Badan kesehatan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu berharap pemerintah Indonesia meningkatkan sistem deteksi, pengawasan, pemantauan, dan persiapan lainnya di setiap fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk menangani virus corona.

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dokter Navaratnasamy Paranietharan mengapresiasi langkah pemerintah dalam menghadapi ancaman virus corona, termasuk pemeriksaan di perbatasan internasional.

(Baca: Turis Asing Turun Akibat Corona, Luhut Janjikan Paket Wisata Domestik)

Namun, ia juga menyatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan sistem pengawasan dan deteksi kasus virus corona. Di antaranya, pemerintah perlu menunjuk rumah sakit rujukan di berbagai daerah.

Rumah sakit yang ditunjuk itu harus disiapkan untuk menangani kemungkinan kasus virus corona, terutama dalam hal pencegahan infeksi, sistem karantina, langkah-langkah pengendalian, termasuk dalam menangani terduga pasien dan pasien positif virus corona.

"Kami [WHO] khawatir karena Indonesia belum melaporkan satu kasus virus corona yang terkonfirmasi," kata Paranietharan, dikutip CNN Indonesia

KALBAR ANTISIPASI MASUKNYA VIRUS CORONA
KALBAR ANTISIPASI MASUKNYA VIRUS CORONA (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)

Ia juga menyatakan bahwa timnya terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. "Ketersediaan alat tes khusus untuk mengkonfirmasi nCoV (novel coronavirus) minggu ini adalah langkah yang signifikan," ujarnya.

Hal itu telah dikonfirmasi oleh Kepala Staf Presiden Moeldoko. "Indonesia sudah memiliki alat untuk mendeteksi atas virus corona," kata dia di kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/2). Deteksi tersebut dilakukan melalui polymerase chain reaction atau PCR.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Subandriyo menjelaskan sebetulnya Indonesia sudah sejak lama bisa mendeteksi virus corona secara umum. Ada dua metode yang dimiliki Indonesia yakni PCR dan pengurutan DNA atau sequencing.

Menurutnya, untuk deteksi virus novel corona nyatanya bisa dilakukan melalui PCR dengan reagen khusus. Reagen adalah bahan yang digunakan dalam reaksi kimia untuk menganalisis keberadaan virus. "Alat sudah cukup, 'reagen-nya' sudah ada,” kata Amin. Kemudian, hasilnya dikonfirmasi dengan menggunakan metode sequencing.

Hanya, alat tersebut tidak disimpan di bandara atau pos lintas batas, tetapi di laboratorium rumah sakit. Maka, pendatang dari daerah terjangkit yang memiliki gejala tertular virus corona, misalnya demam, harus dirujuk ke rumah sakit. Pengambilan sampel cukup dilakukan dengan mengusap cairan pada hidung atau tenggorokan pasien.

Tidak butuh waktu lama untuk membuat diagnosa. Amin menyebut kalau hasil tes dengan metode PCR bisa dilihat setelah 4 sampai 5 jam.

(Baca: WHO Siapkan Respons Penanganan Virus Corona Senilai Rp 9,22 Triliun)

Jumlah kasus meninggal dunia akibat virus corona bertambah 97 jiwa sehingga pada Senin (10/2) pagi total korban menjadi 908 orang. Dikutip dari AFP, kasus kematian terbanyak pada 24 jam terakhir terjadi di Provinsi Hubei, China, yaitu 91 meninggal dunia.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement