- Penunjukkan Patrick Walujo sebagai CEO diharapkan mampu mendorong GoTo menuju profitabilitas.
- Ada lini bisnis yang masih berpotensi mendorong kinerja GOTO.
- Analis melihat harga saham GOTO masih sulit mencapai level Rp 200 pada tahun ini.
Perombakan susunan direksi emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk sempat menjadi sentimen positif di pasar saham. Namun, kondisi tersebut hanya sesaat. Tahun ini, perkiraan para analis, pergerakan saham GOTO tetap seret untuk kembali ke level Rp 200.
Patrick Walujo diangkat menjadi pemimpin perusahaan alias CEO, menggantikan Andre Soelistyo. Sementara Thomas Husted menjadi COO GOTO. Sedangkan Agus Martowardojo akan diangkat menjadi komisaris utama GOTO menggantikan Garibaldi Thohir.
Pengumuman perombakan direksi ini pertama kali didengar publik pada 8 Juni lalu. Rencana itu memberi angin segar pada pergerakan saham GOTO yang langsung terbang 7,76% menjadi Rp 125 per saham hingga perdagangan Kamis (8/6).
Keesokan harinya, saham GOTO masih ditutup dalam zona hijau dengan kenaikan 1,6% ke level Rp 127 per saham. Volume perdagangan mencapai 7,2 miliar dengan nilai transaksi Rp 909,6 miliar dan frekuensi 44,2 ribu kali.
“Sebagai salah satu investor pertama Gojek dan Komisaris GoTo, saya selalu memiliki kepercayaan besar terhadap perseroan," kata Patrick dalam siaran pers merespon pengumuman tersebut.
Manajemen GoTo menilai, Patrick memiliki pengalaman yang luas dan mendalam mengenai GoTo dan ekosistemnya. Co-founder dan managing partner Northstar Group itu juga dianggap mempunyai pengetahuan lanskap investasi dan sektor teknologi, baik Indonesia maupun global.
“Apabila nominasi saya disetujui oleh pemegang saham, saya akan berdedikasi penuh kepada GoTo dan bekerja sama dengan jajaran direksi lainnya untuk mendorong kemajuan unit bisnis, terus mengoptimalisasi strategi perseroan menuju target profitabilitas serta memperkokoh landasan pertumbuhan jangka panjang,” ucap Patrick.
Melalui pergantian ini manajemen menargetkan EBITDA positif pada akhir tahun dan pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Harapan Mengejar Profitabilitas
GoTo adalah perusahaan Indonesia hasil merger perusahaan rintisan Gojek dan Tokopedia. Penggabungan keduanya diumumkan pada 17 Mei 2021 dan sempat menghebohkan banyak pihak.
Setelah merger, valuasi dari keduanya menjadi tinggi, mencapai US$ 18 miliar. Nilai tersebut didapat dari hasil putaran dana milik Gojek pada 2019 dan Tokopedia di awal 2020.
GOTO lalu melantai di BEI pada 11 April 2022, kenaikan harga saham yang signifikan berlangsung pada hari pertama, kisaran Rp380-400 per lembar saham. Kenaikan tersebut tidak sampai menyentuh auto reject atas (ARA).
Sebagai informasi, harga debut saham GOTO berada di Rp 338 per saham. Perusahaan melepas sebanyak 40,6 miliar saham dengan dana initial public offering (IPO) yang berhasil dikantongi sebesar Rp13,7 triliun.
Sekitar dua minggu dari penawaran perdananya, saham GOTO terus anjok. Laporan keuangan sepanjang 2022 juga menyebut platform layanan taksi daring dan ecommerce itu membukukan rugi bersih sebesar Rp 40 triliun.
Angka itu menandai kenaikan rugi hingga 5,98% dibandingkan kerugian di tahun sebelumnya sebesar Rp 25,9 triliun. Pada kuartal I-2023, GOTO kembali membukukan kerugian Rp 3,9 triliun.
Laporan keuangan GOTO 2022 mencatat kerugian akibat penurunan nilai goodwill sebesar Rp 110,9 triliun. Beban ini tidak muncul dalam kinerja pada 2021.
Nilai goodwill yang dibukukan merupakan hasil dari bergabungnya Gojek dan Tokopedia. Hasil dari penggabungan menghasilkan selisih angka yang mencerminkan nilai wajar dan nilai pasar perusahaan saat itu sehingga menjadi salah satu faktor penyebab kerugian GOTO.
Efek Patrick Walujo
Beberapa analis berpendapat penunjukkan Patrick Walujo diharapkan mampu mendorong pengejaran jalur GOTO menuju profitabilitas. Salah satu caranya dengan integrasi lebih baik antara Gojek, Tokopedia, dan Bank Jago.
“Patrick memiliki rekam jejak baik. GOTO pun memproyeksikan dapat mencapai EBITDA positif pada kuartal keempat tahun ini, sehingga kita harus melihat update kinerja tiap kuartal ke depannya,” ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei kepada Katadata.co.id, Jumat (9/6).
Latar belakang Patrick yang pernah bekerja di Goldman Sachs, Pacific Century Ventures, dan Northstar Group menjadi modal kuat untuk pertumbuhan positif jangka panjang dari GOTO. Banyak pihak berharap, Patrick dapat membawa GOTO masuk dalam komunitas keuangan internasional.
Sentimen positif lain terkait perubahan basis pemegang saham setelah masuk indeks Morgan Stanley Capital International. Investor global, seperti Blackrock hingga Amundi/Lyxor mulai mengoleksi saham GOTO sehingga basis pemegang saham perseroan kian beragam.
GOTO juga masih memiliki sejumlah kekuatan untuk mencapai tingkat profitablititas seperti penguatan kolaborasi dengan Bank Jago alias ARTO untuk peningkatan penyaluran kredit dan pengembangan produk baru.
”Melihat dari rekam jejaknya di Northstar, Patrick menahkodai perusahaan investasi dengan baik,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta.
Nafan melanjutkan, sepak terjang Patrick sebagai co-Founder Northstar membuatnya populer di kalangan investor. Patrick dikenal sebagai pemilik saham di sejumlah perusahaan besar, mulai dari perusahaan publik sampai dengan perusahaan privat yang dinilai prospektif.
Selain itu, ada pula mantan menteri keuangan dan gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo yang didapuk menjadi Komisaris Utama GoTo. Ini juga semakin memberi nilai tambah di mata investor domestik maupun global. Apalagi melihat rencana GOTO melakukan private placement dan IPO di bursa internasional.
GOTO dalam Tren Positif?
Saat ini, meski membukukan sejumlah kerugian, GOTO tengah dalam tren kinerja bisnis yang semakin positif. Kondisi itu tercermin dari sejumlah target yang terealisasi seperti mulai positifnya marjin kontribusi lini bisnis on-demand dan e-commerce.
“Kombinasi kinerja perusahaan dan positifnya industri, investor mengharapkan GOTO dapat profitable,” pungkas Nafan.
Namun, jika melihat prospek saham dalam satu tahun ini Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani melihat pergerakan harga saham GOTO akan sulit mencapai level Rp 200.
“Secara sentimen dan fundamentals emiten tersebut, rendah kemungkinan saham GOTO bisa mencapai 200 karena harga sahamnya sangat volatile,” kata Arjun, Selasa lalu.
Pergantian direksi, menurut Arjun, hanya memberi dampak positif dalam jangka pendek. Para investor membeli sahamnya sebagai respon dari berita positif.
Namun, secara umum, prospek saham akan berdasarkan kinerja keuangan emiten. “Secara teknikal dan aksi traders mungkin bisa (mencapai Rp 200). Kita pantau berdasarkan pergerakan harga saham GOTO hari ini tidak terlihat dampaknya dari penggantian direksi," ujarnya