Pada akhir tahun lalu, Bank Neo Commerce membukukan laba Rp 15,87 miliar, turun dari tahun sebelumnya Rp 16 miliar. Penyaluran kredit turun dari Rp 3,83 triliun menjadi Rp 3,66 triliun, sedangkan DPK turun dari Rp 4,07 triliun menjadi Rp 3,94 triliun.

BBYB mencatatkan kenakan NPL Gross dari 1,63% pada akhir 2019 menjadi 2,67%, sedangkan NPL net turun dari 0,37% menjadi 0,34%. Sementara itu, rasio kecukupan modal atau CAR mencapai 32,78%.

BANK INDONESIA TARGETKAN 12 JUTA PENGGUNA QRIS
BANK INDONESIA TARGETKAN 12 JUTA PENGGUNA QRIS (ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.)

Bank Besar Tak Mau Kalah

Dua bank terbesar di Tanah Air, BCA dan BRI juga tengah mentransformasikan anak usahanya sebagai bank digital. Bank BRI akan mentransformasikan Bank Agro yang sebelumnya fokus pada sektor agribisnis, sedangkan BCA kini memiliki Bank BCA digital yang merupakan transformasi dari Bank Royal yang sebelumnya diakuisisi BCA.

Saham Bank Agro sempat melesat di awal tahun ini dari Rp 1.020 pada hari pertama perdagangan 2021 ke Rp 1.590 pada pertengahan Januari. Namun, kenaikan harga saham tak bertahan lama dan sempat amblas ke Rp 805 pada awal Februari. Pada penutupan kemarin, harga saham Bank Agro bertengger di Rp 995.

Pada tahun lalu, Bank Agro mencatatkan laba Rp 31,26 miliar, turun dari Rp 51,06 miliar pada 2019. Penyaluran kredit hanya tumbuh 0,65% menjadi Rp 19,5 triliun, sedangkan DPK berhasil tumbuh 98,75% menjadi Rp 23 triliun.

Kinerja kualitas kredit perseroan pun kurang menggembirakan. Meski turun dibandingkan 2019 yang mencapai 7,66%, NPL gross perseroan masih mencapai 4,97%. Sedangkan NPL net tercatat 2,73%, turun dari 4,68% pada tahun lalu. Rasio kecukupan modal atau CAR tercatat 24,33%, sedangkan LDR 84,76%.

Sementara itu, Bank BCA Digital mencatat laba bersih pada tahun lalu Rp 98 miliar, jauh membaik dari tahun sebelumnnya yang rugi Rp 29,15 miliar. Tahun lalu, bank ini tak menyalurkan kredit dan menempatkan hampir seluruh asetnya dalam bentuk surat berharga mencapai Rp 2,58 triliun.

Perusahaan juga belum mengimpun DPK. Total liabilitas mencapai Rp 1,5 triliun yang nyaris seluruhnya berasal dari pinjaman. Pada kuartal pertama tahun ini juga belum menyalurkan kredit dan menghimpun DPK.

Modal dasar perseroan mencapai Rp 3 trilun dengan modal yang belum disetor Rp 1,71 triliun sehingga total modal yang telah disetor Rp 1,29 triliun.

Direktur Utama BCA Jahja Setiatmadja mengatakan, anak usahanya akan mulai beroperasional sebagai bank digital pada semester pertama tahun ini. Bank BCA Digital akan menyasar segmen milienial yang akrab dengan digitalisasi.

"Untuk Bank BCA digital kami akan lebih dulu kembangkan dari sisi pendanaan dan transaksi pembayaran, baru setelah itu pembiayaan," ujar Jahja dalam Forum Bank Digital pada pekan lalu.

Menurut Jahja, tak mudah dalam menentukan segmen pembiayaan bagi bank digital. Penyaluran kredit bank berbeda dengan peer to peer lending yang terbilang mudah. "Kami harus pelajari segmen lending-nya nanti seperti apa. Yang pasti tidak mungkin korporasi karena butuh ke notaris dan teken berbagai dokumen, sedangkan bank digital ini nanti serba instan," katanya.

Bersambung ke halaman berikut: "Bank Digital Butuh Modal Besar"

Bank Digital Butuh Modal Besar

Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana menjelaskan, pihaknya saat ini masih menyiapkan aturan tentang bank umum. Aturan yang ditargetkan rampung pada semester I ini akan mengatur pendirian bank baru, termasuk bank digital.

"Nanti dalam POJK bank umum akan diatur bagaimana kapasitas permodalan kalau ingin mendirikan fully digital bank. Mereka harus punya tata kelola lebih baik dalam teknologi, kapaistas permodalan, model bisnis ke depan, dan kemampuan untuk memgelola bisnis digital," ujar Heru dalam Forum Bank Digital, pekan lalu.

Heru menjelaskan, OJK tidak akan mendikotomikan bank umum dan bank digital. Ini sesuai dengan Undang-undang perbankan yang hanya mengenal dua jenis bank, yakni bank umum dan BPR.

"Yang terjadi sekarang ini bank umum biasa yang bertransformasi ke pelayanan digital," kata dia.

Ia menekankan bank perlu memiliki kapasitas permodalan yang kuat untuk menuju transformasi pelayanan digital. Saat ini, OJK telah menetapkan modal inti minimal Rp 3 triliun yang harus dimiliki bank secara bertahap.

"Bank digital membutuhkan permodalan yang kuat. Bank Jago walaupun aturan modal inti itu Rp 3 triliun, mereka sudah menyiapkan hingga Rp 7 triliun," kata Heru.

Dalam rancangan atuan bank umum yang tengah digodok, menurut dia, OJK akan menetapkan modal minimal pendirian bank baru Rp 10 triliun. Ini antara lain untuk mengantisipasi kebutuhan bank dalam memberikan layanan digital.

"Kami sudah melakukan penelitian, bank yang efisien dan melayani dengan baik adalah yang memiliki rentang modal inti Rp 3 triliun hingga Rp 10 triliun. Jadi kalau ingin mendirikan bank, syarat modal inti adalah Rp 10 triliun," katanya.

Komisaris Bank Jago Jerry Ng mengatakan tak semua bank harus menjadi bank digital untuk berhasil. Pasar Indonesia, menurut dia, sangat besar sehingga bank digital maupun nondigital memiliki kesempatan untuk sukses.

"Penekanan saya adalah, mau bank digital ataupun bank nondigital, harus memiliki bisnis model yang unik," kata Jerry dalam wawancara khusus dengan Katadata.co.id.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement