Ancaman Besar Perubahan Iklim bagi Pariwisata dan Solusinya

Riko Reinarto
Oleh Riko Reinarto
6 Oktober 2021, 07:00
Riko Reinarto
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
T. FOR EDITORIAL USE ONLY, NOT FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS. . S Ilmuwan dan aktivis perubahan iklim asal Mauritius Shaama Sandooyea, 24 tahun, membawa poster bertuliskan "Youth Strike for Climate", saat protes bawah air di Saya de Malha Bank untuk menyoroti perlunya melindungi padang lamun yang berada di dataran tinggi Mascarene, Mauritius, Sabtu (6/3/2021). Foto diambil tanggal 6 Maret 2021.
Dampak Sektor Pariwisata
Dampak Sektor Pariwisata (Laporan Akhir Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia Kemenparekraf 2019)

Untuk menjawab tantangan perubahan iklim ini, diperlukan banyak solusi berkelanjutan. Dan manusia memegang peranan penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim ini.

Salah satu solusi yang berkaitan dengan pariwisata yaitu penerapan prinsip sustainable traveler pada saat berwisata. Sustainable traveler adalah bagaimana cara kita sebagai turis menghargai lingkungan dan sumber daya alam di destinasi tempat kita berwisata.

Turis diharapkan sadar akan tingkat polusi yang dihasilkan dari perjalanan mereka dan mampu memahami dampak yang dapat mereka hasilkan terhadap masyarakat lokal, perputaran bisnis, dan budaya asli destinasi.

Tiga Pilar Sustainable Traveler

Ada tiga pilar keberlanjutan yang menopang prinsip sustainable traveler, yang biasa di sebut dengan tiga pilar keberlanjutan. Penerapan prinsip ini sebagai berikut:

Pertama, pilar keberlanjutan lingkungan. Pilar ini berfokus pada pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan keberlangsungan biosfer (flora dan fauna) pada saat kita melakukan kegiatan pariwisata. Hal ini termasuk meminimalkan carbon footprint yang kita hasilkan, terutama dari perjalanan udara.

Penggunaan air secukupnya, minimalisasi sampah plastik dan kemasan, dan tidak melakukan kegiatan yang dianggap mampu mengganggu ekosistem. Sebagai seorang sustainable traveler, kita juga mampu memberikan dampak positif sederhana dengan membawa barang yang bersifat reusable (bisa digunakan kembali) pada saat berwisata.

Kedua, pilar keberlanjutan sosial-budaya. Pilar ini berfokus pada dampak yang bisa kita kontribusikan terhadap keberlangsungan budaya dan komunitas lokal. Hal ini termasuk mendukung bisnis yang dijalankan masyarakat lokal, bisnis yang mempekerjakan dan membantu peningkatan taraf kehidupan masyarakat sekitar, dan kelestarian budaya eksistensial di destinasi, baik budaya benda dan tak benda.

Sebagai seorang wisatawan yang bertanggung jawab, kita mampu menjalankan pilar ini dengan ikut serta dalam proyek pelestarian budaya lokal, membeli produk yang dijual masyarakat lokal. Atau juga mencari tahu apakah masyarakat yang dipekerjakan dibayar secara adil, mendapatkan fasilitas yang layak, dan apakah lingkungan kerja mereka aman.

Ketiga, pilar keberlanjutan ekonomi. Sederhananya, pilar ini berfokus pada sistem bisnis yang diterapkan apakah mengacu pada prinsip usaha yang menguntungkan agar berkelanjutan.

Namun, sebagai seorang sustainable traveler, kita tidak perlu masuk terlalu dalam di dalam sistem internal bisnis tersebut. Kita dapat berkontribusi cukup dengan menggunakan uang yang kita miliki dengan selalu mengutamakan transaksi pada pedagang lokal.

Sebagai contoh menginap di hotel yang dijalankan oleh warga lokal maupun memilih untuk makan dan membeli cinderamata buatan warga di sekitar destinasi. Dengan hal ini, secara tidak langsung kita mendukung mereka meraih kualitas kehidupan yang lebih baik melalui kegiatan pariwisata di daerahnya.

Dengan solusi di atas, setidaknya, ketika selama ini hanya menikmati pariwisata tanpa melihat akibat yang disebabkan, kita memulai untuk menjadi sustainable traveler dan menjadi bagian dalam mengatasi tantangan perubahan iklim. Menjadi bagian dalam gerakan berkelanjutan seperti ini setidaknya kita berkontribusi dalam menyelamatkan bumi.

Coldplay-Inggris dan BTS-Korea Selatan dalam lagu terbarunya yang berjudul My Universe mengatakan, “You, you are my universe and I just want to put you first, and you, you are my universe, and You make my world light up inside”.

Halaman:
Riko Reinarto
Riko Reinarto
Co-Founder Astamandala Sustainability Consulting Group. Pengajar paruh-waktu Universitas Prasetiya Mulya

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...