Pengaruh ke Indonesia

Di satu sisi, masuknya renminbi ke dalam keranjang SDR bisa mengurangi beban terhadap dolar AS. Banyak negara, terutama anggota IMF termasuk Indonesia, punya alternatif mata uang selain dolar AS sebagai alat transaksi dan cadangan devisanya. “Kalau reserve currency banyak maka akan semakin bagus,” kata David.

Berdasarkan laporan IMF pada Juli 2015, 63,7 persen cadangan devisa dunia disimpan dalam bentuk dolar AS. Sedangkan renminbi hanya menduduki posisi ketujuh di bawah dolar Australia dan Kanada dengan pangsa cuma 1,1 persen. Tak heran, mata uang rupiah selalu tertekan saat dolar AS menguat.

Pada Selasa ini (1/12), pasca pengumuman masuknya renminbi ke dalam SDR, rupiah di pasar spot menguat tipis 0,27 persen menjadi 13.809 per dolar AS. Adapun terhadap renminbi, rupiah menguat 0,33 persen menjadi 2.157 per yuan.

(Baca: BI Peringatkan Pemerintah Akan Perlambatan Cina dan Bunga Amerika)

Namun, Ekonom Universitas Indonesia Anton Gunawan melihat pelaku pasar masih khawatir karena bank sentral Cina belum sepenuhnya melepas renminbi kepada mekanisme pasar. Padahal, nilai renminbi saat ini masih melebihi nilai fundamentalnya (overvalued). Karena itu, ada kemungkinan pemerintah Cina masih berniat melemahkan mata uangnya sehingga nilai dolar AS menguat. Alhasil, mata uang rupiah tetap tertekan dalam jangka pendek.

Agus Martowardodjo
Agus Martowardodjo (Donang Wahyu|KATADATA)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengingatkan masuknya renminbi ke dalam SDR perlu dicermati secara hati-hati. Kemungkinan Cina tidak akan membiarkan mata uangnya menguat terlalu tinggi karena bisa mengurangi daya saingnya dibandingkan yen Jepang dan won Korea Selatan.

Kalau renminbi kembali didevaluasi, maka akan berdampak besar terhadap Indonesia. “Ketika kemarin didevaluasi dua sampai tiga persen, dampak ke dunia besar. Kita harus siap kalau renminbi melemah,” kata Agus, Kamis pekan lalu (25/11).

(Baca: Cari Dana Infrastruktur, Pemerintah Jajaki Penerbitan Obligasi di Cina)

Dari sisi perdagangan, David menilai efek renminbi terhadap perdagangan Indonesia belum signifikan dalam jangka pendek. Pasalnya, instrumen keuangan Cina belum siap untuk itu. “Ketika ekspor dapat yuan, mau dikemanain (uangnya),” imbuhnya.

Meski begitu, Anton dan David sepakat bahwa penggunaan renminbi dalam jangka panjang bakal berdampak positif terhadap mitra dagang Cina, seperti Indonesia. Renminbi menjadi alternatif mata uang lain dalam transaksi perdagangan sehingga otomatis mengurangi kebutuhan dolar AS. Alhasil, nilai defisit transaksi perdagangan bisa mengecil.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong juga optimistis penguatan renminbi pasca masuk ke dalam SDR bakal menekan impor barang-barang Cina. Dengan begitu, bisa memperbaiki kinerja dagang Indonesia. Apalagi, Cina dalam beberapa tahun terakhir ini termasuk salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

Yang jelas, pemerintah dan otoritas moneter di Indonesia harus tangkas memanfaatkan momen renminbi menjadi mata uang utama dunia. Anton menyatakan, BI harus mengefektifkan Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan bank sentral Cina yang sudah terjalin sejak 2009. Langkah ini dapat mengurangi transaksi dolar AS. "Termasuk meyakinkan perbankan maupun importir dan eksportir untuk menggunakan mata uang masing-masing," katanya.

Go international renminbi juga dapat menjadi momentum sumber alternatif pendanaan bagi Indonesia. Saat ini, Kementerian Keuangan memang tengah mengkaji penerbitan surat utang dalam mata uang renminbi, seperti Panda Bond, sebagai sumber pendanaan pembangunan infrastruktur.

Sekadar informasi, Panda Bond merupakan obligasi renminbi yang hanya bisa diterbitkan di Cina (onshore bond). Sedangkan Dim Sum Bond bisa diterbitkan di Cina maupun di luar negara tersebut (offshore bond). Sayangnya, peraturan terkait Panda Bond belum lengkap.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul, Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement