Bulan ini, The Fed hanya menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25% dan khalayak menilai ini sebagai sinyal laju inflasi lebih terkendali. Selain itu, kekhawatiran terhadap resesi global pun semakin mereda. Dua hal inilah yang menjadi mimpi buruk saham teknologi sepanjang tahun lalu.

Bank digital
Bank digital (Arief Kamaludin|KATADATA)

Babak Baru Tanpa Inovasi Baru

Titik terang kinerja bank digital direspon optimistis oleh analis saham Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora. Saat ini harga saham bank digital sudah jauh terdiskon daripada pergerakan harga saham bank konvensional.

Maka, inilah waktu yang tepat untuk membeli saham bank digital. “Mengingat pergerakan harga bank digital sudah turun dalam, kami prediksi tahun ini menjadi tahun kebangkitan bank digital,” ujarnya. 

Ia menyebut, beberapa bank digital sudah membukukan laba bersih hingga kuartal III tahun lalu. Keadaan tersebut menjadi indikator bank digital akan semakin tumbuh. 

Pengamat ekonomi Nailul Huda pun menilai keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh Grab dan Bank Fama menjadi bank digital. Nailul berpendapat kedua perusahaan mempunyai ekosistem digital dan pasar yang kuat.

Modal tersebut sangat baik untuk bersaing dengan bank digital lainnya. “Kuncinya ada di ekosistem yang cukup kuat. Ketika perusahaan, terkait ini bank digital, berkinerja dengan baik, maka kinerja saham bank digital pun akan membaik,” katanya. 

Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh pengamat perbankan Binus University Doddy Ariefianto. Ia cenderung pesimistis dengan perkembangan bank digital Tanah Air.

Doddy menyebut, bank digital tidak hanya bersaing dengan sesamanya. Mereka juga harus berpacu dengan bank konvensional yang hampir seluruhnya memiliki divisi digital.

Fenomena bank digital pun masih terbilang baru bila dibandingkan dengan bank konvensional yang sudah berinvestasi di digitalisasi sejak 10 tahun lalu.

Ada dua sisi bank digital yang menjadi sorotan Doddy. Pertama, tujuan utama masyarakat menggunakan bank adalah menyimpan uang. Karena itu, para nasabah butuh rasa aman ketika menyimpan uang.

Nah, rasa aman itu biasanya ditunjukkan oleh ukuran dan latar belakang bank. "Kalau Bank Mandiri dan BCA sudah lebih lama, jadi bank baru ini sulit bersaing. Kalau peruntukannya untuk transaksi digital saja, kenapa harus ke bank digital?” ujarnya.

Kedua, belum ada bank digital yang bisa memberi nilai lebih. Biasanya, bank digital membidik masyarakat yang sudah melek dengan teknologi dan segmen underbanked. Namun, bila dilihat secara kasat mata, belum ada perbedaan yang nyata dari bank digital dan bank konvensional. 

Menurut Doddy, salah satu hal yang bisa ditingkatkan bank digital adalah fleksibilitas yang mereka miliki. Bila nasabahnya membutuhkan uang kartal dalam waktu cepat, maka bank digital harus dapat menyediakannya.

Kemudahan tersebut bisa dimanfaatkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang membutuhkan modal cepat. “Terus terang saja saya katakan ya, kalau untuk survive (bertahan), bank digital masih bisa. Tapi masalahnya, apakah mereka akan prosper (berhasil)? Saya sih belum yakin,” katanya.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement