Ketum Partai Gelora Anis Matta: Faktor Gibran jadi Kunci Rekonsiliasi

Ira Guslina Sufa
Oleh Ira Guslina Sufa - Nur Hana Putri Nabila
24 Oktober 2023, 09:13
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta
Katadata - Bintan Insani
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta

Menjelang pelaksanaan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2024 tensi politik kian naik. Partai-partai merapatkan barisan untuk bisa menjadi yang terdepan, mengirimkan wakil duduk di parlemen Senayan. Tak terkecuali untuk Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Gelora yang baru pertama kali mengikuti pemilu di 2024 mendatang.

Dalam wawancara khusus dengan tim Katadata.co.id, Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengatakan strategi utama menang di pemilu adalah dengan mempersiapkan calon legislatif potensial untuk membidik semakin banyak suara. Strategi itu sudah dimulai jauh hari sejak sebelum tahapan pemilu dimulai.

Strategi lain dengan mengusung calon presiden yang dinilai mendapat dukungan mayoritas masyarakat. Pilihan itu telah ditetapkan Gelora dengan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Tak cukup sampai di situ, sebagai bagian dari strategi pemenangan, Anis mengatakan Gelora menjadi partai yang mendukung penuh Prabowo berpasangan dengan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di pilpres.

Apa yang diharapkan Gelora dengan dukungan untuk Prabowo - Gibran? Bagaimana taktik partai bisa memenangkan pileg dan pilpres dalam waktu bersamaan? Simak dalam nukilan wawancara khusus berikut.

Sebagai partai baru, pemilih tentu ingin lebih banyak tahu tentang Gelora. Bisa Anda ceritakan bagaimana Partai Gelora lahir, dan apa hal berbeda yang ditawarkan Gelora kepada pemilih? 

Partai Gelora lahir di tengah krisis. Dalam manifesto partai gelora yang kami  antisipasi dan menjadi sebab kelahiran Partai Gelora karena dunia secara keseluruhannya akan mengalami suatu krisis yang panjang, bersifat multidimensi, sangat kompleks, dan berlarut. Begitu partai gelora lahir langsung ada Covid. 

Jadi artinya premis dasar sekaligus alasan mengapa Partai Gelora ini lahir karena asumsi tentang akan adanya krisis itu. Ternyata setelah krisis akibat Covid selama dua setengah tahun lebih, setelah itu terjadi perang di Ukraina dan sekarang perang di Palestina. Sebelumnya masyarakat menyaksikan pergolakan berbagai macam kudeta di Afrika. Artinya dengan kata lain, krisis yang kami asumsikan menjadi sebuah lahirnya Partai Gelora satu persatu ini menjadi kenyataan. Ada krisis dalam skala geopolitik yang disebabkan oleh perang supremasi antara kekuatan adidaya ini, antara amerika dan sekutunya, Cina dan juga sekutunya, Rusia dan lainnya. Dan ini pasti punya dampak yang luar biasa bagi Indonesia, secara global. Kita sudah merasakan sendiri kan.

Mengapa gelora lahir di tengah krisis itu? Ada perang supremasi, ada ancaman perubahan iklim, artinya ada ancaman perang sekarang, ada ancaman bencana. Mengapa partai gelora harus lahir di tengah krisis itu? Karena kami ingin menjadi solusi bagi bangsa dalam situasi krisis itu. Artinya apa? Artinya partai ini membutuhkan satu arah. Satu kompas yang bisa menavigasi bangsa melewati krisis yang sangat kompleks.

Partai Gelora daftarkan bacaleg ke KPU
Partai Gelora daftarkan bacaleg ke KPU (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nym.)

 

Bagaimana Gelora membuat situasi global itu bisa menjadi ruh dalam perjuangan partai untuk membawa Indonesia tumbuh dan bangkit dari krisis? 

Kami di Partai Gelora membaca bahwa krisis global ini bisa setiap saat membawa Indonesia ke dalam ancaman perang tapi pada waktu yang sama ada ancaman perubahan iklim yang bisa setiap saat membawa bencana alam yang sangat besar. Ini kan juga akan punya turunan krisis-krisis yang lainnya. Akan ada perang kawasan, akan ada krisis ekonomi. Saya ingin mengatakan bahwa kami memulai dari asumsi dasar tadi ini karena sejarah Indonesia menunjukan bahwa perubahan-perubahan besar dalam hidup sebagai bangsa selalu terjadi kalau potongan sejarah itu. Misalnya, dulu kita dijajah oleh eropa karena ada revolusi industri besar yang membuat mereka ingin punya sumber daya baru. Indonesia  tidak ada hubungan sama Eropa waktu itu, apa salah Indonesia tiba-tiba dijajah.

Selanjutnya, Indonesia dijajah oleh Jepang, karena Jepang membutuhkan basis militer waktu masuk ke dalam perang Asia Pasifik. Tapi kita juga merdeka karena Jepang kalah. Artinya dengan kata lain bahwa semua peristiwa penting dalam sejarah Indonesia selalu merupakan refleksi dari apa yang terjadi di tingkat global. Sekarang saya membaca bahwa ada krisis global tapi pada yang sama ini juga peluang. Dengan cara membaca seperti itulah kami dari Partai Gelora membuat satu  cita-cita yang bisa menyatukan Indonesia sebagai bangsa. Bagaimana menjadikan Indonesia menjadi super power baru.

Bagaimana keinginan itu diturunkan dalam visi dan misi Partai Gelora yang akan dibawa dalam Pemilu 2024 ini?

Langkah pertama yang harus dilakukan kalau ingin menjadikan Indonesia sebagai kekuatan super power baru adalah mendorong terjadinya rekonsiliasi elit partai. Itu dulu. Kenapa? Karena tanpa rekonsiliasi elit negara besar seperti Indonesia ada dalam ancaman disintegrasi. Negara ini terlalu besar, tapi yang membuat ancaman disintegrasi ini lebih nyata itu karena dalam beberapa pemilu terakhir khususnya Pilpres 2014 dan 2019, kami menyaksikan ada pembelahan yang luar biasa. Pembelahan ini bisa menjadi bibit dari disintegrasi bangsa. Karena itu kami mendorong rekonsiliasi elit. Itu salah satu sebab kenapa saya dulu dan kami di Partai Gelora mendorong Prabowo masuk dalam kabinet Jokowi. 

Saya juga sampaikan kepada beliau supaya beliau menerima Prabowo sebagai simbol rekonsiliasi. Simbol rekonsiliasi ini juga menurut saya Prabowo mengangkat Gibran sebagai cawapresnya didukung oleh Partai Gelora. Itu juga akan menjadi simbol rekonsiliasi.

Partai Gelora lahir membawa semangat baru. Meski begitu publik tahu orang-orang yang ada di Gelora bukan politikus baru meski partainya baru. Apa yang jadi pembeda Gelora hari ini dengan partai yang sebelumnya?

Yang Anda tanyakan kan perbedaan dengan PKS kan? Sebenarnya waktu kami  mendirikan partai ini, sejak saya di PKS sebagai sekjen ataupun presiden dan juga sebagai pendiri, saya selalu membawa satu ide yang konsisten. Datang ke tengah. Dulu saya memproklamirkan partai terbuka karena saya tahu betul bahwa Indonesia ini hanya bisa dipimpin dan bisa melewati semua krisis yang besar itu kalau kami ada di tengah. Saya tidak ada di kanan jauh, jadi kami sekarang bergerak dari kanan ke tengah. Jadi kalau Anda bertanya, secara sprektrum ideologi kami ada di kanan tengah dan di kiri tengah. Berarti itulah Indonesia. 

Dari awal saya meyakini betul di Indonesia dan dunia nilai yang paling penting. Ini penelitian saya lakukan dalam waktu yang agak lama karena inilah komponen dari ideologi atau narasi besar yang dibawa oleh Gelora. Yang pertama, agama. Yang kedua adalah keluarga. Artinya masyarakat Indonesia ini by nature itu religius. Orang yang beragama. Tidak ada satu kekuatan liberal atau sekuler yang bisa menghilangkan identitas ini dari bangsa Indonesia. Tidak ada.

Dan berdasarkan survei Indonesia adalah negara yang religius. Sekarang survei tingkat kesadaran beragama masyarakat sangat tinggi. Itu sebabnya di Indonesia ini tidak ada ruang bagi partai liberal terlalu besar. Yang kedua, keluarga artinya orang Indonesia itu masyarakat komunal selalu ingin bersama, guyub. Iitu sebabnya orang religius tetapi moderat ada di tengah. Indonesia selalu menjunjung tinggi persatuan dan masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang otoritatif, seperti masyarakat keluarga orang tua itu dihormati. Pemimpin dihormati dalam masyarakat. Jadi Indonesia ini cuma bisa dipimpin dengan dua falsafah dasar itu, agama dan keluarga. Menurut saya, pilihan tengah inilah yang menjadi inti dari narasi Partai Gelora. Dan itu dituangkan dalam visi dan misi dengan religiusitas dan kekeluargaan itu.

PENGUNDIAN NOMOR URUT PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2024
PENGUNDIAN NOMOR URUT PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2024 (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.)

 

Salah satu cara untuk menuangkan gagasan Gelora adalah dengan menjadi anggota legislatif di parlemen melalui pemilu. Apa isu yang jadi sorotan dan  prioritas di Pemilu 2024? 

Agenda yang kami bawa ini sebelumnya adalah agenda kebangkitan. Ini akan sangat berbeda sekali dengan sekadar agenda yang berbasis pada agenda political marketing. Tapi benar-benar adalah agenda kebangkitan. Dalam situasi di mana terjadi krisis global seperti ini, pasti akan menjadi agenda utama kami adalah agenda persatuan nasional karena itu semua hal yang berkaitan dengan proses persatuan harus dibangun. Jadi misalnya sekarang ada dalam koalisi Koalisi Indonesia Maju (KIM). Koalisi yang paling besar kan secara koalisi capres. Karena menurut saya ini adalah representasi persatuan.

Kedua, agenda pembangunan sumber daya manusia karena Indonesia mengalami agak sedikit tertinggal tapi tidak tumbuh secara masif di sini. Agenda pembangunan sumberdaya manusia ini salah satu manifestasi dan kami mendorong Insya Allah kuliah gratis. Kalau Anda lihat kan kampanyenya Prabowo sudah banyak di sisi ini, seperti makan siang gratis. Ini konsepnya, semua manusia Indonesia sejak dia ada di kandungan ibunya, sampai dia berumur paling tidak 18 tahun dia dirawat oleh negara. 

Angka kelahiran dan kehamilan di Indonesia kira-kira empat juta setiap tahun. Tapi, sepertiga dari bayi yang lahir ini stunting, yang stunting ini pasti akan menjadi beban masyarakat dan beban negara. Oleh karena itu, penyelesaian tentang stunting ini, orang yang memiliki kelemahan kognitif harus diatasi secara fundamental dan negara mesti intervensi. Jadi ibu hamil ada dalam perawatan negara. Begitu dia lahir dia harus mendapatkan bantuan dari negara, supaya dia melewati 1000 hari pertamanya sebagai bayi dan anak yang sehat. 

Setelah itu dia akan masuk ke sekolah dan kita akan mendorong konsep full day school. Sekolah penuh hari jadi mereka masuk jam 8 pagi selesai jam 3 atau 4 sore dan seperti akan dikampanyekan Prabowo akan ada makan siang gratis di sekolah. Tapi kami akan menambah ini supaya dari umur 18––23 tahun orang juga mendapatkan kuliah gratis.

Sebagai partai yang baru bagaimana Gelora bisa yakin bisa memenuhi parliamentary threshold yang cukup besar di angka 4%. Apa yang akan dilakukan untuk mencapainya?

Saya dan teman-teman di Partai Gelora tidak akan bikin partai kalau tidak yakin lolos threshold. Jadi kami dari awal yakin makannya kami bikin partai dan insya Allah akan bisa melewati tantangan threshold 4% itu. Kira-kira kalau suara itu jatuhnya sekitar 6 juta lebih suara. Insya Allah ini bisa kami dapat. Sejak awal kami mendirikan partai ini kami langsung melakukan gerilya teritorial dan saya kira kalau nanti insya Allah partai gelora ini sukses dalam pemilu nanti, salah satu kata kuncinya itu gerilya teritorial. 

Dari awal kai punya perhatian kepada sisi teritorial yang lebih besar dari sekedar komunikasi politik publik atau iklan dan seterusnya karena itulah bedanya pilpres dan pileg. Kalau pilpres kampanye satu orang, kalau pileg kampanye di daerah pemilihan (dapil) jadi medan tempurnya berbeda. Maka dari itu, dari awal kami fokus ke dapil. Alhamdulillah karena kami punya pengalaman sebelumnya yang panjang  membawa partai baru, mendirikannya, dan masuk parlemen juga, bahkan pernah juga menjadi lima besar. Saya juga yakin hal yang sama akan terjadi dengan Partai Gelora. 

Gerilya teritorial ini di mana? Apakah di teritori partai lama atau teritori baru yang memang dinilai potensial menjadi pemilih Gelora?

Itu rahasia saya kalau itu. Tunggu saja di pemilu 2024. Gerilya teritorial itu adalah kata kunci.Salah satu persoalan hari ini adalah mengenai biaya politik pada saat kampanye yang rentan dengan politik uang. Bagaimana Gelora memastikan kampanye dilakukan sesuai dengan prinsip demokrasi?

Sebenarnya perbedaan yang sangat penting dalam kampanye politik itu adalah  pertemuan langsung tatap muka. Kami di gelora lebih mengandalkan konsep tatap muka dengan audiens secara langsung karena bagaimanapun antara perwakilan ini suatu wilayah tertentu harus punya ikatan emosional dengan orang yang memberikan mandat kepada Anda. istilahnya jangan menjadikan sekedar pemberian itu, misalnya kepada konstituen sebagai jualan seorang caleg. Justru kekuatan seorang caleg itu pada hubungan emosionalnya. Bertemu karena itu yang tidak akan tergantikan dalam politik.

Saya punya pengalaman juga sebagai caleg tetapi sepanjang saya jadi caleg dari dulu saya selalu mengandalkan pertemuan tatap muka karena rakyat yang memberikan mandat.

Untuk tatap muka butuh waktu lama dan tidak selesai dalam 6 bulan. Apakah itu artinya caleg yang diajukan Gelora adalah mereka yang sudah lama membangun komunikasi? Bukan caleg baru? 

Di Gelora ini kami sudah menetapkan caleg sejak tahun 2021. Ini tidak instan, jadi kami sudah membuat peta dapil dari awal dan menetapkan orangnya. Kampanye di dapil ini sudah lama kami lakukan, ini salah satu perbedaan kami dari pusat tidak terlalu ramai dari sisi kampanyenya karena kalau targetnya adalah legislatif itu berbeda dengan pilpres. Itu sangat fundamental perbedaannya. Jadi caleg Partai Gelora, itu adalah agen perubahan kami di lapangan. Tugas pertama sebagai caleg itu adalah merebut kepercayaan publik. Bagaimana caranya? Dengan mendatangi mereka dan bertemu dengan mereka. Mendengarkan mereka, menyerap aspirasi mereka, dan pada waktu yang sama menyampaikan visi besar. Jadi nanti akan ada bounding antara mereka dengan para pemilih itu.

Saat ini hampir 60% pemilih di Pemilu 2024 adalah pemilih muda. Ini berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Adakah perhatian khusus atau hal yang dilakukan Gelora untuk menyasar pemilih muda?

Sebenarnya Indonesia mengalami perubahan komposisi demografi yang signifikan dari 2013. Saya sudah menulis buku gelombang ketiga Indonesia. Di buku itu saya menyebutkan isu tentang bonus demografi artinya 10 tahun yang lalu dari sekarang karena ini tren dan biasanya begitu terjadi tren bonus demografi itu pertanda bangsa ini akan mengalami satu lompatan kolektif yang sangat besar. Artinya ini ada generasi baru, tulang punggung yang memikul beban kolektif negara itu jumlahnya sangat besar dan orang-orang muda. Tetapi pemilh muda sekarang ini yang katakanlah berumur di bawah 45 yang mendominasi, ada di tengah krisis global. Mereka ada di tengah ketidakpastian yang luar biasa, ada di tengah ancaman krisis ekonomi, ancaman perang dan bencana yang terus menerus yang menyebabkan kehidupan mereka ini tidak seperti yang dipersepsikan orang tentang bonus demografi.

Orang pikir hal yang positif, justru persoalan yang dihadapi oleh pemilih ini yang dominan sekarang ini adalah kecemasan. Mood mereka ini adalah cemas, orang cemas karena ketidakpastian itu. Sumber kecemasannya adalah perubahan yang tidak terkendalikan. Sehingga yang diperlukan orang muda adalah arah atau navigasi. Kalau Anda di tengah samudera sampai ke tujuan tidak dan mungkin kembali juga tidak. Seperti terapung-apung. Kira-kira situasi semua negara sekarang ini ada dalam situasi seperti itu, di situlah kemampuan navigasi, maps, peta jalan yang diperlukan suatu bangsa. Dan generasi pemilih yang besar seperti ini itu yang paling mereka perlukan; arah. Ini yang kami maksud di partai gelora yaitu arah baru.

KIM umumkan Gibran bacawapres Prabowo
KIM umumkan Gibran bacawapres Prabowo (ANTARA FOTO/ Donny Aditra/wpa/nz)

Pemilu 2024 tidak hanya tentang pileg tetapi juga pilpres. Partai Gelora termasuk yang awal menyatakan dukungan kepada Prabowo meskipun deklarasinya baru belakangan. Apa pertimbangan mendukung Prabowo?

Seperti yang saya katakan, sekarang Indonesia membutuhkan tokoh jalan tengah yang datang dengan semangat politik kerakyatan, politik populasi. Saya selalu menyebut politik populasi, bukan politik aliran. Prabowo datang membawa politik populasi dan datang membawa kekuatan rekonsiliasi yang ada di tengah ini dan punya arah untuk menavigasi bangsa di tengah krisis global ini. Itu yang saya yakini dan teman-teman di Partai Gelora kenapa kita memilih Prabowo.

Termasuk ketika prabowo mengangkat Gibran sebagai wakilnya itu lebih baik merupakan simbol rekonsiliasi. Dua tokoh yang pernah bertempur sengit dalam dua kali pilpre  kemudian menyatu; prabowo dan Jokowi.

Partai Gelora sangat terbuka mendukung Gibran cawapres. Apa pertimbangan Partai gelora selain persoalan rekonsiliasi?

Ada pertimbangan yang lainnya, pertama sisi elektoral. Kami  semua yakin bahwa Gibran bisa memberikan efek elektoral yang besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara Prabowo sudah punya kekuatan yang besar di Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Jadi, secara elektoral ini saling melengkapi.

Kedua, secara umur Prabowo adalah capres tertua dari ketiga capres yang ada. Walaupun dia kalau jadi presiden nanti, dia akan menjadi presiden termuda di antara negara-negara demokrasi besar, seperti Amerika, India, Brazil. Prabowo lebih muda dari Biden, tapi di antara capres Ganjar dan Anies, dia paling tua. Kehadiran Gibran di sini  yaitu perwakilan generasi muda. Secara umum ini saling melengkapi. Jadi ada pertimbangan rekonsiliasi karena bagaimanapun Gibran mewakili aura Jokowi, tapi juga ada pertimbangan elektoral dan pertimbangan generasi. Ini dua generasi dalam tiga pertimbangan tadi, rekonsiliasi, elektoral, dan generasi ini, Prabowo dan Gibran saling melengkapi.

Seberapa yakin partai Anda bahwa pasangan Prabowo - Gibran akan menang dalam kontestasi pilpres?  

Saya sangat yakin mereka akan menang. Sekarang di survei-survei juga sudah menang, cuma kalau Gibran misalnya nanti tiga capres ini sudah bertarung, kami mungkin menghadapi tantangan terbesar bahwa tidak ada satu presiden yang punya peluang memenangkan pilpres ini dalam satu putaran. Jadi kemungkinan ini akan masuk dalam dua putaran. Artinya kami harus membayangkan pilpres kali ini panjang, bukan artinya bisa berlangsung di Februari, tapi nanti bisa sampai ke Juni.

Tetapi menurut saya,  tiga capres ini sangat bagus dari segi representasi. Artinya semua kelompok masyarakat ini terwakili oleh tiga capres ini. Ini berarti saya membayangkan angka partisipasi dalam pilpres akan panjang, tetapi konfliknya tidak terlalu tinggi karena tersebar. Semua orang, misalnya, yang masih marah dengan pemerintahan Jokowi yang tak puas dan seterusnya, misalnya mungkin ada di Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar. 

Yang di kiri juga begitu, yang di tengah juga begitu. Jadi artinya, kanan-tengah-kiri ini ada representasinya. Jadi saya membayangkan ini ada dua sisi, satu tingkat partisipasi akan tinggi tapi pada waktu yang sama tingkat konflik horizontalnya akan rendah.

Dibandingkan pemilu 2019, Anda yakin pemilu kali ini akan jauh lebih menyenangkan?

Lebih asyik lah.. Kalau 2019 kan karena cuma dua, dan 2014 juga begitu. Partisipasi tinggi tapi pembelahannya sangat dalam atas dan bawah. Jadi di tingkat elitnya pecah, di tingkat bawahnya juga pecah. Kalau sekarang ini, justru yang menarik adalah sisi representasi keterwakilan semua kelompok masyarakat, kelompok ideologi, relatif juga walaupun secara etnis tidak. Dari semua ini kan enggak ada calon dari Luar Jawa, tetapi secara keseluruhannya kelompok ideologi ini terwakili dengan baik.

Saat menyatakan bergabung mendukung Prabowo, bagaimana kesepakatannya? Apa daya tawar yang diberikan Gelora dan apa yang didapat dari dukungan?  

Pada dasarnya kalau dilihat, Partai Gelora waktu koalisi dengan Prabowo value kami secara politik dan relatif nggak ada. Kan nggak ada kursinya kan. Tapi kami punya dukungan stories dengan Prabowo. Saya mendukung beliau di Pilpres 2014 dan 2019. Saya tahu beliau kalah dua kali, tapi sekarang saya tetap mendukung beliau karena saya secara pribadi dan teman-teman di Partai Gelora respect bahwa Prabowo punya cita-cita yang dia perjuangkan dan dia tak pernah menyerah. Tapi yang lebih penting bahwa begitu beliau mau bergabung kepada pemerintahan Jokowi. Prabowo dan Jokowi ini memberikan satu pembelajaran. Tentang kerendahan hati di sisi Prabowo untuk mengakui lawannya dan mau bergabung dengan lawannya, serta tentang kebesaran jiwa dari Jokowi yang sudah habis-habisan memenangkan pertarungan itu tapi akhirnya harus berbesar hati merangkul lawannya.

Jadi menurut saya disini ada semacam legacy leadership. Jadi legacy leadership yang diwakili oleh dua orang ini adalah kebesaran jiwa dan kerendahan hati. Kami  tidak berbicara yang lainnya begitu kami masuk dalam pembicaraan ini. Karena pada dasarnya, hubungan personal kami sangat bagus, historynya ada.  

Di samping itu juga, ada kedekatan ideologi dengan Prabowo. Prabowo ini kalau Partai Gelora bicara Indonesia sebagai super power baru, kalau dari dulu kan beliau bicara soal macan Asia. Dalam konteks geopolitik sekarang ini, menurut saya, memang yang paling mengerti di sisi geopolitik dunia sekarang hari ini ya Prabowo.

Bagi pemilih, apa yang akan mereka dapatkan nanti bila memilih Partai Gelora di pemilu 2024? Hal-hal apa yang akan berbeda nantinya?

Saya ingin menyampaikan, kita semua ada pada kecemasan yang sama. Krisis global ini adalah ancaman bagi semua bangsa saat ini. Yang diperlukan sekarang adalah sumber ketenangan bersama untuk mengatasi kecemasan bersama. Dan sumber ketenangan itu adalah apabila mempunyai arah yang sama, kompas yang sama, peta jalan yang sama, yang bisa menavigasi kita semuanya melewati krisis global ini dan merebut peluang-peluang.

Saya ingin mengajak Anda semua bergabung ke Partai Gelora, di sini kita berdiri bersama, melihat arah yang sama dan melihat jalan yang akan kita pilih. Pilihan jalan yang akan kita pilih bersama, menuju arah yang sama itu tadi. Itulah yang menurut saya yang akan menjadi sumber ketenangan kita bersama untuk menjawab kecemasan itu.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...