Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero), Kamis (16/3) pagi, resmi menetapkan Elia Massa Manik sebagai direktur utama perusahaan tersebut. Ia jadi nakhoda baru Pertamina bermodalkan pengalamannya memoles banyak perusahaan. Namun, perjalanan kariernya yang sempat bersinggungan dengan Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, memicu perdebatan di kabinet.

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survey, dan Konsultan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Gatot Trihargo mengatakan, pemilihan Elia sebagai dirut baru Pertamina berdasarkan rekam jejaknya dalam hal kinerja, kepemimpinan, pengalaman, dan kapabilitas.

"Tidak ada alasan khusus (pemilihan Elia), kami memilih yang terbaik," ujar Gatot saat konferensi pers usai RUPS Pertamina di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (16/3).

Nama Elia mulai mencorong ketika menjadi Presiden Direktur PT Elnusa Tbk sejak Juli 2011. Kala itu, perusahaan penyedia jasa pengeboran minyak dan gas bumi (migas) tersebut tengah diterpa badai: arus kas minus Rp 200 miliar dan deposito Rp 111 miliar perusahaan di Bank Mega raib.

(Baca: Jadi Dirut Pertamina, Elia Massa: Saya Diberitahu Menteri BUMN)

Tak cuma itu, di pengujung tahun Elnusa menderita kerugian Rp 42,7 miliar. Tak heran, Elia pernah bercanda satir dengan menyatakan, dia masuk ke Elnusa untuk ikut menguburkan perusahaan tersebut.

Demi menyelamatkan Elnusa, Elia melakukan berbagai langkah "turn around" (pembalikan) kinerja perusahaan, antara lain pembiayaan kembali pinjaman dengan bunga lebih ringan, melikuidasi usaha yang tak menguntungkan dan melakukan efisiensi. 

Langkah ini langsung membuahkan hasil, di pengujung 2012 Elnusa sudah meraup laba bersih Rp 123,6 miliar. Setahun berselang, Elnusa bahkan meraih penghargaan "Best Services Company" dari Total EP Indonesia. Pada tahun 2014, Elia mengakhiri karier di Elnusa, perusahaan yang 41 persen sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero).

Setelah itu, dia sempat menjabat Chief Executive Officer GMT Kapital Asia (Mei 2014-Agustus 2015) dan Senior Executive Vice President Bank Negara Indonesia (BNI) selama Agustus 2015-12 April 2016. Lepas dari BNI, Elia ditunjuk Menteri BUMN Rini Soemarno menjadi Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III yang merupakan induk usaha 14 perusahaan perkebunan milik negara.

Ia  kembali menghadapi masalah berat, holding BUMN perkebunan ini memiliki utang Rp 33,24 triliun dan menderita rugi Rp 823,43 miliar pada semester I 2016. Upaya turn around yang dilakukan Elia, antara lain merestrukturisasi utang, program revitalisasi pabrik dan merampingkan organisasi. Setiap PTPN dibatasi hanya memiliki 3 direksi. Selain itu, melakukan program pengembangan usaha.

Resep turn around Elnusa dan PTPN inilah yang menjadi poin keunggulan Elia sehingga diusulkan menjadi calon Dirut Pertamina, yang akhirnya disetujui oleh Presiden Joko Widodo.

Namun, sebelum di Elnusa, Elia pernah mengaku sudah beberapa kali melakukan turn around di perusahaan tempatnya berkarier. Ia mencontohkan keberhasilannya saat menjabat Chief Executive Officer (CEO) PT Pandega Citra Niaga tahun 2006. Kala itu, perusahaan properti ini tidak mampu membayar utang kepada BNI.

Dalam kurun 2,5 tahun, urusan utang Pandega rampung. "Solusinya pada waktu itu dengan membangun trade center di samping mal milik Pandega di Balikpapan Plaza. Lalu, penjualan trade center bagus dan utangnya lunas," kata Elia dalam sebuah wawancara khusus dengan Investor Daily akhir 2013. 

Yang menarik, Pandega adalah perusahaan milik keluarga Soemarno. Menteri BUMN Rini Soemarno pernah menjabat komisaris di perusahaan itu. Sedangkan Ari Soemarno, mantan Direktur Utama Pertamina, juga pernah menjadi CEO Pandega selama September 2010 – September 2012. Setelah itu, perusahaan ini diakuisisi oleh PT Agung Podomoro Tbk.

Kabarnya, hubungan kerja antara Elia dan keluarga Soemarno ini sempat mendapat sorotan dari pihak istana saat proses pemilihan dirut baru Pertamina. "Ada yang mempertanyakan kedekatan hubungan mereka dan benturan kepentingan yang akan terjadi," kata sumber Katadata

Perbedaan pun mencuat di antara anggota kabinet. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan disebut-sebut tidak sepakat dengan penunjukan Elia sebagai dirut baru Pertamina. "Karena dia (Elia) 'orangnya Rini'," kata sumber tersebut.

Apalagi, saat menjabat Menteri Perhubungan, Jonan sempat berseteru dengan Rini perihal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung buatan Cina. (Baca: Bantah Kabinet Pecah soal Dirut Pertamina, Luhut: Kita Sepaham)

Pihak Istana dikabarkan sempat mengecek ulang rekam jejak Elia dan kaitannya dengan Rini, meskipun Presiden sudah mengambil keputusan sejak Jumat (11/3) pekan lalu. Awal pekan ini, muncul pula nama Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Sukandar sebagai calon alternatif Dirut Pertamina.

Meski begitu, Elia tetap diangkat sebagai nakhoda baru Pertamina pada Kamis pagi ini atau enam hari sejak Presiden membuat keputusan.  

Jonan selalu menolak menjawab pertanyaan soal Dirut Pertamina. Saat mengunjungi kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kamis (16/3) siang ini, dia juga bungkam ketika ditanya mengenai penunjukan Elia.

Bahkan, ketika seorang wartawan menanyakan apakah telah memberi selamat kepada mantan Direktur Utama PT PTPN III Holding Perkebunan tersebut, Jonan hanya berujar pendek, "Nanti saja," katanya sembari berlalu ke mobilnya.

Rini juga berlaku serupa. Sejak nama Elia mencuat jadi kandidat kuat Dirut Pertamina, dia irit bicara. "No comment," kata Rini, Rabu (15/3). 

Namun, Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan membantah kabar adanya perbedaan pendapat di anggota kabinet terkait penunjukan Elia sebagai Dirut Pertamina. Ia menegaskan pemerintah sepaham dalam memutuskan sesuatu dan tidak ada penolakan. Luhut pun menepis kabar adanya penolakan dari Jonan. "Sepaham lah, kenapa kita harus tidak sepaham."

Di luar itu, perjalanan karier Elia terbilang panjang di banyak perusahaan dengan beragam sektor bisnis. Pada awal kariernya, pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1988 ini pernah menjadi Business Development Manager PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Pada kurun 2000-2004, Elia menjabat Managing Director dan Chief Operating Officer PT Kiani Kertas. Perusahaan kertas milik Bob Hasan yang kemudian diambil alih Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Luhut Pandjaitan tersebut, belakangan dilego karena terbelit utang.

Lepas dari Kiani, Elia berkarier di perusahaan properti, yaitu sebagai Vice President Director PT Kawasan Industri Jababeka Tbk dan CEO PT Pandega Citraniaga.

Ia memulai karier di bidang migas ketika menjabat Penasihat Operation Management Benakat Oil Company pada 2010. Ini merupakan anak usaha PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI). Yang menarik, pada medio tahun itu, BIPI membeli 37,15 persen saham Elnusa. Pemegang saham lain Elnusa adalah Pertamina 41,1 persen dan publik 27,75 persen. Setahun berselang, Elia pun hijrah ke Elnusa.

Editor: Yura Syahrul

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami