Menjaga Etika Bisnis di Tengah Pandemi

Pingit Aria
4 Oktober 2020, 09:00
Dewi Muliaty
Katadata/Joshua Siringo ringo
Dewi Muliaty, Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk

Apakah ini juga terkait dengan pengembangan wellness clinic di Prodia?

Betul, kami ingin agar fasilitas ini bukan sekadar klinik obat 24 jam, tapi kami harus inovatif. Selain wellness clinic yang kami sebut Prodia Healthcare, kami juga punya klinik speciality. Di antaranya, Prodia Children, Prodia Woman, hingga Prodia Senior.

Semua konsepnya wellness, jadi tidak perlu menunggu sakit, tetapi bagaimana agar tetap sehat.

Prodia merupakan market leader laboratorium Kesehatan di Indonesia. Pangsa pasarnya berapa saat ini?

Prodia menjadi market leader laboratorium Kesehatan sejak 2018 dengan market share 38,8%. Kami baru dapatkan survei terbaru pada 2019 market share naik menjadi 39,2% karena saat itu kinerja Prodia baik secara revenue maupun profit margin tumbuh.

Bagaimana dengan jumlah outlet yang ada sekarang?

Sekarang ini cabang Prodia ada 152 di 127 kota di 34 provinsi. Kami juga mengelola laboratorium di 14 rumah sakit.

Paparan publik Prodia
Paparan publik Prodia (Prodia)

Dalam menavigasi bisnis Prodia di kala pandemi, lebih banyak tantangan atau keuntungan?

Yang pertama kami pastikan adalah keamanan karyawan. Kita lengkapi semua temen-teman dengan alat pelindung diri (APD). Setelah situasi aman, baru kami mulai melayani.

Ternyata permintaan selama Maret-April turun karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai kota. Masyarakat juga tidak mau periksa kesehatan karena takut. Sebaliknya, semua perhatian tertuju pada tes Covid-19.

Maka, banyak alat laboratorium kami dedikasikan untuk tes Covid-19. Pada tahap awal kami hanya mampu melayani 500 tes karena dikerjakan secara manual, tapi permintaan bertambah terus.

Masalahnya, sejak Februari sebenarnya kami sudah memesan alat tes otomatis, namun alat itu diperebutkan termasuk oleh pemerintah di berbagai negara, jadi ini ditunda. Akhirnya, alat yang dijanjikan datang Maret itu baru tiba pada akhir Juli. Pemeriksaan secara otomatis baru bisa kami kerjakan pada September. Sekarang kami bisa melayani 2.000 tes per hari.

Kami juga melakukan berbagai upaya untuk merespons kebutuhan masyarakat. Tim kami misalnya, menyediakan home service, hingga Prodia in your car. Artinya pasien datang ke prodia tidak perlu turun ke lab, hanya di dalam mobil akan dilayani. Tentunya harus daftar dulu di platform e-Prodia.

Sampai saat ini pemerintah tampaknya masih terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas tes Covid-19. Capaiannya baru 44 ribu specimen per hari, jauh di bawah negara lain. Menurut Ibu, apa kendalanya?

PCR (polymerase chain reaction) bukan pemeriksaan biasa. Teknisnya tidak mudah seperti pemeriksaan golongan darah kan gampang, gula, atau kolesterol. Petugasnya harus dilatih secara khusus, fasilitasnya juga harus ada.

Pada pemeriksaan manual, harus ada pembagian ruangan supaya petugas tidak tertular atau sampel spesimen tidak terkontaminasi oleh sampel lain yang positif. Semua harus aman, dan ini belum tentu tersedia di semua laboratorium pemerintah.

Ini situasi yang tidak mudah bagi pemerintah, dan memerlukan biaya tinggi. Kalaupun komitmen fasilitas dan biaya dipenuhi, kita masih tergantung impor semua. Bahan baku, reagen chemical untuk pemeriksaan PCR semua masih impor. Saya apresiasi pemerintah menyediakan ini.

Untuk belanja modal Prodia tahun ini berapa nilainya, dan akan diarahkan ke mana?

Sebenarnya tahun ini kami merencanakan Capex (capital expenditure) hampir sama dengan tahun lalu, sekitar Rp 300 miliar. Tadinya kami berencana membuka lima cabang tetapi ditunda karena situasi pandemi. Sejauh ini baru satu cabang di Bitung yang kami buka, lainnya ditunda.

Untuk komposisi Capex, semula 67% untuk pengembangan outlet, kemudian 19% untuk pengembangan teknologi, dan 14% working capital.

Apa rencana Ibu untuk Prodia setelah pandemi mereda?

Kita belum tahu pandemi kapan akan berakhir. Banyak publikasi meramalkan bisa dua tahun, tiga tahun sampai situasi kembali normal. Katakanlah dua tahun sampai akhir 2021, maka kami persiapkan diri akan adanya kebutuhan tes sampai saat itu.

Setelahnya, kami akan tetap melihat visi awal untuk menyediakan next generation healthcare, layanan-layanan yang sifatnya prediksi dan pencegahan penyakit.

Terakhir, apa yang ingin Ibu sampaikan terkait dengan situasi pandemi yang tidak mudah ini?

Yang pertama, kita harus menjaga etika bisnis, empati kepada pelanggan, sesama karyawan, dan semua stakeholders. Suasana bukan saling menyalahkan, tetapi harus saling membangun. Kemudian, harus tetap produktif. Ini untuk semua orang, walaupun bekerja di rumah. Kita harus terus berinovasi. Dalam keadaan seperti ini jangan loyo.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution, Ekarina
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...