Ajakan berkoalisi bukan cuma datang dari PKB saja. Wakil Ketua Umum Majelis Syura PKS, Mohamad Sohibul Iman menyebut pihaknya juga menjajaki koalisi dengan Nasdem untuk mengusung Anies Baswedan. 

“Ini adalah proses komunikasi politik, semacam check sound menyamakan persepsi dan frekuensi,” kata Iman, Senin (20/6).

Koalisi dengan PKB rasanya memang lebih realistis bagi PKS. Pasalnya, dalam Rapimnas PKS yang digelar pada Senin (20/6), survei internal menyebut mayoritas kader partai mendukung Anies Baswedan. Kendati demikian, nama lain seperti Prabowo Subianto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, hingga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga muncul dalam hasil survei. 

Tidak Perlu Buru-Buru

Menanggapi dinamika kontestasi politik terkini, Direktur Indikator Politik Burhanudin Muhtadi menyebut menerka perilaku di tingkat elit lebih sulit ketimbang perilaku massa. Pasalnya, koalisi partai saat ini tidak bersifat ideologis, permanen, dan berpotensi berpindah-pindah. 

“Masuknya Gerindra dan PAN ke kabinet telah mengubah peta politik,” ujarnya, dalam acara Rapimnas PKS, Senin (20/6). 

Kendati demikian, Burhanudin menyebut partai politik seharusnya tidak perlu terburu-buru dalam menentukan calon presiden jagoannya. Pasalnya, situasi saat ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. 

“Saat ini tidak ada calon petahana dan belum muncul sosok yang dominan,” kata Burhanudin. 

Burhanudin mencontohkan, Ganjar Pranowo saat ini memang unggul dalam beberapa survei elektabilitas. Namun, ia hanya unggul tipis dengan pesaing terdekatnya yakni Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. 

“Tiga nama teratas ini tidak ada yang dapat nilai 35%,” kata Burhanudin. 

Dalam perspektif Burhanudin, ada beberapa skenario dalam membaca peta bursa capres saat ini. Pertama, Megawati harus menghadapi dilema apakah akan mengusung Ganjar atau memilih Puan Maharani sebagai calon dari PDIP. Jika akhirnya PDIP memilih Puan, Ganjar bisa saja menyeberang ke partai lain.

“Kemungkinan diusung Gokar, entah sebagai capres atau cawapres,” katanya.

Skenario lainnya, PDIP bisa saja berkoalisi dengan Gerindra untuk mengusung pasangan Prabowo dan Puan. Namun, menurut Burhanudin, dalam skenario ini previlese presidential threshold yang dimiliki PDIP justru akan dinikmati oleh Gerindra.

Skenario lainnya, Puan bisa saja tetap didorong menjadi capres dengan Jenderal Andika Perkasa sebagai calon wakil presiden. “Atau bisa juga dengan Gus Yahya [Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf],” katanya.

Gerindra juga punya dilema sendiri meskipun sudah menggandeng Muhaimin Iskandar. Sebab menurut Burhanudin, Prabowo sebetulnya punya kencederungan untuk memilih Khofifah Indar Parawangsa, ketimbang Cak Imin.

“Sementara Anies, kalau berjodoh dengan Nasdem, bisa saja diusung sebagai capres meskipun harus tetap menggandeng partai lain. Bisa PKS atau Demokrat,” ujarnya. 

BAKAL CALON PRESIDEN DARI PARTAI NASDEM
BAKAL CALON PRESIDEN DARI PARTAI NASDEM (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.)
 

Sementara itu, Pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin memprediksi Megawati akan lebih memilih Puan Maharani sebagai capres dari PDIP. Sementara Ganjar, masih harus meningkatkan elektabilitas terlebih dahulu agar PDIP mau berpaling memilih dirinya.

“Kecuali nanti ada kejadian luar biasa yang membuat PDIP harus mendukung capres lainnya,” katanya kepada Katadata.

Kendati demikian, menurut Ujang semua nama-nama yang mulai bermunculan saat ini punya kans yang sama besar untuk bisa menjadi capres dan cawapres. Adapun kuncinya adalah menaikkan elektabilitas agar memiliki daya tawar yang tinggi. 

“Masih ada banyak waktu bagi parpol dan sosok capres-cawapres untuk bermanuver,” katanya.



Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement