Sebagai lembaga pemeringkatan kredit, Moody?s menghitung ?leverage full-cycle costs? atau biaya dari pinjaman untuk memproduksi minyak dan menggantinya dengan cadangan baru. Rata?rata biaya produksi satu barel minyak sebesar US$ 42. Seven Generations Energy Ltd yang berbasis di Calgary, Kanada, dan tengah beroperasi di wilayah Montney Alberta, memiliki biaya produksi terendah sebesar  US$ 20 per barel. Sedangkan biaya yang dikeluarkan Lightstream Resources Ltd dan Northern Blizzard Resources Inc paling tinggi, yakni masing-masing US$ 102,5 dan US$ 130,8 per barel.

French mengungkapkan, tumpukan utang memaksa beberapa perusahaan migas bersiasat untuk menjaga neraca keuangannya. Mulai dari meminta keringan utang kepada pihak kreditur hingga melego sebagian asetnya. Misalnya, seperti dilansir calgaryherald.com, akhir April 2015, Surge Energy Inc. telah menjual lapangan minyaknya di tenggara Saskatchewan dan Manitoba, Kanada, senilai US$ 430 juta untuk melunasi utang. Energy XXI Ltd. juga melakukan langkah serupa dengan melego jaringan pipanya senilai US$ 245 juta.

Beberapa raksasa perusahaan energi global turut melego sebagian aset non-intinya. Beberapa bulan lalu, Chevron Corp. menjual 40 persen kepemilikan sahamnya di dua blok migas di Nigeria. Aksi itu dilakukan hanya berselang beberapa hari setelah merampungkan divestasi aset propertinya di Vietnam. Sedangkan ExxonMobil menjual aset kilang di New Orleans sebesar US$ 322 juta. Pelepasan aset non-inti juga dilakukan ConocoPhillips senilai US$ 2,5 miliar.

Tidak menutup kemungkinan aksi perusahaan energi multinasional tersebut juga terjadi pada aset-aset mereka di Indonesia. Seperti yang tengah dilakukan ConocoPhillips terhadap di Blok B PSC, Laut Natuna Selatan. Perusahaan migas asal Amerika Serikat ini telah mengirimkan surat kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) untuk meminta izin pembukaan ruang data (data room) Blok B PSC. Tujuannya untuk menakar seberapa besar ketertarikan perusahaan migas lain terhadap blok tersebut dan nilai asetnya.

(Baca: ConocoPhilips Tengah Menakar Minat Calon Pembeli Blok B)

Menurut French, berlanjutnya tren harga minyak yang murah turut mengerek penurunan peringkat kredit perusahaan migas. Bahkan, dia mengungkapkan, Moody?s memiliki data sejumlah perusahaan yang utangnya bermasalah sehingga mengalami penurunan peringkat kredit. Masalah itu terutama menimpa perusahaan-perusahaan yang memiliki peringkat di bawah B, yang likuiditasnya tengah terancam.

?Kami telah melihat tekanan pada rating karena ketidakmampuan untuk memenuhi persyaratan, seperti ketersediaan modal dan struktur modal yang berkesinambungan,? katanya.

Halaman:
Reporter: Muhammad Kahfi, Yura Syahrul
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami
    Advertisement