Perjalanan Skema BLT dari Negeri Samba hingga ke Indonesia

Amelia Yesidora
6 April 2022, 19:10
BLT,
ANTARA FOTO/Aji Styawan/rwa.
Sejumlah warga antre untuk membeli minyak goreng curah di salah satu distributor minyak goreng curah di sekitar Pasar Dargo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (6/4/2022). Menurut warga setempat, mahalnya minyak goreng kemasan memaksa mereka untuk membeli minyak goreng curah seharga Rp15.500 per kilogram dengan maksimal pembelian 5 kilogram per KTP, dengan antrean mulai pukul 05:30 WIB yang hingga pukul 15:30 WIB stok minyak goreng curah setempat masih kosong.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan akan memberikan Bantuan Langsung Tunai alias BLT minyak goreng kepada masyarakat, Jumat (4/1). Manuver itu dilakukan demi membendung efek domino sekaligus bertujuan meringankan beban masyarakat. dari kenaikan harga minyak goreng di Tanah Air.

“Harga minyak goreng naik cukup tinggi, dampak dari lonjakan harga minyak sawit di pasar internasional. Untuk meringankan beban masyarakat, pemerintah akan memberikan BLT minyak goreng,” kata Jokowi dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (4/1).

Golongan yang termasuk dalam penerima bantuan adalah mereka yang terdaftar dalam Bantuan Pangan Non Tunai atau BNTP, dan Program Keluarga Harapan atau PKH, yang jumlahnya mencapai 20,5 juta keluarga. BLT minyak goreng juga akan diberikan kepada 2,5 juta Pedagang Kaki Lima atau PKL yang berjualan gorengan.

Masing-masing penerima BLT minyak goreng akan memperoleh dana tunai Rp 100 ribu per bulan, dan akan mendapatkan pembayaran sekaligus di awal untuk periode tiga bulan ke depan. Maka, pada April 2022 masyarakat yang termasuk dalam penerima BLT akan memperoleh dana Rp 300 ribu. 

Kebijakan yang dilakukan Jokowi, sudah dilakukan sebelumnya oleh presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono atau yang akrab disapa SBY. Saat itu, skema BLT diberikan untuk menekan potensi kenaikan harga bahan bakar minyak alias BBM. Meski skema bantuan tersebut sudah lazim di kalangan masyarakat Indonesia, namun skema BLT sudah lebih dulu diterapkan di Amerika Latin.

Konsep BLT Lahir di Brasil

BRAZIL-VIOLENCE
BRAZIL-VIOLENCE (ANTARA FOTO/REUTERS/Ricardo Moraes/AWW/sa.)


Kebijakan bantuan uang tunai alias BLT lahir di Amerika Latin, tepatnya dari Negeri Samba atau Brasil pada 1995, dengan nama Bolsa Familia. Program tersebut diciptakan presiden Brasil ke-35, yakni Luiz Inácio Lula da Silva.

Bolsa Familia merupakan program bantuan berupa tunjangan yang diberikan kepada keluarga kurang mampu di Brasil. Di mana dalam program bantuan tersebut, terbagi lagi menjadi beberapa kategori bantuan, seperti Bolsa Escola atau tunjangan pendidikan, Bolsa Alimentação atau bantuan pangan selama pendidikan , Cartão Alimentação atau bantuan pangan, dan Auxílio Gás atau bantuan gas.

Sebagai informasi, Cartão Alimentação adalah program bantuan yang dikeluarkan Presiden Lula untuk memerangi masalah kelaparan di Negeri Samba. Adapun program Auxílio Gás merupakan bantuan berupa kompensasi uang tunai, lantaran subsidi BBM di Brasil sudah berakhir. 

Mekanisme Bolsa Familia sendiri, berupa bantuan langsung tunai bersyarat, untuk penduduk miskin di Brasil. Keluarga yang menginginkan program bantuan tersebut, wajib memastikan anak-anaknya bersekolah dan memperoleh vaksinasi.

Apabila absensi atau tingkat ketidakkehadiran anak di sekolah sudah melewati batas, maka keluarga itu akan dikeluarkan dari program Bolsa Familia, dan dana bantuan untuk mereka akan ditangguhkan.

Sebuah media lokal São Paulo, Estadão menulis bahwa program yang diprakarsai Presiden Lula itu berhasil mengurangi tingkat kemiskinan di Brasil hingga 27,7 % dalam periode pemerintahan pertamanya.

Melansir laman The Guardian, hingga 2011 skema bantuan tunai sudah diterima oleh 26 % populasi Brasil atau setara 50 juta keluarga. Tak hanya itu, program bantuan tunai juga berhasil menurunkan ketimpangan pendapatan di Negeri Samba selama satu dekade terakhir. Bahkan, The Guardian menulis bahwa program bantuan tersebut merupakan salah satu skema transfer sosial terbesar di dunia. 

Adopsi Program BLT di Indonesia 

Berkaca pada kesuksesan Bolsa Familia, berbagai negara turut mengadopsi program bantuan keluaran Negeri Samba tersebut, tak terkecuali Indonesia. Pemantiknya adalah kenaikan harga minyak dunia pada 2004 dan pemotongan subsidi minyak pada 2005.

Berdasarkan laporan World Bank bertajuk BLT Temporary Unconditional Cash Transfer, pemotongan subsidi telah menaikkan harga bahan bakar rumah tangga, dengan nilai rata-rata melampaui 125 %. Di mana, saat itu harga bensin sudah mengalami kenaikan 88 %, minyak tanah 186 %, dan solar 105 %. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...