Perjalanan Bank Fama hingga Masuk Pangkuan Grup Emtek
Di penghujung Januari 2022, Bank Fama mendapat angin segar untuk menapaki bisnis bank digital. Dua perusahaan besar yaitu Singtel Alpha Investment dan Grab Holdings Limited resmi masuk sebagai investor baru lembaga keuangan tersebut.
Kedua perusahaan ini mengambil porsi sama, 2,3 miliar saham. Penerbitan saham baru yang dibeli dua perusahaan multinasional ini mengubah kepemilikan Elang Media Visitama (EMV) di Bank Fama menjadi 62,76 %. Singtel dan Grab pun masing-masing menguasai 16,26 %, dan PT Nusantara Berkat Agung menggenggam 4,72 %.
Masuknya Bank Fama ke Grup Emtek
Saat ini Bank Fama masuk dalam ekosistem bisnis PT Elang Mahkota Teknologi alias Emtek. Grup ini mengakuisisi Bank Fama melalui anak usahanya, EMV pada 22 Desember 2021.
Dalam akta jual beli saham tersebut tertulis EMV membeli 9,08 miliar saham yang setara dengan 93 % dari seluruh modal yang ditempatkan dan disetor Bank Fama. Untuk akuisisi itu, Grup Emtek merogoh kocek sebesar Rp 908,95 miliar dari dana internal perusahaan.
Pada awal akuisisi, Grup Emtek membeli saham Bank Fama dari empat pihak. Pertama, saham Junus Jen Suherman sebanyak 4,42 miliar lembar. Kedua, milik Edi Susanto 1,7 miliar lembar, lalu dari Dewi Janti 1,7 miliar saham, dan PT Surya Putra Mandiri Sejahtera 1,25 miliar saham.
Dari total 9,08 miliar saham yang dimiliki Grup Emtek, 684,1 juta saham Bank Fama akan dimiliki PT Nusantara Berkat Agung alias NBA. Jumlah saham ini diperoleh dari 7 % total pembelian saham milik Junus Jen Suherman.
Alasan pemilik Bank Fama melepas sahamnya ke EMV yakni agar perusahaan dapat memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan alias POJK Nomor 12 mengenai kewajiban modal inti minimum. Dalam aturan tersebut, otoritas mengharuskan seluruh bank untuk memiliki modal inti minimal Rp 2 triliun.
Riwayat Menuju Dua Dekade Bank Fama
Sebelum diakuisisi oleh Grup Emtek, Bank Fama sudah berdiri hampir 30 tahun di Tanah Air. Dalam laman resminya, kehadiran bank asal Tanah Pasundan tersebut mulai 5 Maret 1993. Bank Fama kemudian memperoleh izin usaha sebagai bank umum pada 11 Oktober 1993.
Persis 1 November 1993, Bank Fama mulai beroperasi di Jalan Cihampelas, Bandung. Tak ingin sebatas beroperasi di Jawa Barat, Bank Fama kemudian ekspansi Kantor Cabang pertamanya di Jakarta. Lokasinya di kompleks pertokoan Tanah Abang pada 1 November 1996.
Pada 16 April 2001, Bank Fama memindahkan kantor pusatnya ke Jalan Asia Afrika, Bandung, dan beroperasi hingga sekarang. Berdasarkan keterbukaan informasi per Oktober 2021, Bank Fama memiliki satu kantor cabang di Jakarta dan enam kantor cabang pembantu di Bandung dan Tangerang.
Sampai saat ini, Bank Fama masih memfokuskan usahanya pada segmen mikro, kecil dan menengah alias UMKM, khususnya di Jawa Barat. Selain itu, bank juga berfokus menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kredit.
Bank Fama menghimpun dana melalui produk Tabungan Fama, rekening giro, dan deposito berjangka. Sementara penyaluran kreditnya meliputi kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumtif. Per 23 Agustus 2021, modal dasar yang dimiliki bank tersebut mencapai Rp 1,4 triliun, dengan modal ditempatkan dan disetor berkisar Rp 977 miliar.
Profil Pemegang Saham Bank Fama
Dalam paparan sebelumnya, EMV membeli saham Bank Fama melalui tiga individu, yaitu Junus Jen Suherman, Edi Susanto, dan Dewi Janti. Dalam laman perusahaan tertulis nama Junus sebagai komisaris utama sejak 1993. Sementara itu, Edi menjabat sebagai Direktur Bisnis Bank Fama.
Junus Jen Suherman merupakan alumni jurusan Business Administration dari perguruan tinggi di California, Amerika. Dia lulus pada 1981. Sebelum menjabat di Bank Fama, Junus menduduki kursi presiden direktur di dua perusahaan berbeda, yakni PT Famatex dan PT Bandung Sakura Textile Mills (BSTM). Jabatan itu diembannya dari 1987 hingga 2005 silam.
Pemegang saham kedua adalah Edi Susanto. Namanya tercatat sebagai Asisten Direktur serta Direktur dari pabrik tenun “Sinar” dari 1968 hingga 1993. Pindah dari pabrik tenun, ia lalu bergabung di Bank Fama pada 1993.
Edi pernah menjabat komisaris selama tiga tahun dan direktur utama selama tujuh tahun. Sejak 2004, dia menjabat Direktur Bisnis Bank Fama dan berlanjut hingga sekarang.