulan kemerdekaan ini, ada satu kutipan menarik dari Presiden Amerika Serikat ke-35 John F. Kennedy yang menarik untuk diingat. "Anak-anak adalah pesan yang kita kirimkan ke masa yang tak akan kita temui dan mempersiapkannya semenjak dini sebagai tunas bangsa adalah harga mati untuk sebuah peradaban gemilang dimasa datang," ucapnya. 

Halaman:
Luki Safriana
Luki Safriana
Pengajar Paruh Waktu Prodi S1 Event Universitas Prasetiya Mulya, Mahasiswa Doktoral PSL-IPB University
Editor: Sorta Tobing

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...