G20 dan Diplomasi Cerdas Presiden Jokowi

Sampe L. Purba
Oleh Sampe L. Purba
10 Mei 2022, 08:00
Sampe L. Purba
KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO

Diplomasi Cerdas ala Presiden Joko Widodo

John Nye (2004) mengidentifikasi soft power dalam bentuk kultur, nilai-nilai politik, serta kebijakan suatu negara. Adapun hard power adalah  kapabilitas suatu negara untuk secara koersif berdasarkan kemampuan militer dan atau ekonomi yang dimilikinya meminta pihak lain (negara atau organisasi) untuk bertindak sesuai dengan keinginannya. Perang adalah kelanjutan diplomasi politik sebagai manifestasi power (Clausewitz, 1817).

Per definisi di atas, baik dalam soft power maupun hard power, Indonesia masih jauh dibandingkan dengan Amerika Serikat atau Inggris. Diperhadapkan dengan situasi demikian, presiden mentransformasikan modal power menjadi diplomasi.

Diplomasi negara pada dasarnya adalah seni dan kemampuan aktor negara dalam mempersuasi pihak lain untuk mengikuti atau setidaknya tidak menentang kepentingannya. Karena menyangkut unsur seni, maka variabel-variabel instrumen power menjadi relatif ternisbikan

Sebagai contoh, dalam seni lukis, misalnya, keunggulan melukis seseorang tidak ditentukan oleh usia, kemampuan ekonomi atau kehebatan alat lukis.  Diplomasi cerdas (smart diplomacy) adalah seni dan kemampuan menggunakan kombinasi instrumen soft power dan hard power  yang tepat dalam mempengaruhi negara dan pihak pihak lain demi mencapai tujuan yang diinginkan.

PBB dan organisasi yang terafiliasi seperti IMF, Bank Dunia, WHO, WTO juga merupakan undangan permanen di G20. Juga beberapa organisasi regional seperti ASEAN, African Union.  Spanyol dengan alasan kesejarahan merupakan tamu tetap. Dalam kapasitas sebagai pemegang mandat presidensi – tuan rumah dapat menambahkan beberapa undangan.

Dalam addressnya ke publik akhir April yang lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa beliau telah berbicara dengan pemimpin-pemimpin penting dunia di atas. Presiden  menegaskan bahwa diperlukan upaya dan tanggung jawab bersama, untuk pulih bersama dengan lebih kuat (recover together, recover stronger) pasca pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Perang di Ukraina merupakan salah satu penghambat pemulihan tersebut. Untuk itu, konfirmasi kesediaan Presiden Putin hadir di G20 Bali merupakan sebuah milestone penting. Dengan pertimbangan matang strategis, Presiden Joko Widodo juga mengundang Presiden Ukraina untuk hadir sebagai tamu kehormatan G20.

Ini adalah diplomasi cerdas. Sebuah pesan dan modal penting, ketika beliau akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat beberapa waktu ke depan. Mendahului kunjungannya, beberapa delegasi Pemerintah bersama komunitas bisnis telah bertemu dengan tokoh-tokoh bisnis utama di berbagai bidang.

Salah satu yang patut dicatat adalah pertemuan rombongan Pemerintah yang dipimpin Menko Marvest Luhut Binsar Panjaitan dengan Elon Musk, tokoh terkaya di jagat raya saat ini, yang visioner futuristik serta sadar medsos. Elon Musk berjanji untuk bersama timnya hadir di G20 Bali. Hadirnya Elon Musk merupakan gaung penanda akan penting dan strategisnya G20 itu.

Presiden Joko Widodo tentu lebih dari paham peta perilaku percaturan ekonomi dan geopolitik. Beliau juga tahu bahwa di zaman modern ini, sikap politik suatu negara tidak hanya tergantung kepada aras politik pemimpin formal.

Perusahaan trans nasional, tokoh-tokoh publik, lembaga swadaya masyarakat, organisasi internasional, maupun investor-investor besar merupakan aktor-aktor yang dapat menjadi game changer. Mereka mempengaruhi opini global, yang pada gilirannya perlu diperhatikan dan didengar para pemimpin negara.

Sebagai bagian dari smart diplomacy, agar lebih efektif alangkah eloknya perhelatan G20 yang akan datang berhasil dibumikan menjadi diskursus publik di Indonesia. G20 merupakan panggung showcasingk, di mana Indonesia dapat mempertunjukkan capaian-capaiannya, meyakinkan pelaku ekonomi dunia untuk berkolaborasi serta masyarakat dunia untuk wisata berkualitas.

Sayangnya saat ini kampanye G20 domestik masih lebih didominasi oleh pemerintah. Belum menjadi wacana publik di media sosial dan lain-lain. Padahal, kesempatan menjadi tuan rumah paling cepat dapat gilirannya 20 tahun lagi.

Tokoh-tokoh non pemerintahan yang merupakan media darling, yang ucapan dan pendapatnya sering menjadi trending topics serta memiliki followers yang banyak di media sosial sudah saatnya mengambil bagian dalam kampanye smart diplomacy ini. Beberapa tokoh populer seperti Ronaldo, Dwayne Johnson, Rafi Ahmad, Mardigu, Corbuzier, DI’s way, Ign. Jonan, Helmy Yahya atau mbah Rara sekalipun diharapkan dapat menjadi duta-duta sukarelawan yang menyuarakan betapa pentingnya G20 ini disukseskan.

Untuk Indonesia dan dunia yang lebih baik. Setidaknya lebih hebring dan asyik.

Halaman:
Sampe L. Purba
Sampe L. Purba
Praktisi Energi Global. Managing Partner SP-Consultant

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...