Di masa pandemi, masyarakat kelas menengah atas ini mengeser pengeluarannya untuk tabungan dan aneka investasi seperti saham, obligasi, atau emas. “Atau mereka mencari barang yang sesuai dengan hobinya. Ini tidak banyak dan memiliki niche market yang unik,” ujarnya.

Lewat hobi baru mengusir kepenatan di masa pandemi, kelompok kelas menengah rela merogoh koceknya. “Saya tidak tahu bagaimana tiba-tiba tanaman mahal sekali harganya. Semua orang sekarang punya hobi tanaman. Seperti sepeda, permintaan barang yang berkaitan dengan hobi naik,” kata dia.

Fenomena ini cukup menggerakkan perekonomian. Apalagi di saat yang sama ekspor tanaman hias pada semester I tahun ini turun menjadi US$ 967,5 ribu dari US$ 1,54 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Sama halnya dengan ekspor bunga dan bibit bunga yang turun dari US$ 4,46 juta menjadi US$ 3,99 juta. Ekspor bunga lima tahun terakhir memang turun signifikan. Dari US$ 18,18 juta pada 2015 menjadi US$ 5,09 juta pada 2019.

Direktur Buah dan Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Liferdi Lukman menjelaskan bahwa produksi tanaman hias sejak 2015 berfluktuasi namun cenderung meningkat setiap tahunnya.

“Ekspor turun karena beberapa negara memang turun permintaannya. Namun beberapa negara permintaannya tetap ada, hanya beberapa bulan terakhir terkendala pengirimannya karena terbatasnya penerbangan,” ujar Liferdi, pekan lalu.

Beberapa tanaman yang paling diminati pasar ekspor menurut Liferdi utamanya tanaman tropis, seperti anggrek, benih krisan, melati, dracaena, daun potong dan tanaman bonsai.

Terkait industri tanaman hias dan bunga dalam negeri, sayangnya data yang tersedia sangat terbatas. BPS hanya memiliki data ekspor, luas lahan produksi, dan total produksi. Meski demikian potensi bisnis tanaman hias di masa pandemi ini sangat besar.

Liferdi menghitung perputaran uang dari data jumlah produksi bunga per tangkai dikali dengan asumsi harga rata-rata per tangkai Rp 1.000. "Belum termasuk tanaman pot dan lanskap yang bayak dibutuhkan untuk ruang terbuka hijau, meskipun harganya sekitar Rp 2.000-an untuk ground cover, misalnya, tetapi permintaannya dalam jumlah besar,” kata dia.

Menurut data terakhir yang dirilis BPS, total produksi tanaman hias pada 2018 mencapai 751,78 juta dalam bentuk potong tangkai bunga, batang pohon, atau kilogram (khusus untuk produksi bunga melati). Jumlah tersebut melonjak 135,34% dari level produksi 2014 sebesar 319,45 juta batang/pohon/kg.

Sementara luas lahan yang dipakai untuk produksi cenderung mengalami penurunan pada periode yang sama yakni dari 37,36 juta meter persegi pada 2014 menjadi 32,57 juta meter persegi pada akhir 2018.

Penyumbang bahan: Agatha Lintang Kinasih (Magang).

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement