Contoh Cerpen Beserta Struktur, Unsur dan Penjelasannya

Image title
9 Desember 2021, 15:15
Simak contoh cerpen beserta penjelasannya
Unsplash/Ergita Sela

Sebuah cerpen mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Mengutip modul Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri.

Unsur intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari latar belakang masyarakat, penulis, dan nilai yang terkandung dalam cerpen.

Advertisement

Untuk memahami lebih lanjut, simak contoh cerpen berikut ini.

Contoh Cerpen

Bersumber dari buku Ceritaku, Ceritamu (Karya Sastra Cerpen) oleh Dra. Supiani Obrang Ruswati, M.Pd., berikut contoh cerpen beserta unsurnya.

Kai Imbran dan Sepedanya

Penulis: Ahmad Husaini

Kai Imbran ribut. Sepeda kesayangannya tak ada di rumahnya. Akibatnya dia mendadak temperamental. Nini Ipat, isterinya pun jadi sasaran.

“Aku bosan mendengar ocehanmu,” ucap Kai Imbran singkat.

Kenapa Kai Imbran begitu fanatik dengan sepedanya itu?

“Karena ia punya sejarah tersendiri bagi kehidupanku,” ujar Kai Imbran saat ditanya tetangganya yang turut prihatin melihat keadaan Kai Imbran setelah kehilangan sepedanya. Baginya sepeda itu adalah harta pusakanya.

Kalau sepintas lalu sepeda itu adalah biasa-biasa saja. Di pasar pun banyak

dijual,” beritahu Kai Imbran. Sepedanya itu ujar Kai Imbran sudah tua.

“Sepeda itu dibeli saat aku masih bujangan dulu hasil dari bertani,” ujar Kai Imbran.

Kai Imbran sudah puluhan tahun pensiun. Ia dulu jadi guru di daerah terpencil. Kini bersama dengan Nini Ipat mendiami sebuah rumah di sudut kampung kelahiran yang indah dan damai. Kai Imbran dan Nini Ipat dikaruniai dua orang anak. Kini bermukim di pulau Jawa. Saban lebaran mereka pulang kampung untuk bersilaturahmi dengan orang tua dan sanak famili lainnya.

Kenapa Kai Imbran ngotot mencari kemanapun sepedanya itu. Ternyata sepeda itu mempunyai sejarah tersendiri baginya. Banyak kenangan tersimpan di sepeda itu. Yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata.

Kai Imbran sibuk mencari ke kolong rumah kalau-kalau sepedanya itu ada di sana. Kai Imbran mencari ke pasar loak. Kalau-kalau sepedanya bisa ditemukan di tempat itu. Setiap sepeda diamati secara detail dan hati-hati. Berjam-jam Kai Imbran berada di sana. Namun usahanya tetap nihil.

Minggu berikutnya ia kembali melakukan hal yang sama.

“Bagaimana kalau beli yang baru untuk mengganti sepeda itu?” ujar Nini Ipat.

Namun Kai Imbran tetap pada pendiriannya.” Sepeda itu punya sejarah tersendiri yang tak bisa dilupakan,” ujar Kai Imbran.

Hal ini tentu saja membuat Nini Ipat tak berkutik. Menurut apa kata suami. Namun ia tetap turut berusaha memecahkan masalah ini.

Dulu sepeda itu selalu digunakan Kai kemanapun juga seperti ke kenduri, pasar, sawah, dan tempat lainnya.

Entah kenapa hari itu Kai Imbran tidak memakai sepeda itu lagi. Ia terlihat seperti seorang gadis cantik yang kehilangan pesona. Tak ada lagi yang berani memandangnya. Seperti orang yang buruk rupa. Bahkan anak-anak yang tinggal sekampung dengan Kai Imbran berani mengejek.

“Hilang sepeda seperti orang Kayu Tangi Ujung,” ucap anak-anak itu sembari memperlihatkan pantat mereka ke arah muka Kai Imbran. Sungguh terlalu.....

Tentu saja Kai Imbran jadi berang melihat pelecehan diri tersebut, sekaligus juga merasa tersinggung. Sampai-sampai mau melempar anak-anak tersebut dengan batu. Tapi anak-anak itu keburu kabur.

Sepeda itu sangat khas. Tidak ada yang menyamainya. Karena sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Tampil unik dan elegan. Saat di sawah pun sepeda itu selalu dibawa. Karena jarak rumah dengan sawah lumayan jauh. Lalu, bila bekerja sepeda itu akan disimpannya ke dalam rampa (pondok di sawah).

Kai Imbran bahkan ingin melaporkan kejadian ini ke Komnas HAM segala. Biar tuntas. Namun istrinya tidak mendukung.

“Buru-buru ngurus masalah kita, yang lain saja masih banyak yang belum terselesaikan,” ucap isterinya ketus.

Kai Imbran tak lagi bergairah menjalani hidup. Sawahnya dibiarkan saja terbengkalai. Dia tak mampu lagi mengurus rumah tangga. Akhirnya berantakan lah kehidupan mereka. Seperti mengurus kota yang semrawut oleh berbagai masalah. Dari pasar yang kumuh, penertiban PKL, hingga terminal. Belum lagi masalah kerusakan lingkungan.

Bagi Kai Imbran sepeda itu adalah pusaka berharga yang tak dapat dipisahkan dari sejarah hidupnya.

“Sudahlah Pak, kalau memang Tuhan menghendaki hilang bagaimana lagi. Manusia saja bisa mati,” ujar isterinya.

Memang benar juga kenapa memikirkan sepeda yang usianya sudah tua itu. Hidup di dunia saja tak ada yang abadi.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement