Demi Ketahanan Pangan, Indonesia Lawan Krisis Iklim

Image title
24 September 2025, 19:09

Presiden Prabowo Subianto mengungkap upaya Indonesia membangun rantai pasokan pangan yang tangguh, memperkuat produktivitas petani, dan berinvestasi dalam pertanian cerdas iklim demi memastikan ketahanan pangan. Hal itu dilakukan karena dunia dalam ancaman perubahan iklim yang makin parah.

"Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kami sudah merasakan dampak langsung perubahan iklim, khususnya ancaman kenaikan permukaan air laut. Realitas ini memaksa kami untuk bertindak dengan urgensi dan tekad yang kuat," tutur Prabowo, dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB, di New York, AS, Selasa (23/9).

Indonesia pun segera bergerak untuk menangani masalah iklim ini, tak cuma berslogan. Ia menegaskan berkomitmen untuk memenuhi kewajiban berdasarkan Perjanjian Iklim Paris 2015.

Perjanjian Paris itu berisi kesepakatan untuk menahan laju kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C dari era pra-industri, dan membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C. Konsekuensinya, negara-negara yang meratifikasi wajib mengurangi emisi hingga mencapai nol bersih emisi (net zero emission/NZE) dengan target tertentu.

"Kami menargetkan mencapai nol bersih di 2060 dan kami yakin dapat mencapai nol bersih jauh lebih awal," ujar Prabowo.

Tak cuma itu, usaha lain untuk menahan laju pemanasan global adalah target reboisasi lebih dari 12 juta hektare lahan yang terdegradasi, hingga memberdayakan masyarakat lokal dengan ketahanan dan lapangan kerja hijau yang berkualitas untuk masa depan.

"Indonesia sedang beralih secara signifikan dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil menuju pembangunan berbasis energi terbarukan. Mulai tahun depan, sebagian besar kapasitas pembangkit listrik tambahan kami akan berasal dari energi terbarukan," kata Prabowo melanjutkan

Efek Perubahan Iklim

Menurut Badan Antariksa AS (NASA), perubahan iklim yang ditandai dengan pemanasan global ini disebabkan terutama oleh aktivitas manusia yang mendorong kenaikan jumlah gas rumah kaca (greenhouse gas) di atmosfer.

Yang termasuk gas rumah kaca ini di antaranya adalah karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), kloroflorokarbon (CFC). Gas-gas ini dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil seperti BBM dan batu bara, serta penyejuk udara. Maka, kendaraan bermotor, pabrik, hingga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pun menjadi penyumbang signifikan emisi gas rumah kaca ke atmosfer.

Gas-gas ini disebut gas rumah kaca karena bekerja seperti efek rumah kaca. Panas Matahari yang masuk ke permukaan Bumi seharusnya dipantulkan/dilepaskan kembali ke luar angkasa. Dengan menumpuknya gas rumah kaca ini di atmosfer, panas tak terlepas ke luar Bumi dan terperangkap di antara atmosfer dan permukaan.

Hasilnya, rekor-rekor panas pun tercipta. Data Badan Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA), suhu permukaan rata-rata global bertambah 0.06° Celsius per dekade (10 tahun) sejak 1850. Laju pemanasan sejak 1982 bahkan lebih dari tiga kali lipat lebih cepat; 0,2° C per dekade.

Tahun 2024 pun dinobatkan sebagai tahun terhangat sejak pencatatan global dimulai pada 1850. Yakni, 1,18 °C lebih panas dibanding rata-rata suhu di abad ke-20, dan lebih panas 1,35 °C dibanding suhu rata-rata era pra-industri (sebelum Revolusi Industri) sebesar 56,7 °F (1850-1900). 10 tahun terpanas dalam catatan sejarah semuanya terjadi dalam dekade terakhir (2015-2024)!

Dampak pemanasan global ini pun tak main-main; suhu jelas makin panas, kenaikan muka air laut bisa menyebabkan pulau-pulau kecil dan daerah pesisir tenggelam, bencana yang terkait cuaca ekstrem makin sering, panen terganggu, hingga krisis air.

Untuk mencegah bencana iklim itu menjadi lebih parah, Indonesia punya langkah-langkah buat berkontribusi pada upaya menahan laju--menurut istilah Sekjen PBB António Guterres--pendidihan global ini. Semuanya bermuara pada kepentingan masyarakat.

"Tujuan kami jelas: untuk mengangkat semua warga negara kami keluar dari kemiskinan dan menjadikan Indonesia sebagai pusat solusi ketahanan pangan, energi, dan air," kata Presiden.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Arif Hulwan

Cek juga data ini