(Baca: Ketua OJK Sebut Pemerintah Tak Intervensi BRI untuk Akuisisi Muamalat)

Lynk Asia ingin menyuntikkan modal ke Bank Mumalat melalui skema menukar saham dengan asetnya (asset swap) yakni obligasi. Namun, OJK belum bisa merestui, karena obligasi yang digunakan dalam skema asset swap ini tidak bisa diperjualbelikan (untradeable) dan tidak memiliki peringkat (unrated). Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan OJK.

Corporate Secretary Bank Muamalat Ali Akbar enggan memberikan pernyataan soal konsorsium pengusaha yang ini yang akan menjadi pembeli siaga saham baru yang akan diterbitkan. Dia pun tidak mau memberitahukan detail agenda yang akan dibahas dalam RUPS Bank Muamalat bulan ini. "(Pemberitahuan RUPS) sudah ada di website kami," kata Ali.

Dalam pengumuman tersebut tidak disebutkan mata acara yang akan dibahas dalam RUPSLB. Hanya ada pemberitahuan setiap pemegang saham yang memiliki sedikitnya 1/20 dari total jumlah saham, dapat mengusulkan mata acara tersebut. Usulan ini harus disampaikan paling lambat 12 September 2018.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan pihaknya membuka peluang siapapun menjadi investor Bank Muamalat. Namun, seperti yang dilakukan kepada perbankan lainnya, OJK ingin memastikan investor tersebut bisa membuat perbankan menjadi lebih sehat.

Ada tiga hal yang menjadi pertimbangan OJK dalam merestui investor yang akan menyuntikkan modalnya ke perbankan, termasuk Bank Muamalat. Pertama, investornya harus kredibel dan mempunyai dana segar yang cukup untuk mengembangkan bank tersebut.

(Baca: OJK: Siapapun Boleh Jadi Investor Muamalat)

Kedua, menunjukkan komitmen dan keseriusan menjadi investor dengan menempatkan sejumlah uang dalam escrow account (rekening penampung) di Bank Muamalat, sesuai kesepakatan dengan OJK. “Ketiga, prosesnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” ujarnya, Kamis (27/9).

Kinerja Bank Muamalat masih cukup baik

Sepanjang semester I tahun ini bank tersebut mencatat laba bersih Rp 103,74 miliar. Ini merupakan perolehan laba bersih tertinggi yang diraih Bank Muamalat dalam jangka waktu 3 tahun terakhir. Capaian ini meningkat tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 29,96 miliar. Pendapatan berbasis komisi terutama dari penjualan surat berharga juga berkontribusi signifikan pada kenaikan laba operasional bank.

Pertumbuhan positif tersebut membuat rasio laba terhadap aset atau Return On Assets (ROA) perseroan meningkat dari 0,15% menjadi 0,49%. Non-Performing Financing (NPF) berada di level 1,65% (gross) dan 0,88% (nett). Posisi ini jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 4,95% (gross) dan 3,74% (nett) setelah perseroan menempuh sejumlah langkah strategis.

Rasio penyediaan modal minimum  atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan tercatat sebesar 15,92%, dari posisi semester I tahun lalu 12,94%. Bank Muamalat juga mencatat kinerja positif yaitu Net Operating Margin (NOM) sebesar 0,66%, Net Imbalan (NI) sebesar 2,67%, dan Return On Equity (ROE) sebesar 5%.

(Baca: OJK Sebut Bank Muamalat Hanya Butuh Tambahan Modal)

Rasio kinerja yang positif tersebut juga membuat likuiditas perseroan tetap terjaga dengan baik. Ini tercermin dari posisi Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Muamalat per Juni 2018 tercatat sebesar 84,37%. Angka tersebut membaik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 89%.

"Alhamdulillah di kuartal II tahun ini kinerja Bank Muamalat mendapatkan pencapaian yang positif. Kami akan terus berupaya agar prestasi ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan supaya ekspansi bisnis Bank Muamalat dapat semakin bertumbuh," ujar Ahmad, Rabu (15/8).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement