Obat Terapi Covid-19 Langka, Startup dan E-commerce Kawal Pasokan

Fahmi Ahmad Burhan
7 Juli 2021, 19:18
Sejumlah tenaga medis mengenakan APD melapor kepada petugas saat mengantar pasien terkonfirmasi Covid-19 yang diantar menggunakan Bus Sekolah di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Menurut Koordinator RS
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah tenaga medis mengenakan APD melapor kepada petugas saat mengantar pasien terkonfirmasi Covid-19 yang diantar menggunakan Bus Sekolah di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Menurut Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Tugas Ratmono, pihaknya menambah jumlah kapasitas tempat tidur menjadi 7.394 dari 5.994 akibat lonjakan pasien positif COVID-19 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Sejumlah masyarakat mengeluhkan ketersediaan obat terapi Covid-19 yang mulai jarang. Merespons kondisi tersebut, startup kesehatan dan e-commerce kemudian menyiapkan upaya agar ketersediaan obat tetap terjaga dan harga pun tidak dipermainkan oknum penjual nakal.

Warga Jakarta berusia 29 tahun, Desy mengaku sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) karena terbukti positif Covid-19. Untuk menjalani masa isolasi tersebut, ia membutuhkan asupan obat terapi Covid-19, seperti Oseltamifir.

Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan obat-obatan tersebut, seperti mencari lewat layanan telemedicine dari startup kesehatan. Bahkan, dia sempat meminta bantuan keluarga yang tidak terpapar Covid-19 untuk membeli langsung ke apotek. 

"Semua dicoba, tapi susah sekali di telemedicine dan apotek. Aku sudah coba Alodokter, Halodoc, dan Good Doctor," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (7/7).

Desy mengaku, sudah banyak layanan yang dia akses demi bisa mendapatkan obat yang dibutuhkan, namun berujung pasokan obat habis. Kalaupun masih tersedia, dia harus membuat janji konsultasi lebih dulu secara offline dengan dokter. 

Keluhan soal ketersediaan obat juga datang dari warganet. "Cari obat Covid-19 sudah langka banget dan harganya mahal banget," ujar pengguna Twitter dengan akun @mommybearlucky pada Juni lalu (29/6).

Pengguna Twitter lainnya dengan nama akun @Eeng_gel mengatakan bahwa ketersediaan obat-obatan untuk Covid-19 langka di semua layanan. "Baik pihak apotek, rumah sakit sampai distribusi hanya bisa menunggu ketersediaan stok dari industri farmasi," ujarnya pada Senin (6/7).

Langkanya obat terapi Covid-19 di pasaran disebabkan lonjakan permintaan saat kasus Covid-19 sedang tinggi. Head of Medical Management Good Doctor Adhiatma Gunawan menyatakan memang terjadi peningkatan permintaan obat terapi Covid-19 dalam sebulan terakhir. 

Ia mengatakan, tingginya permintaan obat di platform membuat startup kesehatan itu terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan obat. "Kami bermitra dengan 2.000 apotek," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (7/7).

Sayangnya, ketersediaan obat akan bergantung pada stok di masing-masing apotek. "Kami tidak punya kontrol atas hal itu. Kami hanya berupaya sebisa mungkin sediakan obat-obatan," ujarnya.

Selain melalui apotek ataupun startup kesehatan, beberapa obat-obatan terapi Covid-19 tersedia di platform e-commerce. Hanya saja, tak sedikit oknum yang memanfaatkan momentum kelangkaan obat untuk mencari keuntungan lebih.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...