Button AI Summarize

Tas kresek. Wadah ini lekat dengan kehidupan sehari-hari warga Indonesia. Mayoritas rumah tangga mengandalkan tas plastik atau kresek untuk berbagai aktivitas, seperti membawa makanan dan membuang sampah. Tas kresek juga kerap dijadikan wadah barang belanjaan dari toko, meski terkadang pembeli harus membayar biaya tambahan untuk mendapatkannya.

Fungsi tas kresek yang tahan lama serta dapat digunakan berulang kali menjadi alasan utama mengapa ia dapat diandalkan dalam berbagai situasi. Sayangnya, penggunaannya yang masif belum diimbangi dengan pengelolaan pasca pakai yang maksimal.

Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa timbulan sampah di Indonesia mencapai 18 juta ton per tahun.

Dari jumlah tersebut, jumlah sampah plastik mencapai 19,3 persen. Jumlah tersebut adalah terbesar kedua setelah sampah makanan (41 persen).

Sebelumnya, Minderoo Foundation pada 2019 lalu memublikasikan rata-rata timbulan sampah per kapita. Organisasi itu mencatat, setiap orang di Indonesia menghasilkan 9 kilogram (kg) sampah plastik sekali pakai per tahun. Sampah-sampah tersebut merupakan hasil dari aktivitas belanja konsumen.

Tahun 2023, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat ada hampir 6 juta ton sampah yang belum terkelola, atau mencapai 33 persen dari total timbulan sampah.

Indonesia sendiri menduduki posisi ke-96 dari 180 negara ihwal pendaurulangan sampah. Hal itu berdasarkan laporan Indeks Kinerja Lingkungan atau Environmental Performance Index tahun 2022 yang merupakan hasil riset kolaborasi antara Yale University, Columbia University, dan McCall MacBain Foundation.

Dengan skor 15,2, Indonesia setara dengan El Savador dan kawasan kepulauan Mikronesia perihal daur ulang. Kinerja daur ulang sampah di Indonesia juga kalah baik dibanding beberapa negara jiran.

Tersebab masih banyak pekerjaan rumah terkait polemik sampah plastik, maka untuk memasifkan kebiasaan mendaur ulang perlu cara pandang yang tidak sekadar menganggap sampah sebagai barang buangan. Jika diolah dengan baik, sampah bisa menjadi barang bernilai tinggi.

Salah satunya caranya adalah dengan menjadikan sampah plastik sebagai campuran aspal untuk infrastruktur jalan. Di Indonesia, Chandra Asri Group telah membuktikan efektivitas strategi daur ulang tersebut. Sejak tahun 2018, perusahaan solusi kimia dan infrastruktur ini menginisiasi program ekonomi sirkular Aspal Plastik untuk Indonesia Asri.

Berawal dari komitmen pemerintah untuk mengurangi sampah hingga 30% dan mengurangi sampah di lautan hingga 70% pada 2025, Chandra Asri Group berkaca pada hasil penelitian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2017.

Dari situ, ditemukan bahwa cacahan kresek dapat digunakan untuk bahan campuran aspal. Penambahan sampah plastik kresek tersebut terbukti dapat meningkatkan stabilitas jalan hingga 40%. Hal ini mendorong Chandra Asri Group untuk ikut mengurangi sampah plastik bernilai rendah.

Sampah plastik dengan berat jenis ringan yang dimanfaatkan perseroan diambil dari tempat pembuangan akhir (TPA) dengan bantuan para pelaku industri daur ulang dan pemulung. Sampah dipilah, dicacah, dicuci, dan dikeringkan terlebih dahulu agar dapat menjadi campuran untuk aspal panas.

Chandra Asri Group menggunakan sampah plastik dengan spesifikasi sesuai ketentuan Kementerian PUPR, yakni sampah plastik bersih yang sudah dicacah. Tonase cacahan plastik yang diperlukan ditentukan dari luas infrastruktur jalan yang akan dibangun, atau dilakukan gelaran aspal. Komposisi plastik yang dicampurkan ke dalam aspal yakni sekitar 5%.

Selain itu, perseroan memanfaatkan produk sampah plastik cacahannya sendiri bernama CIRCLO. Produk tersebut adalah cacahan HDPE berukuran partikel 4─9 milimeter (mm), ketebalan partikel 0,07 mm, dan kadar air di bawah 5%.

Keberadaan merek ini merupakan langkah awal menuju komersialisasi cacahan plastik yang nantinya dapat dibeli dan digunakan untuk campuran aspal.

Circular Economy and Partnership Manager Chandra Asri Group Nicko Setyabudi mengatakan, proses pencampuran aspal dan plastik dilakukan saat proses pencampuran kering (dry mixing).

“Setelah agregat atau batuan dipanaskan dengan temperatur sekitar 160° celsius, cacahan plastik dimasukan terlebih dahulu, sehingga dapat menyelimuti agregat panas. Setelahnya, baru dicampurkan aspal dan bahan lainnya,” katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (8/3).

Plastik yang dimodifikasi menjadi campuran aspal dapat mencegah pembentukan lubang dan membuat jalanan lebih tahan lama. Lapisan plastik cair mampu mengisi ruang antara kerikil dan aspal, sehingga membuat air hujan tak bisa merembes dan merusak jalan.

Campuran plastik pada aspal dapat meningkatkan daya tahan jalanan terhadap beban berat (stabilitas marshall), kerusakan akibat air, perubahan bentuk atau deformasi, dan keretakan.

Mengaspal hingga Lebih dari 100 Km

Pada 2018, Chandra Asri Group melakukan uji coba aspal plastik di kawasan pabrik petrokimia milik perseroan di Kota Cilegon, Banten. Hal ini merupakan pembuktian dari komitmen perseroan pada konferensi kelautan dan perikanan Our Ocean Conference di Bali pada tahun yang sama.

Inisiasi inilah yang mengawali Aspal Plastik untuk Indonesia Asri. Program itu merupakan implementasi konsep ekonomi sirkular untuk menciptakan nilai lebih dalam pengelolaan sampah plastik yang berkelanjutan.

Penerapan aspal plastik di Cilegon
Penerapan aspal plastik di Cilegon (Dok Istimewa) 
 

“Kunci sukses dalam ekosistem daur ulang plastik adalah mulai dari pola pikir dan mengubah perilaku pengumpulan sampah yang terpilah sejak awal timbulnya sampah. Sehingga, selanjutnya dapat menghasilkan biaya produksi yang murah dan berkualitas,” ujar Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy Chandra Asri Edi Rivai dalam siaran pers tertanggal 13 April 2022.

Pada 2021, Aspal Plastik untuk Indonesia Asri telah diimplementasikan sepanjang 50,8 km di berbagai daerah seperti Kota Cilegon (Banten), Kota Tegal, Kota Semarang, Kabupaten Kudus (Jawa Tengah), serta Kota Depok dan Kabupaten Bogor (Jawa Barat). Pengaspalan terus berlanjut hingga Marunda (DKI Jakarta), kawasan BSD City (Banten), dan Kabupaten Garut (Jawa Barat).

Kantong-kantong kresek buangan pun sukses didaur ulang, sehingga memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Sampah yang kerap dinilai rendah ini bisa dihargai dengan lebih mahal. Hal ini dimaksudkan agar pemulung juga tertarik mengumpulkan sampah bernilai rendah, sehingga nilai sampah kresek lebih tinggi ketika diterima oleh pelaku industri daur ulang.

Program Aspal Plastik untuk Indonesia Asri pun terus dilanjutkan, hingga pada 2023 jalanan beraspal plastik sepanjang 120,8 km berhasil dibangun. Angka ini melampaui targetnya yang semula dicanangkan 100 km saja. Total gelaran jalan aspal plastik ini memanfaatkan 1.086 ton sampah plastik.

Dengan asumsi lebar jalan 6 meter dan ketebalan 4 sentimeter, maka tiap 1 km aspal plastik telah mengalihkan 1,6 ton atau 1,1 juta kantong kresek dari TPA. Namun, bukan tanpa hambatan, membentangkan ratusan km jalanan beraspal campuran plastik juga memiliki tantangannya tersendiri.

Dalam pernyataan tertulisnya, Edi mengakui implementasi aspal plastik tidak selalu berjalan mulus. Tantangan utama dalam pekerjaan ini adalah mendapatkan bahan baku cacahan sampah plastik. Sebab, kebiasaan membuang sampah yang saling bercampur masih membudaya di Indonesia.

Masih banyak warga yang sering membuang sampah tanpa memisahkan sampah organik dan anorganik. Kondisi ini menyebabkan proses pengelolaan sampah plastik lebih panjang dan memakan waktu yang lama, sehingga biaya pengelolaan sampah lebih besar.

“Untuk mengatasi hal ini, kita perlu mulai membiasakan diri melakukan pemilahan sampah dari sumber agar memastikan setiap proses selanjutnya dapat berjalan secara baik dan optimal,” ucap Edi.

Ia bercerita, waktu pelaksanaan proyek pengaspalan sejak tahun 2018 hingga 2023 berjalan sangat dinamis, sehingga koordinasi pihak Chandra Asri Group dengan para mitranya harus sangat intens. Tentu, perseroan wajib memastikan cacahan plastik tersedia sesuai waktu yang dibutuhkan.

Perseroan juga sering menghadapi keraguan dari para mitra, khususnya pihak kontraktor yang akan menjalankan proyek. Untuk itulah, perseroan menggandeng Kementerian PUPR untuk memberikan pendampingan teknis saat masa percobaan dan awal pelaksanaan proyek.

Halaman:
Reporter: Sahistya Dhanesworo
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement