Rencana Presiden Joko Widodo mengembangkan 10 Bali Baru ternyata tidak serta-merta disambut minat para pengusaha besar untuk berinvestasi di kawasan tersebut. Padahal, pengembangan Bali baru ini merupakan salah satu langkah utama pemerintah dalam mendatangkan devisa.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan secara khusus mengumpulkan beberapa konglomerat di Istana Negara pada Juni lalu. Ia mengajak para pengusaha kakap itu berinvestasi di salah satu lokasi Bali Baru, yakni Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Beberapa pengusaha yang hadir, antara lain pemilik CT Corp Chairul Tanjung, Bos Grup Mayapada Tahir, Pemilik Grup Djarum Budi Hartono, hingga Peter Sondakh dari Rajawali Corpora, dan Hary Tanoesoedibjo dari MNC Group.

Meski demikian, tawaran ini tak sepenuhnya disambut oleh pengusaha. Chief Executive Officer (CEO) Hospitality and Entertainment Group CT Corp Dony Oskaria mengatakan, ia belum berminat membawa CT Corp berinvestasi di kawasan pariwisata tersebut. Dony beranggapan konsep serta ekosistem pariwisata wilayah tersebut belum jelas, apakah untuk pariwisata massal (mass tourism) laiknya Bali ataukah untuk pasar yang lebih tersegmentasi.

"Kalau ekosistemnya belum ada untuk apa kami ke situ," kata Dony, usai diskusi Kerja Besar Membiakkan Bali Baru yang digelar Katadata.co.id, Rabu (24/7).

Bahkan, soal ekosistem ini,Dony sempat membandingkan kawasan Bali yang memiliki banyak atraksi dengan Danau Toba yang saat ini masih minim opsi atraksi bagi wisatawan. Menurut dia, seharusnya tiap kawasan memiliki atraksi utama dan infrastruktur pendukung. “Mau tidak kita tiga hari dua malam memandangi Toba saja? Pengusaha berpikir return of investment (RoI), kalau dipaksakan juga tidak bisa," katanya.

Tren Penanaman Modal di Kawasan Danau Toba 2015-2018

TahunPMAPMDN
2015US$ 340,2 jutaRp 584,3 juta
2016US$ 221,4 jutaRp 838 juta
2017US$ 250,4 jutaRp 738,3 juta
2018US$ 114 jutaRp 698,7 juta

Sumber: Data BKPM diolah Kemenpar

(Baca: Danau Toba Dapat Alokasi Dana Pembangunan Pariwisata Paling Besar)

Prioritas pada Destinasi yang Memiliki Dukungan Lengkap

Sepuluh Bali Baru yang ditetapkan pemerintah adalah Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Morotai (Maluku), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Lesung (Banten), hingga Tanjung Kelayang (Belitung). Selain itu itu ada juga Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Kota Tua Jakarta-Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), hingga Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), hingga Danau Toba (Sumatera Utara).

Bukan hanya itu, dari 10 Bali baru, pemerintah juga menetapkan empat kawasan sebagai super prioritas pengembangan pariwisata. Keempat destinasi tersebut adalah Labuan Bajo, Borobudur, Danau Toba, serta Bromo-Tengger-Semeru.

Meski menyambut positif pengembangan banyak lokasi wisata, Dony menyarankan pemerintah fokus pada destinasi yang sudah memiliki dukungan akses, infrastruktur, dan atraksi. Beberapa destinasi yang disarankan adalah Jakarta, Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar), serta Surabaya dan sekitarnya (Malang-Bromo-Tengger-Semeru).

Pria yang juga Ketua Pokja Pariwisata Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu juga meminta pengelolaan kawasan wisata dilakukan seprofesional pengelolaan kawasan Candi Borobudur dan Prambanan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan titik wisata itu sendiri.

Potensi pendapatan dari setiap tempat wisata sangat besar jika dikelola secara profesional. Dia mencontohkan, Trans Studio di Cibubur ditargetkan meraup pendapatan Rp 1,2 triliun per tahun. CT Corps juga berencana membuka sejumlah tempat hiburan seperti Trans Studio di Bali, Trans Studio Theme Park di Cibubur, Jakarta Timur, hingga superblok Trans Icon Surabaya. “Ini besar potensinya,” kata dia.

Tren Penanaman Modal Bromo-Tengger-Semeru

TahunPMAPMDN
2015US$ 1,4 miliarRp 5,6 triliun
2016US$ 723,7 jutaRp 4,6 triliun
2017US$ 337,3 jutaRp 15,6 triliun
2018US$ 230 jutaRp 2,7 triliun

Sumber: Data BKPM, diolah Kemenpar

(Baca: Grab Bantu Luhut Promosi Empat Destinasi dari 10 Bali Baru)

Pengusaha Masih Berhati-hati Berinvestasi

Hal ini berbeda dengan pernyataan Bos Mayapada Tahir usai bertemu Jokowi jelang akhir Juni lalu. Tahir mengaku berminat masuk kawasan Mandalika dengan membangun hotel. Namun, ia juga mengingatkan risiko keuangan yang membayangi swasta apabila MotoGP serta wacana Formula 1 jadi digelar di masa depan.

"Saya ingatkan kepada dirut Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), F1 di seluruh dunia rugi lho, sampai akhirnya jadi beban pemerintah," klaim Tahir seperti dikutip dari Antara.

Pengusaha hotel juga melihat minimnya konsep yang diperkenalkan pemerintah di masing-masing kawasan membuat tak banyak pengusaha berani mengambil risiko. Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mencontohkan, sulit mengembangkan Mandalika apabila hanya mengandalkan MotoGP yang hanya berlangsung setahun sekali. Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah dapat memetakan daya tarik utama kawasan-kawasan tersebut. "Itu yang saya lihat belum matang di Mandalika," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (24/7).

Belum lagi investasi hotel ataupun resor merupakan jenis penanaman modal jangka panjang yang memerlukan dukungan seperti konektivitas penerbangan reguler. Oleh sebab itu, masih banyak perusahaan yang masih bolak-balik berinvestasi di wilayah yang sebenarnya sudah jenuh. "Selain Bali, ada juga Yogyakarta (yang terbukti telah berkembang sektor pariwisata)," kata Hariyadi yang merupakan anak pendiri jaringan hotel Sahid Group ini.

Tren Penanaman Modal Kawasan Borobudur

TahunPMAPMDN
2015US$ 9,6 jutaRp 116,7 miliar
2016US$ 2,1 JutaRp 29,7 miliar
2017US$ 5,4 jutaRp 44,6 miliar
2018US$ 3,4 jutaRp 4,5 triliun

Sumber: Data BKPM diolah Kemenpar

Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Hiramsyah S. Thaib memahami pengembangan Bali Baru sangat berat. Selain membangun infrastruktur konektivitas, pemerintah bersepakat memberi insentif pajak melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Revisi aturan ini diharapkan menambah ketertarikan investor untuk berinvestasi di KEK pariwisata. "Jadi dalam aspek pajak akan menarik, ada penghematan 10-20% (bagi perusahaan yang masuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)," kata Hiramsyah, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Pokja KEK Pariwisata, kepada Katadata.co.id.

Terkait konsep dan ekosistem wisata, Hiramsyah mengatakan pemerintah melalui Kementerian Pariwisata telah membuat Integrated Tourism Master Plan (ITMP) di sejumlah titik Bali Baru. Selain itu pembentukan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di titik Bali Baru itu juga akan menghidupkan banyak atraksi wisata. 

"Jadi kalau bicara master plan-nya, Borobudur itu mencakup Joglosemar, Mandalika mencakup (wisata) seluruh Lombok, dan Labuan Bajo itu mencakup seluruh Flores," kata dia.

Tren Investasi ke KEK Mandalika

TahunPMAPMDN
2015US$ 9,8 jutaRp 10,6 miliar
2016US$ 10,9 jutaRp 6,3 miliar
2017US$ 10,9 jutaRp 20 miliar
2018US$ 18,3 jutaRp 52,7 miliar

Sumber: BKPM diolah Kemenpar

Baik Hiramsyah maupun Hariyadi mengatakan faktor lain yang diperlukan adalah keberanian pengusaha atau jaringan hotel menjadi pionir di kawasan wisata baru itu. Pemerintah akan mendatangkan beberapa nama besar agar mau masuk kawasan wisata anyar tersebut. Salah satu nama besar yang masuk adalah Vinci, perusahaan konstruksi asal Prancis, dengan investasi hampir Rp 30 triliun di Mandalika.

"Kami tidak berharap 10-20 investor yang masuk, dua-tiga saja tapi tampak dan kami pilih nama besar sehingga begitu masuk akan jadi endorser," kata Hiramsyah.

Public Relations Director Traveloka Sufintri Rahayu mengatakan, akselerasi dukungan aplikator terhadap jumlah pemesanan ke kawasan wisata baru juga tergantung regulasi pemerintah. Traveloka akan memanfaatkan 40 juta penggunanya untuk mempromosikan akomodasi menuju Bali Baru. "Kami sudah ada seksi khusus untuk promosi Bali Baru," katanya.

(Baca: Infrastruktur yang Mendekatkan 10 Bali Baru)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami